© 2001 I Wayan Suana                                                            Posted: 31 Oct. 2001   [rudyct] 

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)   

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

October 2001

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

LABA-LABA SEBAGAI BIOINDIKATOR

PADA BEBERAPA KONDISI LINGKUNGAN

Oval:

 

 

 

 

 

 

  

 


Oleh :

 

I Wayan Suana
G.426010011 (BIO)
Email : swansurya@yahoo.com

 

  

    Pendahuluan

    Bioindikator (indikator biologi) adalah spesies atau populasi tumbuhan, hewan atau mikroorganisme, dimana kehadiran, vitalitas dan responsnya berubah karena pengaruh kondisi lingkungan. Setiap spesies merespons perubahan lingkungan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Respons yang diberikan mengindikasikan perubahan dan tingkat pencemaran yang terjadi di lingkungannya. Respons yang diberikan oleh masing-masing spesies terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya dapat sangat sensitif, sensitif atau resisten. 

Menurut Nobel et al. (1983) dalam Kovacs (1992), indikator biologi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.    Spesies indikator, dimana kehadiran atau ketidakhadirannya mengindikasikan terjadi perubahan di lingkungan tersebut. Spesies yang mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan lingkungan (stenoecious), sangat tepat digolongkan sebagai spesies indikator. Bila kehadiran, distribusi serta kelimpahannya tinggi, maka spesies tersebut merupakan indikator positif. Sebaliknya, ketidakhadiran atau hilangnya suatu spesies karena perubahan lingkungannya, disebut indikator negatif.

b.   Spesies monitoring, mengindikasikan terdapatnya polutan di lingkungan baik kuantitas maupun kualitasnya. Monitoring sensitif, sangat rentan terhadap berbagai polutan, sehingga sangat cocok untuk menunjukkan kondisi yang akut dan kronis. Monitoring akumulating, merupakan spesies yang resisten dan dapat mengakumulasi polutan dalam jumlah besar ke dalam jaringannya, tanpa membahayakan kehidupannya. Monitoring akumulating dapat berupa indikator pasif, yaitu spesies yang secara alami terdapat di lingkungan yang terpolusi, serta indikator aktif (eksperimental), yaitu spesies yang sengaja dibawa dari lingkungan alami yang tidak terpolusi ke lingkungan yang terpolusi (transplantasi).

c.    Spesies uji, adalah spesies yang dipakai untuk mengetahui pengaruh polutan tertentu, sehingga sangat cocok untuk studi toksikologi.

Banyak tumbuhan dan hewan dapat digunakan sebagai indikator dari pencemaran air, udara dan tanah. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu spesies dapat dipakai sebagai indikator biologi adalah jumlahnya (kelimpahan) yang cukup dan mempunyai reaksi yang spesifik terhadap perubahan lingkungannya (Kovacs, 1992).

Laba-laba dapat memenuhi persyaratan untuk dipakai sebagai indikator biologi, bila dilihat dari kelimpahan serta sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan.

Selain terdapat dalam jumlah yang berlimpah di alam, laba-laba juga mempunyai penyebaran yang sangat luas, yang meliputi hutan, padang rumput, padang pasir, gunung, gua, terowongan, rumah, rawa-rawa dan bahkan di bawah permukaan air (Halliday et al., 1986). Pada area yang terpolusi, masing-masing species laba-laba mempunyai cara yang khas dalam menanggapi perubahan kondisi lingkungan. Kehadiran atau ketidakhadiran suatu spesies laba-laba pada suatu tempat dapat menggambarkan keadaan tempat tersebut (Deeleman-Reinhold, 1990).

  

     Studi Kasus

1. Komunitas laba-laba pada area yang terpolusi di Belanda

Perubahan komposisi spesies laba-laba pada area industri yang terpolusi di Belanda telah diteliti oleh Deeleman-Reinhold (1990) selama lebih dari 14 tahun. Berikut ini adalah data hasil penelitian tersebut.

 

        Tabel 1. Jumlah total per tahun spesies laba-laba yang hidup di tanah

Spesies laba-laba

Tahun

1975

1976

1977

1978

1986

1987

1988

1989

Trochosa terricola

88       

49

75

107

54

51

56

31

Alopecosa pulverulenta

43       

46

72

57

7

12

10

10

Pirata uliginosus

7

33

21

33

76

75

35

46

Pardosa nigriceps

11

20

6

29

8

6

7

12

Pardosa pullata

14       

53

25

47

9

3

3

13

Hygrolycosa rubrofasciata

0         

0

0

1

0

6

4

9

Agroeca proxima

28

46

32

21

4

8

1

-

Drassodes cupreus +

Haplodrassus signifer

-

12

10

12

11

3

0

1

 

            Tabel 2. Jumlah total per tahun spesies laba-laba pembuat jaring

Jenis laba-laba

Tahun

1975

1976

1977

1978

1986

1987

1988

Centromerus sylvaticus

17

12

2

2

21

35

37

Pholcomma gibbum

7

3

15

4

0

0

0

 

Dari tabel 1 dan 2 terlihat bahwa terjadi penurunan pada sebagian besar  spesies laba-laba yang hidup di tanah. Dari 6 spesies yang dominan, 4 mengalami penurunan yang drastis yaitu: Agroeca proxima, Alopecosa pulverulenta, Pardosa pullata dan P. nigriceps. Trichosa terricola menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, Pirata oliginosus meningkat, dan Hygrolycosa rubrofasciata mulai muncul pada akhir periode kedua (1986 – 1989). Pada spesies yang tidak dominan seperti  Drassodes cupreus dan Haplodrassus signifer juga mengalami penurunan yang menyolok.

Laba-laba pembuat jaring, Centromerus sylvaticus menunjukkan peningkatan jumlah yang menakjubkan. Pholcomma gibbum perlu mendapat perhatian khusus. Sampai tahun 1979 spesies ini  masih terdapat di habitatnya, namun pada periode kedua (1986 – 1988) tidak dijumpai lagi. 

Dari hasil tersebut terlihat bahwa, Pholcomma gibbum, Alopecosa pulverulenta, Pardosa nigriceps, P. pullata, Agroeca proxima dan Drassodes cupreus adalah spesies laba-laba yang sensitif terhadap polusi.  Sementara itu Pirata uliginosus merupakan spesies yang resisten terhadap polusi bahan kimia dan keasaman. Centromerus sylvaticus (laba-laba pembuat jaring perangkap) sangat baik sebagai indikator polusi udara, dimana jumlahnya meningkat seiring meningkatnya kadar polutan di udara.

 

2. Komunitas laba-laba di Gunung Tangkubanparahu, Jawa Barat

Berdasarkan penelitian Suana (1998), tentang komunitas laba-laba di Gunung Tangkubanparahu, Jawa Barat, didapat bahwa Pardosa sp dan Trochosa terricola dominan terdapat di daerah yang kering serta banyak cahaya matahari. Kedua jenis laba-laba ini dikenal sebagai laba-laba ‘thermophil’ dan ‘photophil’ (Deltshev, 1990). Sedangkan Agelena limbata banyak terdapat di pohon pada daerah dekat kawah yang masih aktif mengeluarkan belerang. Hal ini mengindikasikan bahwa spesies laba-laba ini toleran terhadap kadar belerang yang tinggi. Di daerah hutan yang lembab banyak ditemukan, Dolomedes sp dan Pisaura sp. Laba-laba tersebut telah diketahui sebagai indikator terhadap kelembaban (Deltshev, 1990).

Penutup

Dari kasus-kasus tersebut diatas maka dapat diringkas nama spesies laba-laba yang dapat digunakan sebagai indikator biologi, sebagai berikut : (gambar-gambar diambil dari Levi & Levi (1990) dan Yaginuma (1986) ).

 

No

Nama Spesies

Kategori

Indikasi

 

 

1.

 

Agelena limbata

 

 

 

 

 

 

 

Monitoring akumulating

 

Toleran  terhadap kadar belerang yang tinggi di udara

(Suana, 1998)

 

2.

 

Agroeca proxima

 

Indikator negatif

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 

3.

 

Alopecosa pulverulenta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indikator negatif

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 

 

 

 

 

 

No

Nama Spesies

Kategori

Indikasi

 

4.

 

Centromerus sylvaticus

 

Indikator positif

 

Jumlahnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar polutan di udara

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 

5.

 

Dolomedes sp

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indikator positif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hidup pada daerah yang lembab

(Deltshev, 1990)

 

 

6.

 

Drassodes cupreus

 

 

 

 

 

 

 

Indikator negatif

 

 

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

7.

 

Haplodrassus signifer

 

Indikator negatif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

No

Nama Spesies

Kategori

Indikasi

 

8.

 

Pardosa nigriceps

 

 

Indikator negatif

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

9.

 

Pardosa pullata

 

 

Indikator negatif

 

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 

10.

 

Pardosa sp

 

 

 

 

 

 

Indikator positif

 

 

 

 

 

 

Dominan di tanah pada daerah yang kering dan banyak cahaya

(Deltshev, 1990)

 

11.

 

Pholcomma gibbum

 

Indikator negatif

 

Jumlahnya menurun seiring dengan meningkatnya kadar polutan di udara

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 
12.

Pirata uliginosus

Monitoring akumulating

 

 

 

 

 

 

Resisten terhadap polutan bahan kimia dan asam di tanah

(Deeleman-Reinhold, 1990)

 

 

 

 

 

 

No

Nama Spesies

Kategori

Indikasi

 

 

13.

 

Pisaura sp

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indikator positif

 

 

 

Hidup pada daerah yang lembab

(Deltshev, 1990)

 

 

14.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trochosa terricola

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indikator positif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dominan di tanah pada daerah yang kering dan banyak cahaya

(Deltshev, 1990)

 

  Daftar Pustaka

  Deeleman-Reinhold, C.L. 1990. Changes in the Spider Fauna over 14 years in an Industrially Polluted Area in Holland. Acta Zoologica Fennica 190. pp.103 – 110.

 Deltshev, C.D. 1990. The High-altitude Spiders (Araneae) in the Pirin Mountains, Bulgaria. Acta Zoologica Fennica 190. pp.111 – 115.

 Halliday, R., Adler, K., Christopher, O.T. Arachnids. 1986. The Encyclopaedia of Reptiles and Insects. Grolier International Inc. pp.270 – 273, 278 – 287.

 Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Enviromental Protection. Ellis Horwood Series in Environmental, Science and Technology. pp.   7 – 11.

 Levi & Levi. 1990. A Golden Guide-Spider and Their Kin-Full Color, Easy to Use. Golden Press. New York. pp. 73, 79, 84, 87.

 Suana, I.W. 1998. Studi Komparatif Keanekaragaman Laba-laba (Araneae) pada Empat Komunitas Tumbuhan di Gunung Tangkubanparahu, Jawa Barat. Thesis S-2 (tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. hal. 47.

 Yaginuma, T. 1986. Spiders of Japan in Color. New Edition. Hoikusha Publishing Co., Ltd. Japan. pp. 138, 160, 166, 170.