Ringkasan

 

 

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000  Dedin F Rosida  

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng 

 

 

STUDI EFEK HIPOKOLESTEROLEMIK CINCAU HITAM

 

 

Oleh :

 

Dedin F Rosida 

IPN P09600007

 

 

 

A. PENDAHULUAN

Meningkatnya kesejahteraan penduduk dan ketersediaan pangan mengakibatkan terjadinya perubahan pola konsumsi yang mengarah ke jenis-jenis makanan yang kaya lemak tetapi rendah karbohidrat kompleks, khususnya serat pangan. Keadaan ini telah menimbulkan kenaikan prevalensi penyakit degeneratif, terbukti dari hasil survei rumah tangga tahun 1992 yang menunjukkan penyakit pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Soekirman et.al., 1992).

Disisi lain hasil penelitian epidemologi yang meyakinkan bahwa kadar kolesterol total yang tinggi dan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah merupakan penyebab arterosklerosis yang bisa berakibat timbulnya penyakit jantung koroner(PJK). Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL dalam darah. Dengan demikian faktor makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah juga mempengaruhi resiko terjadinya PJK (Sri Raharjo, 1992). Oleh karena itu upaya pencegahan penyakit ini lewat pengaturan konsumsi zat gizi menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan, salah satunya adalah peningkatan asupan serat pangan. Kenaikan asupan dapat ditempuh dengan menaikkan konsumsi kadar serat pangan dalam produk makanan. Serat pangan dari cincau hitam nampaknya merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan, karena mempunyai kadar yang cukup tinggi.

 

 

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode pengolahan cincau hijau yang terbaik agar mudah dimanfaatkan oleh masyarakat dan mempelajari efek konsumsi serat pangan  daun cincau hijau  kering dan instan dalam mempengaruhi profil lipid  darah hewan percobaan serta pengaruhnya terhadap bakteri patogen.

 

 

 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi potensi serat pangan yang terdapat pada cincau hijau terhadap  kesehatan.

 

 

B.KERANGKA PEMIKIRAN

Cincau hitam cukup tinggi kandungan serat pangannya. Serat pangan merupakan komponen penting dalam diet sehari-hari. Kenaikan konsumsi serat pangan dapat berinteraksi secara langsung dengan proses absorpsi baik di dalam usus halus maupun di dalam usus besar.

Dalam usus halus serat pangan akan menyerap dan mengikat asam-asam empedu dan selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh bersama-sama dengan tinja. Berkurangnya asam empedu tersebut akan menyebabkan hati mensintesis asam empedu lagi, sehingga kolesterol yang merupakan bahan dasar sintesis asam empedu tersebut, jumlahnya akan berkurang, baik kholesterol dalam plasma darah maupun dalam jaringan. .

 

C. TINJAUAN PUSTAKA
C.1.Cincau Hijau
Cincau adalah sejenis tanaman yang dapat digunakan untuk membuat gelatin cincau. Tanaman cincau telah lama dibudidayakan di Indonesia. Sebagian masyarakat lebih mengenal gelatin camcau daripada tanaman cincau. Beberapa tanaman yang digunakan untuk membuat gelatin camcau adalah cincau hitam, cincau hijau, cincau perdu dan cincau minyak.

Pengolahan cincau hitam menghasilkan gelatin camcau padat , licin dan berwarna hitam. Pengolahan cincau perdu, cincau hijau dan cincau minyak menghasilkan gelatin camcau padat, licin, agak transparan, berwarna hijau dan memiliki aroma spesifik.(lebih enak). Gelatin camcau biasanya lebih diminati konsumen.

Cincau hijau atau Cyclea barbata termasuk suku sirawan-sirawanan (Menispermaceae). Tanaman tersebut dikenal dengan berbagai nama, yaitu tarawulu, trewulu, camcauh (sunda), juju, kepleng, krotok, camcao (jawa), telor, terung kemau (Melayu)

Daun cincau hijau mengandung karbohidrat, polifenol, saponin, flavonoida dan lemak. Selain itu, daun cincau juga mengandung unsur yang berupa kalsium, fosfor, vitamin A dan vitamin B. (Daftar komposisi gizi dari daun cincau hijau dapat dilihat pada tabel 3). Akar cincau hijai mengandung pati, lemak dan alkaloid cycleine H26 H27 N2O2-OH-OCH yang rasanya pahit. Gelatin cincau hijau selain dimanfaatkan membuat minuman penyegar, dapat digunakan untuk mengobati radang lambung, demam dan tekanan darah tinggi. (Setijo Pitojo, 1998).

 

Tabel 1. Daftar Komposisi Gizi  Cincau Hijau

Komposisi

 

Kalori   (kal)

122

Protein (g)

6,0

Lemak  (g)

1,0

Hidrat arang (g)

26,0

Serat kasar (g)

6,23

Kalsium (mg)

100

Fosfor (mg)

100

Besi (mg)

3,3

Vitamin A (SI)

107,50

Vitamin B1 (mg)

80

Vitamin C (mg)

17

Air  (g)

66,0

Bahan yang dapat dicerna (b.d.d) (%)

40

Sumber : Setijo Pitojo, 1998

 

 

C2. Ontologi Hipokolesterolemik dan Hubungannya dengan Serat Pangan

Efek fisiologis serat pangan tidak hanya disebabkan oleh sifat-sifat fisiknya antara lain (I) kapasitas pengikatan air yang tinggi, (ii)viskous, (iii) kemampuan untuk mengabsorbsi molekul organik dan (iv) kapasitasnya sebagai penukar ion tetapi juga disebabkan serat pangan dapat dipecah oleh ensim yang dihasilkan oleh bakteri di dalam usus besar (fermentasi) menghasilkan H2, CH4, CO2 dan SCFA (Short Chain Fatty Acid) . SCFA yang dihasilkan kira-kira beratio 60:25:15 dan dapat bervariasi tergantung dari asal karbohidrat yang difermentasi. Pemecahan dan metabolisme karbohidrat (RS=resistant starch dan NSP = non starch polisaccharide) di dalam usus besar dapat dilihat pada gambar berikut :

 

 

Masuk  Kolon                    Pati (RS)       Selulosa(SP)              Hemiselulosa(SP)

 


                                                 

 

Dimetabolisme                               Hexosa                                     Pentosa

Oleh bakteri untuk

                            pertumbuhan

                            bakteri                                          Glikolisis                       jalur pentosa posfat

 


                                                    asam piruvat

 


 

                             Produk Akhir                  SCFA:asetat ,propionat,butirat           Gas:H2,CH4,CO2  

 


 

 

              Diabsorbsi oleh kolon            hilang bersama             hilang dalam nafas

                                          dan dimetabolisme                  faeces                           setelah absorpsi

 

 

                           Gambar 1. Metabolisme pati (RS) dan NSP di dalam usus besar Marsono,Y,1993)

 

SCFA sangat cepat diabsorpsi dari lumen kolon masuk ke mucosa di sekitarnya dimana sebagian besar butirat dioksidasi menghasilkan enersi. Sisa butirat dan sebagian besar sisa SCFA yang lain masuk ke dalam pembuluh darah porta dan diangkut ke liver. Asetat dan propionat diduga mempengaruhi metabolisme kolesterol di dalam hati. Asetat adalah substrat utama untuk sintesis kholesterol sedangkan propionat menunjukkan kemampuannya menurunkan sintesis asam lemak dan kolesterol di dalam hati. Demikian juga kemampuan SP larut untuk mengikat asam empedu sehingga memacu ekskresi sterol dan secara tak langsung dapat menurunkan kolesterol. Efek fermentasi serat yang lain adalah menurunkan pH digesta serta menaikkan kontribusi keruahan (bulky) feses karena naiknya jumlah massa bakteri dan mikroba patogen terperangkap dalam serat (Shneemann,1986).

 

C. HIPOTESIS

Cincau hitam dapat menurunkan kolesterol dalam darah

 

D. METODOLOGI

Pada penelitian ini dibuat 3 macam diet, yaitu diet kontrol yang disusun berdasarkan formula AIN-93 (reeves et al., 1993),  diet tinggi lemak tinggi kolesterol (TLTK) untuk mencapai kondisi hiperkolesterol dan diet perlakuan yang meliputi diet kontrol, diet Tinggi Serat Standar (TSS), diet Cincau Hitam Instan Standar (CIS), diet  Cincau Hitam Kering Standar (CKS) dan diet Tinggi Serat Cincau hitam Kering dan Cincau Instan (TSKI) yang dihitung berdasar komposisi Cincau hitam dari analisis proksimat.

        

                                 50 ekor tikus wistar jantan

                                                     umur 2 bulan

 


 

 

Pembagian Kelompok @ 10 ekor

 

Kontrol

    TSS

      CIS

   CKS

  TSKI

 

         Pemberian pakan adaptasi 7 hari

                         (Diet-AIN 93)

 

                                    

                                                                        Analisis darah

 


 

 

    Pemberian pakan TLTK 14 hari (selain Kel. Kontrol)

                     Kel.kontrol : Diet AIN – 93

 

 

                                                                         Analisis darah

 


 

 

 

          Diet perlakuan 30 hari

 

Kontrol

    TSS

      CIS

   CKS

  TSKI

 

 

 

                                                                    Analisis darah :

                                                            1.kolesterol total serum

                                                            2.kolesterol HDL serum

                                                            3.kolesterol LDL serum

                                                            4.trigliserida serum

                                                

                                              

                                                 Gambar 2 Diagram Alir Penelitian

 

 

 

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :1) tahap proses pengolahan daun cincau hijau kering dan pembuatan bubuk instan, 2)Penyusunan pakan, 3)pemeliharaan hewan percobaan dan 4)tahap analisis.

 

1.Pengolahan cincau hijau

Proses pengolahan instan dilakukan dengan penghancuran daun cincau hijau dan ekstraksi kemudian dilakukan proses evaporasi untuk mengurangi kadar air dalam bahan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan freeze dryer, karena kekuatan gelnya sangat tinggi juga dilakukan perlakuan dengan bahan pengisi CMC, Gum Arabic dan soluble starch masing-masing pada konsentrasi  1% , 1,5%., 2%, 2,5%, 3%. Perlakuan yang terbaik yang akan digunakan , dengan terlebih dahulu dilakukan analisa proksimat pada cincau hijau instan dan cincau hijau kering kemudian digunakan untuk perhitungan penyusunan pakan. Untuk analisis pengaruh serat  pangan cincau hijau terhadap hipokolesterolemik diperhitungkan setelah pengurangan bahan pengisi tersebut.

 

2. Penyusunan Pakan

Pada penelitian ini dibuat 3 macam diet, yaitu diet kontrol yang disusun berdasarkan formula AIN-93 (reeves et al., 1993),  diet tinggi lemak tinggi kolesterol (TLTK) untuk mencapai kondisi hiperkolesterol dan diet perlakuan yang meliputi diet kontrol, diet Tinggi Serat Standar (TSS), dietCincau Hijau Instan Standar (CIS), diet  Cincau Hijau Kering Standar (CKS) dan diet Tinggi Serat Cincau hijau Kering dan Cincau Instan (TSKI) yang dihitung berdasar komposisi Cincau hijau. keduanya. Komposisi diet lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Atau dari perhitungan analisis proksimatnya.

 

 Tabel 2. Komposisi Diet Tikus (g/kg diet)

Bahan

Kontrol

TSS

CIS

CKS

TSKI

Tepung jagung

Kasein

Sukrosa

Minyak kedelai

CMC

Campuran mineral

Campuran vitamin

L-sistin

Kolin bitartrat

Gel Cincau

Cincau hijau instan

530

200

100

70

50

35

10

3

2

-

-

430

200

100

70

150

35

10

3

2

-

-

517

197

100

69,5

-

35

10

3

2

50

-

517

197

100

69,5

-

35

10

3

2

-

50

452

182

100

67

-

35

10

3

2

150

150

Total (gr)

1000

1000

1000

1000

1000

Energi (kkal/gr)

3950

3950

3950

3950

3950

 

 

Tabel 3. Komposisi Diet Kontrol dan Diet Tinggi Lemak Tinggi Kolesterol

Bahan

Diet kontrol

Diet TLTK

Tepung jagung

Kasein

Sukrosa

Minyak kedelai

Kholesterol

CMC

Campuran mineral

Campuran vitamin

L-sistin

Kolin bitartat

530

200

100

70

-

50

35

10

3

2

422,7

200

100

174

3,3

50

35

10

3

2

Total (gram)

1000

1000

Energi (kkal/gr)

3950

4506

 

 

Masing-masing bahan pakan dalam tiap formula diet dicampur secara homogen, kemudian dibuat dalam bentuk pelet, dikeringkan dan pelet kering siap diberikan ke hewan percobaan.

 

3.Pemeliharaan Hewan Percobaan

Pemeliharaan tikus dilakukan selama 51 hari ( 7hari pemberian diet kontrol, 14 hari pemberian diet Tinggi Lemak Tinggi Kolesterol (TLTK) dan 30 hari pemberian diet perlakuan). Tikus jantan jenis wistar umur 2 bulan sebanyak 50 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (masing-masing 10 ekor) dan ditempatkan pada kandang.

Pemberian diet dibagi 3 tahap, yaitu: tahap adaptasi pakan selama 7 hari, tahap diet tinggi lemak tinggi kolesterol untuk mencapai keadaan hiperkolesterol selama 14 hari dan tahap perlakuan dengan pemberian diet cincau hijau selama 30 hari. Pakan diberikan sebanyak 20 gram/ekor/hari dan pemberian minum secara ad libitum Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap hari untuk mengetahui intake pakan sedangkan penimbangan bobot badan dilakukan setiap 3 hari.

 

4. Analisis Hasil

Pada akhir perlakuan,  dilakukan pengambilan darah untuk analisa profil lipid yang meliputi:

1.total kolesterol dengan metode CHOD-PAP (Richmond,1973)

2.Kolesterol HDL dengan metode CHOD-PAP (Eckel et al., 1983)

3.Kolesterol LDL dengan metode  CHOD-PAP (Wieland dan Seidel,1983)

4.Trigliserida  (Mc Gowan et al., 1983, Fossati dan Principe,1982)

                   5.Total Mikroba Patogen dengan Metode TPC

 

Pengambilan darah tikus dilakukan pada plexus retroorbitalis dengan pipet mikrohematokrit. Darah yang keluar ditampung dalam dua buah tabung, salah satunya diberi EDTA (untuk pengambilan plasma), masing-masing sebanyak 2,5 ml . Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Larutan serum dan plasma (warna bening) diambil dengan pipet perlahan-lahan untuk diperiksa profil lipid pada serum darah.

Data yang didapat dilakukan analisis varians dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 10 ulangan. Jika ada beda nyata diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan tingkat kepercayaan 5% dan !%.

 

E. PUSTAKA

 

Asp, N-G. (1992), Resistant Starch. European Flair – Concerted Action on Resistant Starch (EURESTA).Euro.J.Clin.Nut.46 (Suppl.2): S1-69

 

Haskell, W.L., Spiller G.A., Jensen ch,D., Ellis, B.K, Gates J.E (1992). Role of Water Soluble Dietary Fibre in the Management of Elevated Plasma Cholesterol in Healthy Subjects. Am.J.Cardiol 69:433

 

Kestin,M., Moss,R., Clifton,P.M and Nestel,P.J (1990). Comparative Effect of Three Cereal Brans on Plasma Lipids, Blood Pressure and Glucose Metabolisme in Midly Hypercholesterolemik Men. Am.J.Clin Nutr.52:661

 

Marsono. Y(1996). Dietary Fiber dalam Makanan  dan Minuman Fungsional,  Disampaikan dalam Kursus singkat  Makanan Fungsional. PAU-UGM

 

Marsono, Y dan Rb. Kasmidjo(1997). Sifat Hipokolesterolemik Tempe yang dibuat dengan Proses Hemat Air. Disampaikan pada seminar Nasional PATPI 16-17 Juli 1997 Denpasar Bali

 

Mayes, P.A.(1995), Dalam Biokimia Harper (Harper’s Biochemistry). Edisi ke-22 penerbit buku kedokteran, EGC

 

Mixon,M.J., Dadson,W.L and Miller, H.W (1990). Effect of Selected Dietary Constituents on Serum Total Cholesterol in Growing Finishing Swine (Abstr) Fased J.A : 529

 

Nusantara, B.,Haryadi, Supriyadi (1998) Pengaruh Jenis Pengekstrak dan Jenis Pati terhadap Sifat Gel Cincau yang dibuat dengan Ekstraksi dan Pemasakan Optimal. Agritech 4:24-28

Potter, S.M (1995). Overview of proposed Mecanisme for the Hypocolesterolemic Effect of Soy., J.Nutr.125:6065-6115

 

Reeves, P.G., Neilson F.H and Fahey G.C (1993). AIN-93 Purified Diets for Laboratory Rodents : Final Refort of the American Institute of Nutrition Ad Hoc Writing Comitte on the Reformulation of the AIN – 76 A Rodent Diet. J.Nutr.123: 1939-1951

Schneeman, B.O (1986). Dietary Fiber, Physical and Chemistry Properties Methods of Analysis Review, J.Cereal Foods Word/815

 

Setijo Pitojo (1998). Aneka Tanaman Bahan Camcau . Penerbit Kanisius

 

Singhal, A.K., Sadowsky, J.F., Mc Cherry, C.K and Mosbach, E.H (1983). Effect of Cholesterol and Bile Acid on the Regulation of Cholesterol Metabolism in Hamster. Biochim. Biophys.Acta 752: 214-222

 

Soekirman, Tarwotjo,I., Jus’at,I., Sumodiningrat,G and Jalal.,(1992). Economic Growth, equity and ntritional improvement in Indonesia. Switzerland: Administrative Committee on Nutrition (ACC/SCN), World Health Organization (WHO)

 

Sofi Margritje Sembor, Y.Marsono dan Zuheid Noor (1999). Pengaruh Serat Ampas Tahu dan Tempe Gembus terhadap Profil Asam Lemak Rantai Pendek dalam Digesta Tius Wistar. Agritech 4 : 160-165

 

 Sri Rahardjo, (1999). Konsumsi Protein Kedelai lebih Efektif Menurunkan Kolesterol Darah dibandingkan Isoflavon. Agritech 4:149-160

 

Sri Sumarsih, Y.Marsono, Pudji Hastuti (1998) Kontribusi Oleat, b-Karoten dan a-Tocoferol pada Sifat Hipokolesterolemik Bekatul Beras Merah (Varietas Barlean). Prosiding Seminar Nasional PATPI p 293

 

Supriyadi, Edy Wibowo, Haryadi (1998). Pengaruh Proporsi Janggelan (mesona Palustri BL) dan Jenis pati terhadap Sifat Gel Cincau Hitam pada Kondisi Ekstraksi Optimum. Prosiding Seminar Nasional PATPI p 237

 

Supriyadi,Ahmat Wahyudin,Haryadi (1999). Optimasi Rasio Janggelan (mesona Polustris) dengan Tapioka dan Pati Aren pada Pembuatan Gel Cincau Hitam dan Batas Waktu Umur Panjang. Prosiding seminar Nasional Makanan Tradisional p 277

 

Suyitno (1991). Pengolahan Bubuk Serat Makan dari Buah-buahan. PAU Pangan dan Gizi UGM

 

Trowell, H (1972). Definition of Dietary Fibre and the Hypothesis that it is a Protective Factor in Certain Disease.Am.J.Chin.Nutr.29:417