PENTRANSMIGRASIAN TERNAK DITINJAU DARI ASPEK BIONOMIKA

© 2001 HUDIANA HERNAWAN                                                   Posted: 31 May 2001  [rudyct]  

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)  

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

Juni 2001

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof Dr Ir Zahrial Coto  Posted 3 June, 2001 [RCT]

 

 

 

PENTRANSMIGRASIAN TERNAK DITINJAU DARI ASPEK BIONOMIKA

 

 

 

 

Oleh :

 

 

Hudiana Hernawan

P 17600011/BIO

E-mail: huditari@yahoo.com

 

 

 

 

 

1.  Pendahuluan

 

            Indonesia merupakan negara yang kaya potensi sumber daya alamnya.  Indonesia memiliki daratan yang luas terdiri atas 17.508 pulau dan laut yang luas 3,8 juta km2.  Daratannya ditumbuhi dengan hutan tropis seluas kurang lebih 139 juta Ha yang ditumbuhi berbagai jenis flora dan sebagai habitat berbagai jenis fauna (Gumbira, 2001).

            Apabila kita kaitkan dengan sektor peternakan, keadaan populasi ternak di Indonesia dewasa ini cenderung meningkat di berbagai komoditi, hal ini disebabkan usaha di sektor peternakan banyak dilirik baik oleh pihak Pemerintah maupun pihak swasta.

            Kemajuan teknologi yang begitu pesat dan ditunjang oleh sarana yang baik dan memadai seperti bibit ternak,  pakan, obat-obatan yang cukup maka perkembangan peternakan setiap tahunnya menjadi meningkat.  Akibat dari itu semua maka populasi ternak yang ada semakin meningkat khususnya populasi ternak yang ada di pulau Jawa.  Keadaan ini dapat disadari karena kebanyakan usaha-usaha untuk peningkatan produksi peternakan kebanyakan berada di wilayah pulau Jawa seperti misalnya pusat-pusat pembibitan ternak, Balai Inseminasi Buatan (BIB) dan pusat-pusat penelitian ternak dan lain–lain.  Akhirnya terjadi ketidak seimbangan antara populasi ternak yang ada  di pulau jawa dengan luar pulau Jawa.

            Keadaan penyebaran populasi ternak pada saat ini belum merata, hampir di atas 50% dari seluruh jenis ternak terpusat di pulau Jawa yang luasnya hanya 7% dari seluruh daratan Indonesia.  Dari kedaan populasi tersebut juga tampak bahwa di daerah luar pulau Jawa populasi ternak masih sedikit sedangkan luas daratannya masih cukup luas, dari keadaan ini masih sangat memungkinkan adanya pentransmigrasian ternak, sehingga nantinya ternak-ternak dapat lebih tercukupi akan kebutuhan kehidupannya dengan harapan perkembangannyapun akan meningkat.  Lain halnya di pulau Jawa yang jumlah penduduknya cukup padat begitupun populasi ternaknya, pengembangan peternakan cukup sulit mengingat luas lahan sudah sangat terbatas dan disamping itu bahan pakan sekarang ini bersaing dengan makanan manusia.

            Sebagaimana diamanatkan oleh UUD RI 1945, kekayaan berupa sumber daya alam tersebut seyogyanya dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa pengelolaan SDA yang selama ini dilaksanakan belum sesuai dengan amanat UUD tersebut.

            Melihat keadaan penyebaran populasi ternak yang tidak merata, perlu adanya suatu tindakan ataupun kebijakan Pemerintah yang mendorogn agar penyebaran populasi ternak menjadi merata di pelbagai daerah.  Salah satu upaya untuk dapat mengatasi permasalahan tersebtu adalah dengan melakukan pentransmigrasian ternak.

            Namun demikian, perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang menyangkut kehidupan ternak apabila ditempatkan pada daerah baru, mengingat penampilan produksi seekor ternak akan baik apabila lingkungan disekitarnya (baik lingkungan dalam maupun luar) cocok bagi kehidupan ternak, disamping itu dengan penampilan yang baik dan ditunjang dengan pengelolaan yang baik pula akan menguntungkan ditinjau dari segi ekonomi bagi kehidupan para peternak

 

2.      Maksud dan Tujuan Pentransmigrasian Ternak

Sekaang ini banyak dibicarakan mengenai masalah transmigrasi, namun umumnya ditujukan pada manusia, tetapi jarang sekali transmigrasi yang ditujukan pada masalah ternak.

Berpijak pada program transmigrasi yang dicanangkang Pemerintah, populasi ternakpun kiranya dapat dilakukan usaha seperti itu., baik itu dilakukan berbarengan dengan program transmigrasi penduduk ataupun secara terpisah.

Maksud dan tujuan dari pentransmigrasian ternak yaitu memindahkan ternak dari suatu tempat yang padat ternak ke tempat yang kurang pada ternaknya, tetapi masih dalam satu wilayah negara Indonesia, dengan harapan ternakpun dapat tersebar ke seluruh penjuru tanah air.

Diharapkan dengan pentransmigrasian ternak penyebaran populasi ternak akan merata.  Selain itu ternyata pada program tranmsmigrasi, keberadaan ternak sangat diharapkan untuk membantu kerja para transmigran dalam mengolah lahan, maupun nantinya dapat dijadikan sebagai pekerjaan sambilan agar dapat membantu kehidupan para transmigran.

Dengan dilakukannya pentransmigrasian ternak, akan mudah meningkatkan baik produksi, reproduksi, dan manajemen. Begitupun dalam pengembangannya dapat memanfaatkan lahan-lahan yang masih luas untuk memproduksi bahan pakan ternak, memperluas kandang dan lain sebagainya selama tidak mengganggu kestabilan lingkungan.

Komoditi ternak yang akan ditransmigrasikan ialah tergantung dari jenis ternak yang akan dikembangkan dan diharapkan disesuaikan dengan kebijakan Pemerintah.  Mengingat tidak setiap ternak dapat dikembangkan di suatu daerah dan hal ini tergantung dari kemampuan ternak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Selain penseleksian jenis ternak yang akan ditransmigrasikan, perlu juga dipikirkan daerah mana saja ayang akan menjadi tujuan dari pentransmigrasian ternak ini,  Faktor daerah tujuan ini berkaitan erat dengan kemampuan ternak dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru, perlu juga diperhatikan tidak semua daerah di Indonesia ini yang cocok untuk setiap jenis ternak.

Penseleksian jenis ternak dan daerah tujuan sebelum melakukan pentransmigrasian ternak bertujuan agar program pentransmigrasian ini berjalan dengan lancar dan diharapkan untuk program jangka panjang dapat dijadikan bahan dalam melaksanakan pengwilayahan ternak.

 

3.      Penerapan Aspek Bionomika Ternak pada Pentransmigrasian Ternak

Bionomika ternak adalah ilmu yang mempelajari mengenai interaksi ternak dengan lingkungannya yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomi bagi kehidupan manusia/peternak

Lingkungan yang mempengaruhi ternak itu adalah sesuatu benda yang tampak maupun yang tidak tampak yang ada di sekitar, yang tampak dapat berupa pakan, ternak lain dan sebagainya sedangkan yang tidak tampak dapat berupa udara, angin, kelembaban, suhu dan sebagainya.

Aspek bionomika ternak sifatnya khusus, mengingat pada bionomika ternak tidak hanya dilihat kesesuaian ternak dengan lingkungannya, namun dilihat pula bagaimana aspek eknominya bagi peternak/manusia.  Untuk lebih jelas dapat diartikan, apabila peternak memelihara ternak pada kondisi lingkungan yang cocok bagi ternak, juga harus diikuti dengan keuntungan ekonomi bagi peternak tersebut.

Pentransmigrasian ternak merupakan pogram yang tidak terlepas dari aspek bionomika ternak, mengingat pada pelaksanaannya pentransmigrasian ternak perlu ditinjau dari beberapa segi yang kaitannya dengan penempatan ternak di daerah baru.  Selain itu sebelum dilaksanakannnya pentransmigrasian ternak diharapkan dilakukan penseleksian baik jenis ternak maupun daerah tujuan dari program pentransmigrasian ternak yang dalam hal ini erat kaitannya dengan aspek bionomika ternak.

Ada beberapa cara penempatan ternak di suat u daerah yaitu pendekatan secara geografis; dalam hal ini apabila akan menempatkan ternak, suhu dan kelembaban daerah asal ternak dicatat, kemudian tempatkanlah ternak pada daerah yang memiliki catatan suhu dan kelembaban yang hampir sama dengan daerah asal ternak.  Penempatannya lainnya ialah pendekatan secara teknologis yaitu dengan memanipulasi lingkungan sekitar ternak dengan bantuan peralatan misalnya pengatur suhu kadang (AC), penyemprotan kandang dengan air dan lain sebagainya.

Untuk kondisi di Indonesia kedua pendekatan ini dapat dilakukan, hanya untuk pendekatan teknologis diharapkan teknologi yang digunakan harus sederhana dengan biaya yang relatif ringan.

Produktivitas ternak pada dasarnya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan ternak itu sendiri.  Kedua faktor tersebut dapat dimanipulasi oleh peternak dengan meminimalkan kendala seoptimal mungkin.  Lingkungan manusia  dan ternak mempunyai arti untuk kehidupan dan memproduksi hasil yang dikendalikan oleh beberapa faktor seperti fisik, biologi, sosial-ekonomi, politik, dan agama.  Untuk lebih jelasnya faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

 

                                                               I-----------------  faktor fisik

                                  Lingkungan -------I----------------   faktor pengelolaan

                                                               I----------------  faktor sosio-ekonomi

 

Faktor fisik

Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi dari ternak yaitu produksi.  Banyak definisi yang dikemukakan bagaimana reaksi ternak jika terdapat perubahan dalam lingkungan dan umumnya istilah adaptasi sering digunakan.

Iklim dan perkandangan dapat mempengaruhi proses pemeliharaan tubuh ternak, proses  reproduksi, dan proses produksi ternak yang tergantung  pada kondisi satu atau beberapa proses dapat dipengaruhinya.  Jika lingkungan menjadi beban  (stress) bagi ternak maka yang pertama-tama dipengaruhi adalah proses pemeliharaan.

Pengaruh iklim secara langsung dan tidak langsung terhadap ternak dan produksinya ialah sebagai berikut :

 

 

Iklim adalah komposisi dari beberapa faktor yaitu suhu, radiasi matahari, kelembaban udara, curah hujan, vesolitas udara, dan tekanan udara.  Faktor ini akan membedakan fungsi tubuh ternak seperti suhu tubuh, kecepatan berkeringat, karakteristik penutup tubuh, komposisi darah, hormon dan aktivitas enzim, produksi panas, produksi dan reproduksi.

Salah satu cara yang perlu diketahui dalam memenuhi kebutuhan perkembangan ternak adalah hubungan iklim dan lingkungan.  Sangat sulit untuk menentukan secara mutlak dalam penempatan ternak sebab tergantung pada beberapa faktor antara lain spesies, umur, berat badan, tingkat pengambilan pakan, aklimatisasi dan sistem pemeliharaan.  Jarang sekali secara ekonomis memelihara ternak dengan kondisi lingkungan yang berada dalam daerah thermocomfort zone sepanjang waktu, meskipun dapat diatur dengan perencanaan kandang yang baik.  Diluar daerah ini antara titik kritis terendah dengan tertinggi disebut daerah thermoneutral zone seperti pada ilustrasi di bawah ini;

 

      ----------------------------------------      upper lethal temperature

                   ---------    upper critical temp.

                                     thermocomfort zone                   thermoneutral zone

                    --------     lowe critical temp.

      ------------------------------------------    lower lethal temperature

 

Dari ilustrasi diatas dapat ditentukan kebutuhan untuk menempatkan ternak pada daerah yang cocok dengan kondisi tubuhnya.

            Kecocokan lingkungan daerah yang ditempati oleh ternak begitupun sebaliknya, tidak terlepas dari faktor ketersediaan pakan di daerah tersebut.  Faktor pakan berpengaruh terhadap podukivitas ternak, menurut para ahli bahwa produktivitas ternak di suatu daerah dapat dilihat dari  ketersediaan pakan di daerah tersebut.  Apabila ternak di daerah tersebut produktivitasnya rendah maka kualitas dan kuantitas pakan yang tersedia keadaannya rendah pula.  Dan perlu diperhatikan pula faktor pakanpun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

            Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa antara daerah yang ditempati oleh ternak harus ada kecocokan satu sama lainnya, yang kemudian ditunjang dengan ketersediaan pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup ternak.  Dengan terjadi saling ketergantungan satu sama lain dan masing-masing saling membantu, maka produktivitas ternak di daerah tersebut akan menampilkan performans yan baik.

            Faktor Pengelolaan

            Faktor pengelolaan ini tidak lepas dari peran peternak dalam memelihara ternak.  Tingkah laku dalam produksi, reproduksi, dan nutrisi serta yang lainnya perlu diperhatikan secara cermat dan teliti oleh peternak.

            Selain faktor fisik, faktor pengelolaan perlu diperhatikan dalam melaksanakan pentransmigrasian ternak.  Mengingat tujuan dari penransmigrasian ternak adalah diharapkan selain ternak menyebar secara merata juga poduktivitasnya baik, yang dalam hal ini harus didukung dengan pengelolaan peternakan yang cukup baik.

            Ternak sebagai mahluk hidup dalam mengarungi kehidupan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya, baik itu dalam kondisi lingkungan yang ramah maupun yang tidak ramah.  Kondisi lingkungan yang ramah, artinya nyaman dan serasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas ternak, sedangkan bila kondisi yang tidak nyaman maka poduktivitas ternak akan terganggu.

            Dalam kondisi daerah yang mempunyai empat musim, kondisi lingkungan tidak akan selalu konstan, tetapi selalu bervariasi. Utnuk mengatasi variasi kondisi lingkungan ini perlu adanya usaha untuk mengimbanginya, antara lain dengan memenuhi  kebutuhan hidup ternak.

            Salah satu kebutuhan hidup ternak yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan akan tempat tinggalnya.  Antara ternak dengan tempat tinggalnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bila situasi tempat tinggal dan kondisinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan maka akan berpengaruh negartif terhadap hidup dan kehidupan ternak.  Menurut Yumiarti (1981) bahwa tata laksana yang intensif biasanya selalu diartikan sejalan dengan usaha perbaikan lingkungan hidup, antara lain perkandangan .

            Hal yang perlu diperhatikan dalam menyelaraskan ternak dengan perkandangannya adalah pembatasan jumlah pemeliharaan ternak.  Dalam memelihara ternak perlu adanya pembatasan jumlah yang dipelihara, hal ini perlu diperhatikan oleh karena bila jumlah yang dipelihara dalam satu satuan luas besar maka akan berpengaruh terhadap produksi ternak.  Seperti yang dikemukakan oleh Salisbury dan Salisbury (1979) bahwa semakin besar/tinggi jumlah ternak yang dipelihara., maka bobot tubuh yang dihasilkan akan semakin kecil, yang sebagian besar disebabkan insiden penyakit.  Apabila dilihat dari segi produksi energi maka semakin besar jumlah pemeliharaan ternak maka semakin besar panas lingkungan sekitarnya sehingga ternak lebih terkonsentrasi untuk menghalau panas dari luar tubuh, akibatnya untuk pertumbuhannya akan terganggu.

            Pemeliharaan ternak dengan skala yang besar bisa saja dilaksanakan apabila tidak ada masalah yang khusus mengenai penyakit atau manajemen dan di bawah pengontrolan terhadap lingkungan dengan baik.  Pembatasan dalam jumlah pemeliharaan harus dilihat dari berbagai segi terutama dari faktor lingkungan sekitar. Memang pada kenyataannya bila pemeliharaan dalam skala yang besar akan menghasilkan produksi dan keuntungan yang besar, namun hal ini tidak terlepas dari efisiensi beberapa faktor produksi seperti tenaga kerja, pemberian pakan, pencegahan penyakit dan lain-lain.

Faktor Sosi-ekonomi

            Salah satu kelebihan dari aspek bionomika ternak ialah memperhatikan masalah sosio-ekonomi atau yang lebih  khusus ialah bagaimana interaksi ternak dengan lingkungannya mempunyai keuntungan ekonomi bagi peternak yang memeliharanya.

            Pentransmigrasian ternak harus melihat faktor sosio-ekonomi, mengingat setelah ternak diterjunkan di suatu tempat maka peran selanjutnya adalah kemampuan dari peternak yang akan mengelolanya.  Apabila pengelolaannya berjalan dengan baik,  perkembangan ternak di daerah tersebut akan memperlihatkan kondisi yang terus meningkat.  Dengan terjadinya perkembangan yang baik perlu dipikirkan bagaimana situasi sosio-ekonomi mengingat populasi ternak berada di daerah yang baru sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pemasaran ternak, yang apabila hal ini dapat dipenuhi maka ekonomi pasar  akan memberikan keuntungan bagi peternak.

            Antara faktor fisik, faktor pengelolaaan, dan faktor sosio-ekonomi satu sama lain saling ketergantungan. Sehingga dalam pelaksanaannya pentransmigrasian ternak, ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan secara seksama sehingga apa yang menjadi tujuan dari pentransmigrasian ternak dapat tercapai.

 

4.      Pentransmigrasian Ternak kaitannya dengan Pengwilayahan Ternak

Pentransmigrasian ternak adalah salah satu cara dalam meratakan penyebaran ternak di seluruh wilayah Indonesia.  Pelu diperhatikan bahwa tidak semua daerah dapat dijadikan tujuan dari pentransmigrasian ini, namun harus dilihat faktor-faktor yang menunjang bagi perkembangan ternak maupun perkembangan kehidupan peternaknya apabila ternak ditransmigrasikan ke daerah tersebut.  Penerapan aspek bionomika ternak dalam pelaksanaan pentransmigrasian ternak tidak lain guna mendukung pogram ini.

Daerah tujuan pentransmigrasian ternak akan terus berkembang dengan baik apabila aspek bionomika ternak diterapkan dalam pengelolaannya, sehingga lambat laun daerah ini akan menjadi “penghasil” ternak dan “pemasok” ternak untuk daerah lainnya.

Seperti telah dikemukakan, bahwa tidak semua ternak dapat ditransmigrasikan dan tidak semua daerah dapat dijadikan tujuan program, hal ini tergantung dari kesiapan ternak dan lingkungan serta interaksinya dalam menghadapi program ini.  Dampak dari kesiapan ternak, lingkungan serta interaksinya dalam program pentransmigrasian ternak ini secara jangka panjang dapat dijadikan dasar pengwilayahan ternak.

Pengwilayahan ternak ialah penempatan ternak pada daerah yang benar-benar cocok untuk kehidupan ternak serta mampu menjadikan wilayah tersebut sebagai penghasil dan pemasok ternak.

Tampak disini bahwasanya pentransmigrasian ternak mendukung dibentuknya suatu wilayah ternak yang pada gilirannya akan mengembangkan potensi ternak maupun potensi wilayah tersebut.

 

 

KESIMPULAN

 

1.                  Guna meratakan penyebaran ternak di seluruh wilayah Indonesia perlu dilakukan pentransmigrasian ternak

2.                  Pelaksanaan pentransmigrasian ternak perlu didukung oleh penseleksian ternak dan daerah yang akan dijadikan tujuan program pentransmigrasian.

3.                  Aspek bionomika ternak perlu diterapkan dalam pelaksanaan pentransmigrasian ternak.

4.                  Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pentransmigrasian ternak ialah faktor fisik, pengelolaan dan sosio-ekonomi

5.                  Pentransmigrasian ternak secara jangka panjang akan mendukung terbentuknya suatu wilayah ternak dalam program pengwilyahan ternak.

 

DAFTAR PUSTAKA

Gumbira –Said, E. 2001.  Pengembangan Agribisnis Berbasis Pertanian dan     

     Kehutanan ntuk Memperkuat Otonomi Daerah Menuju Masyarakat Madani     

     Indonesia. Makalah pada Simposim Nasonal Forum Mahasiswa Pascasarjana

     Indonesia, 17 Februari 2001. Bogor.

 

Hernawan, H.  1992.  Pengaruh Lingkungan terhadap Produksi Ternak.Jurusan 

     Peternakan Fakutas Pertanian UNILA.  Bandarlampung.

 

Montsma,G 1984. Tropical Animal Production I.  Departement of Animal     

     Production.

 

Sainsbury , D and P. Sainsbury. 1979. Livestock Health and Housing.  Buler and

     Tanner Ltd.  London

 

Verstegen, M.W.A.  1989.  Perkandangan dan Iklim.  Nffic-Universtas Brawijaya

     Malang

 

Yurmiati, H. 1981.  Evaluasi Tata Letak Kandang di Berbagai Daerah di Jawa Barat. 

    Laporan Penelitian.  Fakultas Peternakan UNPAD. Bandung.