FAUNA PADA EKOSISTEM MANGROVES

 

Re-edited 20 December 2000

 

Copyright ©  2000  St Aisyah Farhum

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

Model Produksi Daun Mangrove, Rhizophora mucronata LAMX

dan Pengeksporan ke Ekosistem di Sekitarnya

 

 

Oleh:

St Aisyah Farhum

(TKL/995206)

erick_icha@yahoo.com

 

 

I.  PENDAHULUAN

 

 

          Hutan mangrove adalah formasi hijau di pantai yang sangat kompleks dan dinamis, umumnya terbatas pada daerah sub tropis dan tropis.  Mangrove merupakan ekosistem intertidal yang memiliki produktivitas tinggi  yang sering ditemukan di daerah pantai yang terlindung, lingkungan estuaria dan delta, karena itu mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan fluktuasi lingkungan yang lebar  (Chapman, 1977).  

          Di Indonesia hutan mangrove memiliki distribusi yang sangat luas, mulai dari pantai-pantai berlumpur di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya sampai pada pantai-pantai dari pulau-pulau kecil  serta daerah intertidal dari patch reef lepas pantai. Oleh karena itu, hutan mangrove memainkan peran yang sangat vital terhadap pembangunan ekonomi dan sosial pada masyarakat pantai disepanjang kepulauan Indonesia (Tomascik et al, 1997). 

          Produktivitas primer kotor dari hutan mangrove sangat tinggi, yaitu 100 mt C/ ha/ tahun, meskipun demikian laju produktivitas bersih dari hutan mangrove adalah mirip dengan ekosistem perairan dangkal lainnya, yaitu 18 mt C/ha/tahun.  Hal ini terutama berkaitan dengan tingginya kebutuhan respirasi dan metabolisme dari ekosistem mangrove itu sendiri yang mengkonsumsi sekitar 80% dari produktivitas kotor (Eong, 1993).  Biomas organik umumnya terdiri dari vegetasi mangrove itu sendiri dan kotoran daun atau akar mangrove yang utuh atau bagian-bagian yang telah mengalami dekomposisi.  Kotoran-kotoran mangrove tersebut yang membentuk dasar jaring-jaring  makanan  yang mencakup berbagai invertebrata, ikan, reptil, burung dan mamalia (Tomascik et al, 1997).

          Mengingat bahwa sistem di hutan mangrove sangat kompleks dan dinamis, maka dalam tulisan ini dibuat simulasi mengenai kontribusi bahan organik (kotoran mangrove) terhadap lingkungan sekitarnya dan terhadap ikan herbivora dan detritus pada setiap ekosistem.  Model ini mengacu pada model dasar yang dibuat oleh de Leon et al (1992) dan penulis kembangkan dengan memasukkan faktor lingkungan lain yang sangat menentukan keberadaan atau ketersediaan kotoran mangrove dan memprediksi dinamika dari daun mangrove dan ikan herbivora atau detritus pada setiap kompartemen. 

Dalam pengembangan model digunakan konsep rantai makanan (food chains) atau jaring makanan (food webs) yang kemudian dianalisa dengan network analysis. Analisis ini dapat merangkum banyak konsep secara bersama-sama dengan penggambaran ekosistem oleh sejumlah kompartemen yang saling berhubungan oleh adanya aliran energi atau bahan (materi) dari suatu kompartemen ke kompartemen lainnya.

          Salah satu software yang mampu melakukan analisis dengan network analysis adalah Software Stella, yang penggunaannya cukup praktis dan banyak diaplikasikan. Software  ini dapat digunakan untuk membuat suatu model keterkaitan antara lingkungan yang memberikan peluang pada setiap unsur lingkungan untuk mengalami perubahan (dinamika) pada suatu sistem model yang dibuat,  dalam penggunaannya dapat memberikan kemudahan dengan jalan mengubah parameter dan skenario model serta memahami model yang dihasilkan secara menyeluruh. Dalam simulasi atau model ini, kotoran daun mangrove yang dianalisis adalah Rhizophora mucronata dengan menggunakan Software Stella Versi 4.0.

 

II.  MODEL DASAR SIMULASI

 

          Model dasar yang digunakan adalah hasil kajian dari de Leon et al (1992) yang dilakukan dari tanggal 7 Mei 1990 sampai 30 November 1990 di Hutan Mangrove Talabong, Teluk Bais, Pilipina. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produksi kotoran daun mangrove (Rihizophora apiculata dan R. mucronata) dan total kotoran daun yang diekspor ke lingkungan sekitarnya. 

          Berdasarkan hasil perhitungan dari produksi daun R. mucronata yang gugur dan yang diekspor ke lingkungan sekitarnya maka de Leon et al (1992) membuat model mengenai produksi kotoran daun R. mucronata dan yang diekspor ke lingkungan sekitarnya seperti yang disajikan pada Gambar 1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1.  Model Produksi Kotoran Daun Rhizophora mucronata dan Pengeksporan pada Lingkungan Sekitarnya di Hutan Mangrove Talabong,Teluk Bias, Pilipina (de Leon et al, 1992)

 

 

III. MODEL SIMULASI

 

1.  Pengembangan Model

          Pemodelan atau simulasi ini dikembangkan berdasarkan beberapa asumsi, yaitu : (1) model tersebut berada dalam kondisi tetap atau stabil (steady state), yang berarti selama waktu estimasi tidak terjadi perubahan-perubahan pada faktor yang bekerja dalam kompartemen, atau perubahan-perubahan yang terjadi tetap konstan sepanjang waktu; (2) model tersebut dianggap suatu sistem yang tertutup (closed system), yang berarti selama waktu estimasi tidak ada pengaruh faktor lain selain parameter yang digunakan dalam pemodelan tersebut.

Dari model yang dibangun oleh de Leon et al  (1992), kemudian dilakukan pengembangan dengan memasukkan faktor lingkungan lain.  Faktor-faktor lingkungan yang secara teoritis sangat berpengaruh terhadap keberadaan daun mangrove dalam suatu kompartemen adalah dekomposisi oleh mikroba dan grazing oleh herbivora.  Fluktuasi dari aktivitas kedua faktor tersebut  tentunya sangat di pengaruhi oleh suhu perairan.  Model ini juga mempelajari dinamika dari ikan herbivora dan ikan detrivora, yang keduanya sangat dipengaruhi oleh mortalitas alami.  Mortalitas alami itu sendiri bisa berupa kematian karena pemangsaan, mati karena tua atau karena penyakit.  Mortalitas itu sendiri dipengaruhi pula oleh suhu perairan.  Untuk tujuan pengelolaan penangkapan, maka model ini juga mempelajari mengenai dinamika dari potensi tangkapan lestari.

          Model yang telah dikembangkan tersebut disajikan pada Gambar 2, yang memperlihatkan hubungan fungsional dari setiap kompartemen dengan kompartemen lainnya serta faktor-faktor lingkungan yang bekerja pada setiap kompartemen.          

 

2.  Deskripsi Model

Produksi daun yang gugur secara fungsional bergantung pada potensi populasi mangrove dan faktor pertumbuhan dari populasi itu sendiri.  Dalam model ini potensi populasi mangrove R. mucronata adalah 1000 gr/m2.  Untuk mendeskripsikan model tersebut, dibuat model matematis seperti yang disajikan pada Lampiran 1.

 

3. Pembahasan Model

 

a.  Dinamika Daun Mangrove pada Setiap Kompartemen           

          Dinamika daun mangrove pada masing-masing kompartemen sangat ditentukan oleh produksi daun mangrove yang gugur.  Umumnya berat daun mangrove pada masing-masing kompartemen meningkat secara eksponensial menurut waktu, mengikuti peningkatan produksi daun yang gugur (Gambar 3).

           Gambar 3 juga memperlihatkan adanya perbedaan waktu  untuk mencapai kestabilan berat daun pada setiap kompartemen.  Produksi daun yang gugur dicapai pertengahan tahun pertama.  Kestabilan ini dicapai pada saat terjadi keseimbangan antara besarnya pertumbuhan dengan besarnya  daun yang gugur.

 

 


 

 

 

Gambar 2.  Pengembangan Model Mengenai  Dinamika Kotoran Daun Rhizophora mucronata,  Ikan Herbivora dan Detrivora

dan Prediksi dari Potensi Tangkapan Lestari pada Beberapa Kompartemen.

 

 

 

 


 

Gambar 3.   Dinamika Daun Mangrove Rhizophora mucronata pada Setiap

Kompartemen.

         

          Pada empat kompartemen yang dibandingkan ternyata kompartemen soft bottom dan lantai hutan lebih dahulu mencapai kestabilan berat daun mangrove, yaitu pada saat awal tahun kedua.  Hal ini berkaitan dengan kondisi biologis lingkungan yang  meskipun masukan daun pada kedua kompartemen tersebut tinggi, tetapi keluaran dari kompartemen juga tinggi.  Hal ini dapat dijelaskan oleh faktor besarnya grazing dan dekomposisi yang terjadi.  Pada kedua lingkungan lantai hutan dan soft bottom sangat dikenal memiliki kandungan mikroba yang tinggi dan juga herbivora seperti berbagai kepiting dan krustasea lainnya, ikan dan organisme bentik lainnya, yang langsung memakan daun mangrove dan atau mencabik-cabik daun mangrove menjadi serpihan-serpihan kecil dan akhirnya membentuk detritus.  Besarnya aktivitas biologi tersebut seimbang dengan masukan daun yang gugur dan jatuh ke lantai hutan atau yang hanyut terbawa ke perairan dalam dan mengendap di dasar yang lunak.

          Dua kompartemen lainnya, kestabilan tercapai lebih lambat yaitu pada pertengahan tahun kedua.  Kondisi ini juga sangat terkait dengan aktivitas biologi, yang umumnya lebih rendah dibandingkan dengan di dasar perairan. Hal ini disebabkan karena umumnya kelimpahan jasad renik pada kolom air relatif lebih rendah dengan yang ada di dasar perairan, demikian pula aktivitas grazer tidak setinggi di dasar perairan.  Hal lainnya adalah rendahnya herbivora yang memakan daun mangrove secara langsung, karena pada daerah ini banyak pilihan tumbuhan sebagai makanan yaitu melimpahnya daun lamun dan ganggang epifit di padang lamun dan tingginya alga filamen dan makroalga di daerah terumbu karang yang bisa menjadi pilihan yang lebih disenangi dibandingkan daun-daun mangrove yang umumnya bertekstur lebih tebal dan kasar.

          Hal yang menarik dari kurva pada Gambar 3, adalah kurva pada kompartemen terumbu karang, yaitu pada tahun pertama langsung anjlok dan mendekati  nilai nol pada tahun ke-5  dan mulai menanjak kembali pada tahun ke-6.  Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada awal-awal tahun, produksi daun mangrove yang gugur masih rendah dengan demikian yang hanyut masuk ke daerah terumbu karang juga sangat kecil (0,6% dari total ekspor), sehingga hampir semua masukan daun habis terdekomposisi dan di grazing oleh herbivora.  Setelah tahun ke-6, pertumbuhan mangrove mulai tinggi sehingga produksi daun mangrove yang gugur juga meningkat dan pada akhirnya jumlah yang masuk ke terumbu karang juga besar.  Berat yang tinggi ini masih tersisa setelah dikurangi oleh aktivitas biologi yang menyebabkan berat daun mangrove terus meningkat sampai mencapai kestabilan pada pertengahan tahun ke-2.

          Kurva dari berat kotoran daun mangrove menurut waktu yang bersifat eksponensial menunjukkan adanya faktor pembatas yang menekan keberadaan daun mangrove pada masing-masing kompartemen, dalam hal ini adalah aktivitas biologi yaitu dekomposisi dan grazer oleh herbivora atau detrivora, sedangkan lingkungan fisik adalah suhu perairan yang sangat terkait dengan aktivitas makan dan laju metabolisme.

 

b.  Keterkaitan Berat Daun Mangrove dengan Perikanan

 

          Secara umum keterkaitan antara berat daun mangrove dengan berat ikan herbivora/detrivora  memiliki kecenderungan yang sama, yaitu meningkat secara eksponensial menurut waktu mengikuti peningkatan berat daun mangrove yang tersedia (Gambar 4,5 dan 7), kecuali pada daerah terumbu karang, yang memperlihatkan penurunan yang drastis pada awal tahun pertama dan habis pada tahun ke-2 (Gambar 6).  Hal ini diakibatkan sangat rendahnya berat daun mangrove yang masuk ke daerah ini dan tidak menunjang  untuk pertumbuhan ikan-ikan yang secara khusus memakan  daun-daun mangrove.  Di pihak lain, terjadi kematian kematian alami pada ikan-ikan tersebut (pemangsaan, umur atau penyakit) atau karena tertangkap.

 

 

Gambar 4.  Dinamika dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora

mucronata pada Lantai Hutan dengan Berat Ikan Herbivora Mangrove

dan Tangkapan Lestari (MSY).

 

 

 

 

          Kontribusi daun mangrove terhadap ikan herbivora di daerah terumbu karang sangat kecil (hampir tidak ada), namun demikian mereka berkontribusi secara tidak langsung, yaitu setelah mengalami dekomposisi akan memberi sumbangan berupa unsur hara bagi komunitas fitoplankton yang merupakan makanan ikan-ikan herbivora  kecil.

 

C.  Hubungan Fungsional antara Berat Daun Mangrove dengan Berat Ikan

          Hubungan fungsional antara berat kering daun mangrove dengan berat ikan pada masing-masing kompartemen dianalisis dengan model regresi.  Dari beberapa model regresi dicari model yang memiliki nilai korelasi yang tertinggi dengan menggunakan Program Excel.  Hasil analisis dan diagram pencar (plot) antara berat kering daun mangrove dengan berat ikan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 memperlihatkan bahwa ketergantungan yang nyata dari ikan herbivora terhadap berat daun mangrove dengan nilai korelasi > 0,95, kecuali pada daerah terumbu karang yang memiliki korelasi sebesar  0,74.  Secara umum hubungan matematis antara berat ikan dengan berat kering daun mangrove bersifat polinomial, kecuali pada daerah soft bottom laut dalam yang bersifat eksponensial.  Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi mangrove terhadap perikanan pada ekosistem pantai sangat berarti, oleh karena itu ekosistem ini perlu dijaga keberadaannya.

 

 

 

 

Gambar 5.  Dinamika dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora

mucronata di Daerah Padang Lamun dengan Berat Ikan Herbivora Lamun

dan Tangkapan Lestari (MSY).

 

 

 

 

 

Gambar 6.  Dinamika dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora

mucronata di Daerah Terumbu Karang dengan Berat Ikan Herbivora

Karang  dan Tangkapan Lestari (MSY).

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.  Dinamika dan Keterkaitan antara Berat Daun Mangrove Rhizophora

mucronata pada Soft Bottom Laut Dalam  dengan Berat Ikan Detrivora

Mangrove dan Tangkapan Lestari (MSY).

 

 

 

 

            

            

Gambar 8.  Hubungan Fungsional antara Berat Kering Daun Mangrove dengan Berat

Ikan Herbivora/Detrivora pada Setiap Kompartemen; a. Lantai Hutan;

b. Padang Lamun; c. Terumbu Karang; dan d. Soft Bottom Laut Dalam.

 

 

 

 

 

IV.  KESIMPULAN

 

          Software Stella dapat digunakan untuk menganalisa kontribusi daun mangrove dan keterkaitan antara beberapa kompartemen pada lingkungan sekitarnya serta menganalisa pengaruhnya terhadap perikanan dan dampak degradasi mangrove terhadap perikanan.  Software ini juga mampu menganalisa secara komprehensif dari kompartemen dan faktor lingkungan yang bekerja pada setiap kompartemen, serta dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan pengelolaan suatu sumberdaya, karena kemampuannya memprediksi  dalam suatu satuan waktu tertentu.

          Dari pengembangan model simulasi, diketahui bahwa produksi daun mangrove yang gugur memberi kontribusi bahan dan energi yang berarti terhadap ekosistem atau lingkungan lainnya yang berada di sekitarnya dan sangat menunjang perikanan pantai.  Keberadaan daun mangrove pada setiap kompartemen sangat ditentukan oleh aktivitas biologi terutama laju dekomposisi dan grazing oleh ikan dan organisme bentik seperti kepiting dan udang.  Aktivitas biologi ini juga sangat terkait dengan lingkungan terutama suhu perairan.

          Degradasi hutan mangrove secara nyata menurunkan perikanan pantai, karena berkurangnya sumbangan bahan (makanan atau unsur hara) dan atau energi bagi ekosistem sekitarnya dan tentunya sangat terkait dengan intensitas kerusakannya.

          Untuk melihat dinamika dari suatu kompartemen di alam yang bersifat terbuka maka perlu dipelajari dalam waktu yang lama dengan memasukkan faktor-faktor lingkungan  yang berpengaruh nyata terhadap dinamika yang dipelajari baik dalam skala ruang maupun waktu,

sehingga persamaan-persamaan yang digunakan dalam model betul-betul mendekati realitas di lapangan.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, V.J., 1977.  Introduction.  In Chapman, V.J. (ed.).  Wet Coastal Ecosystems : Ecosystems of the World I.  Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. P 1-29.

 

de Leon, R.O.D., J.A.U. Nuique, and R.J. Raymundo,  1992.  Leaf litter production and tidal export of Rhizophora apiculata Blume and R. mucronata, Lamx., from The Talabong Mangrove Forest in Bais Bay, Negros Oriental, Philippines. In  Ming, C.L. and C.R. Wilkinson. Proceedings of Marine Science:Living Coastal Resources.  3rd Asean Science & Technology Week. 21-23 Setember 1992.

 

Eong, O.J., 1993.  Mangroves: a carbon source and sink.  Chemosphere 27 (6):1097-1107.

 

High Performance Systems Inc.,  1988.  Stella®-II.   High Performance Systems, 45 Lyme Road, Hanover NH 03755.

 

Pimm, S.L.,  1982.  Food Webs.  Chapman and Hall, London-New York. 217 pp.

 

Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa,  1997.  The Ecology of the Indonesian Seas (Part  2), Volume VIII.  Periplus Edition (HK) Ltd.

Pomeroy, L.R. and J.J. Alberts (eds),  1988.  Concepts of Ecosystem Ecology. Springer-Verlag,  New York.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1.  Deskripsi  Model Matematis dari Produksi Daun Mangrove

Model matematis dari produksi daun yang gugur adalah : 

§     Faktor Tumbuh = 0.35*Produksi_Daun+1000

                Persamaan matematis dari produksi kotoran daun pada setiap kompartemen, adalah sebagai berikut :

§     Lantai_Hutan(t) = Lantai_Hutan(t - dt) + (A1 - Dekomposisi - grazing_ikan) * dt

§     Total_Export(t) = Total_Export(t - dt) + (A2 - A_3 - A4 - A5) * dt

Dengan nilai :       A3 = 0.006*Total_Export (Terumbu karang)

A4 = 0.8362*Total_Export (tempat lain : soft bottom laut dalam)

A5 = 0.1579*Total_Export (padang lamun)

Produksi ikan herbivora dan detrivora pada masing-masing kompartemen disajikan dengan persamaan matematis menurut waktu (satuan tahun), yaitu :

§                     ikan_herbi_mangrove(t) = ikan_herbi_mangrove(t-dt)+(grazing_ikan-mortalitas_ Ikan_herb_

                                               mangrove - Ik_herb_mangr_MSY) * dt

§     Ik_herb_lamun(t) = Ik_herb_lamun(t-dt)+(graz_ikan-mortalitas_Ik_herb_lamun - Ik_herb_

                                    lamun_MSY) * dt

§                     Ik_herb_T_krg(t) = Ik_herb_T_krg(t-dt)+(grzng_ikan-Mortalitas_Ik_herb_T_krg - Ikan_herb_

                                   T_krg_MSY) * dt

§     Ik_detr_sbottom(t)= Ik_detr_sbottom(t-dt)+(grazing_ikan_detr_sbottom-  mortalitas_Ik_detr_

                                     s_bottom - Ik_detr_sbottom_MSY) * dt

 

                Sedangkan model matematis dari produksi detritus pada lingkungan soft bottom laut dalam adalah :

§                     Detritus(t) = Detritus(t - dt) + (A6 - grazing_ikan_detr_sbottom) * dt

Adapun hubungan fungsional antara kompartemen dengan lingkungan dicari dengan fungsi linear.  Secara lengkap persamaan yang digunakan dalam  pengembangan model ini disajikan di bawah ini :

Detritus(t) = Detritus(t - dt) + (A6 - grazing_ikan_detr_sbottom) * dt

      INIT Detritus = 10

INFLOWS:

A6 = 0.5*Soft_bottom_Laut_Dalam+0.3*suhu_softbottom

OUTFLOWS:

grazing_ikan_detr_sbottom = 0.25*Detritus+0.15*suhu_softbottom

ikan_herbi_mangrove(t)= ikan_herbi_mangrove(t-dt)+(grazing_ikan-mortalitas_ Ikan_herb_

                                             mangrove - Ik_herb_mangr_MSY) * dt

      INIT ikan_herbi_mangrove = 10

INFLOWS:

grazing_ikan = 0.2*Lantai_Hutan+0.15*Suhu_Dasar

OUTFLOWS:

mortalitas_ikan_herb_mangrove = 0.15*ikan_herbi_mangrove+0.25*Suhu_Dasar

Ik_herb_mangr_MSY = 0.5*ikan_herbi_mangrove

Ik_detr_sbottom(t)= Ik_detr_sbottom(t-dt)+(grazing_ikan_detr_sbottom-  mortalitas_Ik_detr_

                                     s_bottom - Ik_detr_sbottom_MSY) * dt

INIT Ik_detr_sbottom = 10

 

INFLOWS:

grazing_ikan_detr_sbottom = 0.25*Detritus+0.15*suhu_softbottom

OUTFLOWS:

mortalitas_Ik_detr_s_bottom = 0.3*Ik_detr_sbottom+0.25*suhu_softbottom

Ik_detr_sbottom_MSY = 0.5*Ik_detr_sbottom

Ik_herb_lamun(t) = Ik_herb_lamun(t-dt)+(graz_ikan-mortalitas_Ik_herb_lamun - Ik_herb_

                                lamun_MSY) * dt

INIT Ik_herb_lamun = 10

INFLOWS:

graz_ikan = 0.1*Padang_Lamun+0.15*suhu_plamun

OUTFLOWS:

mortalitas_Ik_herb_lamun = 0.17*Ik_herb_lamun+0.25*suhu_plamun

Ik_herb_lamun_MSY = 0.5*Ik_herb_lamun

Ik_herb_T_krg(t) = Ik_herb_T_krg(t-dt)+(grzng_ikan-Mortalitas_Ik_herb_T_krg - Ikan_herb_

                                   T_krg_MSY) * dt

INIT Ik_herb_T_krg = 10

 

INFLOWS:

grzng_ikan = 0.35*Terumbu_Karang+0.15*Suhu_Terumbu_karang

OUTFLOWS:

Mortalitas_Ik_herb_T_krg = 0.15*Ik_herb_T_krg+0.25*Suhu_Terumbu_karang

Ikan_herb_T_krg_MSY = 0.5*Ik_herb_T_krg

Lantai_Hutan(t) = Lantai_Hutan(t - dt) + (A1 - Dekomposisi - grazing_ikan) * dt                                     

INIT Lantai_Hutan = 0

INFLOWS:

A1 = 0.3765*Produksi_Daun

OUTFLOWS:

Dekomposisi = 0.15*Lantai_Hutan*(0.015*Suhu_Dasar)

grazing_ikan = 0.2*Lantai_Hutan+0.15*Suhu_Dasar

Padang_Lamun(t) = Padang_Lamun(t - dt) + (A5 - dek - graz_ikan) * dt

INIT Padang_Lamun = 10

INFLOWS:

A5 = 0.1579*Total_Export

OUTFLOWS:

dek = 0.20*Padang_Lamun*(0.015*suhu_plamun)

graz_ikan = 0.1*Padang_Lamun+0.15*suhu_plamun

Produksi_Daun(t) = Produksi_Daun(t - dt) + (Tumbuh - A2 - A1) * dt

INIT Produksi_Daun = 2.154

INFLOWS:

Tumbuh = 0.35*Produksi_Daun+1000

OUTFLOWS:

A2 = 0.6235*Produksi_Daun

A1 = 0.3675*Produksi_Daun

Soft_bottom_Laut_Dalam(t) = Soft_bottom_Laut_Dalam(t - dt) + (A4 - Dekomp - A6) * dt

INIT Soft_bottom_Laut_Dalam = 10

INFLOWS:

A4 = 0.8362*Total_Export

OUTFLOWS:

Dekomp = 0.15*Soft_bottom_Laut_Dalam*(0.015*suhu_softbottom)

A6 = 0.5*Soft_bottom_Laut_Dalam+0.3*suhu_softbottom

Terumbu_Karang(t) = Terumbu_Karang(t - dt) + (A_3 - Dekom - grzng_ikan) * dt

INIT Terumbu_Karang = 10

INFLOWS:

A_3 = 0.006*Total_Export

OUTFLOWS:

Dekom = 0.2*Terumbu_Karang*(0.015*Suhu_Terumbu_karang)

grzng_ikan = 0.35*Terumbu_Karang+0.15*Suhu_Terumbu_karang

Total_Export(t) = Total_Export(t - dt) + (A2 - A_3 - A4 - A5) * dt

INIT Total_Export = 10

INFLOWS:

A2 = 0.6235*Produksi_Daun

OUTFLOWS:

A3 = 0.006*Total_Export

A4 = 0.8362*Total_Export

A5 = 0.1579*Total_Export

 

Suhu_Dasar = GRAPH(TIME)

(1.00, 23.5), (2.10, 25.5), (3.20, 27.0), (4.30, 23.5), (5.40, 25.5), (6.50, 27.0), (7.60, 28.5), (8.70, 28.5), (9.80, 28.0), (10.9, 24.5), (12.0, 24.5)

 

Suhu_plamun = GRAPH(TIME)

     (1.00, 28.0), (2.10, 28.5), (3.20, 30.5), (4.30, 30.5), (5.40, 29.0), (6.50, 31.5), (7.60, 33.5),  

     (8.70, 34.0), (9.80, 34.0), (10.9, 31.0), (12.0, 29.0)

Suhu_softbottom = GRAPH(TIME)

     (1.00, 21.5), (2.10, 21.0), (3.20, 23.5), (4.30, 26.0), (5.40, 23.5), (6.50, 26.0), (7.60, 27.0),

     (8.70, 27.0), (9.80, 24.0), (10.9, 22.5), (12.0, 22.0)

 

Suhu_Terumbu_karang = GRAPH(TIME)

     (1.00, 27.0), (2.10, 28.0), (3.20, 30.0), (4.30, 29.0), (5.40, 28.5), (6.50, 30.0), (7.60, 31.0),

     (8.70, 31.5), (9.80, 30.5), (10.9, 27.5), (12.0, 27.5)