PENGETAHUAN

 

Re-edited  20 December, 2000

Copyright © 2000 Cornelis F.T. Mandey    

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana - S3

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

PENGETAHUAN

(SCIENCE)

 

 

Oleh :

 

Cornelis F.T. Mandey

(TKL 995188)

 

PENDAHULUAN

            Sepanjang hidup manusia ada keinginan untuk memburu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan melalui berbagai program pendidikan.  Lalu apa yang dimaksud dengan pengetahuan itu sendiri ? Pertanyaan ini sampai saat sekarang tetap menjadi bahan perenungan yang tidak habis-habisnya di jagat raya.

“Apakah hakikat pengetahuan itu ?” Jawaban terhadap pertanyaan ini tersedia beberapa jawaban, ada yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang bisa dibuktikan kebenarannya secara empirik  ada pula yang menyebutkan pengetahuan mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu obyek.

Pada jawaban pertama yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang bisa dibuktikan kebenarannya jika demikian apakah benar jika hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara empirik adalah bukan pengetahuan. Tentunya tidak. Jawaban kedua yang lebih bisa diterima yakni pengetahuan diartikan secara luas adalah mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu obyek.  Sehingga pengetahuan  dalam terminologi generik adalah mencakup segenap cabang pengetahuan seperti, seni, moral dan ilmu. 

Secara garis besar pengetahuan digolongkan kepada tiga kategori utama berdasarkan kegunaannya yakni :

(1) pengetahuan tentang baik dan buruk  yang dikenal sebagai etika,

(2) pengetahuan tentang indah dan jelek  yang dikenal sebagai estetika,

(3) pengetahuan tentang benar dan salah  yang dikenal sebagai logika,

Sedangkan sumber pengetahuan adalah pikiran, perasaan, indera, intuisi dan wahyu.

Semua pengetahuan dibedakan atas tiga ciri pembeda yakni :

(1) tentang apa (ontologi)

(2) tentang bagaimana (epistomologi)

(3) untuk apa .(aksiologis) pengetahuan tersebut diketahui, disusun dan dimanfaatkan

 

PENGETAHUAN DALAM ALIRAN FILSAFAT

Pemahaman tentang pengetahuan ternyata berkembang dari masa kemasa.  Secara umum pemahaman ini disajikan pada Tabel 1.  Dimana dimulainya embrio filsafat sebagai awal pengetahuan terjadi di Yunani.  Para filsuf Yunani memberikan batasan bahwa pengetahuan adalah idea atau abstraksi dari realita.  Semua kondisi di dunia nyata telah ada di dunia idea.  Juga disebutkan sebagai hal yang mutlak, abadi dan tidak berubah.  Dalam pandangan ini pula menjadikan pengetahuan sebagai hal yang supranatural yang mengarah ke hal-hal yang abstrak dan teoritis.

Salah seorang filsuf Yunani yang termasyur, Aristoteles menyebutkan bahwa pengetahuan bertujuan mencari penyebab obyek yang diselidiki.  Sehingga  untuk mengartikan kejadian dikenal ada empat pembeda yakni :

(1)   penyebab efisien : inilah sumber kejadian misalnya tukang kayu membikin sebuah kursi

(2)   penyebab final : inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian misalnya kursi dibuat supaya orang bisa duduk di atasnya

(3)   penyebab material : inilah bahan dari mana benda dibikin misalnya kursi dibuat dari kayu

(4)   penyebab formal : inilah bentuk yang menyusun bahan sehingga kayu menjadi sebuah kursi

 

Tabel 1. Pengetahuan Menurut Berbagai Aliran Filsafat

 

No.

Aliran

Batasan Pengetahuan

Keterangan

1.

Filsuf Yunani

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Aristoteles

Idea atau abstraksi dari realita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mencari penyebab-penyebab obyek yang diselidiki

·        Pengetahuan adalah sesuatu yang mutlak, abadi dan tidak pernah berubah

·        Mempunyai hirarki atau tingkatan-tingkatan dari tertinggi hingga terendah

·        Pengetahuan tertinggi adalah supranatural, akibat anggapan ini perkembangannya ke hal-hal yang abstrak dan teoritis 

Macam penyebab :

  1. Penyebab efisien
  2. Penyebab final
  3. Penyebab Material
  4. Penyebab Formal

2.

Islam Klasik

Sesuatu yang utuh (whole), terpadu (integrated) dan tersintesiskan (synthesized), sehingga membentuk harmoni

·        Mengakui adanya hirarki pengetahuan

·        Pengetahuan abstrak dan konkrit atau teoritik dan praktis ada dalam tingkatan yang sama

·        Pengetahuan sejati diperoleh melalui kehidupan yang baik, bersih dan jujur disertai dengan latihan spritual

3.

Realisme

Informasi yang terorganisasi yang sesuai realitas alam semesta. 

·        Pengetahuan tidak hanya didasarkan atas keyakinan, melainkan atas konsensus dan pengujian berulang-ulang oleh  orang-orang yang berkompoten untuk melakukannya 

 

4.

Pragmatisme atau Eksperimentalisme

Produk dari pengalaman yang berlaku secara individu

·        Tujuan pengetahuan adalah untuk mendorong terjadinya aksi

·        Tidak mempunyai hirarki

 

 

Pemahaman apa yang disebut pengetahuan dalam pandangan Islam ternyata lebih terarah ke dunia nyata, tidak semata dunia idea.  Karena mnurut pandangan Yunani Kuno mempelajari pengetahuan keduniaan semata adalah kebodohan.  Sedangkan pemikir Islam justru menyatakan dengan mempelajari pengetahuan dunia dapat membawa kepamahaman tentang keberadaan Tuhan.  Sehingga dalam pola sikap individu menekankan tingkah laku baik, bersih dan disertai dengan latihan spritual untuk mendapatkan pengetahuan.

Aliran realisme lebih jauh memberikan batasan bahwa pengetahuan adalah informasi yang terorganisasi yang sesuai realitas alam semesta, tidak semata hanya konsensus tetapi juga dapat diuji.  Pandangan ini lebih berkembang lagi karena lebih maju dimana ada pengujian dalam pengetahuan.

Dalam perkembangan selanjutnya paham prgamatisme menyebutkan pengetahuan sebagai produk yang berlaku secara individu dengan tujuan mendorong terjadinya aksi.  Pemahaman ini menyebutkan bahwa manusia terlahir untuk memecahkan masalah.

 

PENUTUP

Pengetahuan ternyata merupakan hal yang menjadi bahan perenungan manusia sepanjang sejarah peradaban.  Dalam perkembangannya diawali dengan konsep abstrak sebatas dunia idea sampai kepemahaman dalam bentuk nyata bahwa pengetahuan adalah hal yang dijadikan dasar suatu aksi untuk memecahkan masalah.

Jika konsep pengetahuan berkembang ke arah sedemikian, kita sebagai pencari pengetahuan hendaklah menggunakannya untuk memecahkan masalah, khususnya terlepasnya dari keterpurukan kehidupan berbangsa dalam semua bidang.

               

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Bertens, K. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

 

Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains. Litera AntarNusa. Jakarta.

 

Suriasumantri. J.S. 1998. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan.

 

Thoyibi. M (Ed) .1999. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.