ã 2002 Andi Rahmadi                                                                                    Posted 25 May 2002

Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pasca Sarjana / S3 - Program Studi DAS

Instutut Pertanian Bogor

Mei 2002

 

Dosen :

Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

AIR SEBAGAI INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

(Studi Kasus: Pendekatan Daerah Aliran Sungai)

 

 

 

Oleh:

 

Andi Rahmadi

A236010031 / DAS

E-mail: rahmadi@tisda.org

 

 

Abstrak

 

 

Pembangunan di Indonesia secara umum diterjemahkan dalam kegiatan proyek dimana dapat didanai oleh pemerintah, swasta atau bantuan/ pinjaman luar negeri. Pada setiap pelaksanaan pekerjaan umumnya telah pula terdapat mekanisme tersendiri untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa monitoring dan evaluasi belum dilakukan dan sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu lestari berkelanjutan. Dalam tulisan ini diuraikan pendekatan perencanaan dan analisis pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), dimana mempunyai keuntungan pendekatan yang holistik dengan menggunakan komponen integrator tata air. Selanjutnya diuraikan tata air digunakan sebagai indikator pembangunan berkelanjutan. Dengan harapan bila kondisi tata air baik, maka pembangunan yang dilakukan di dalam DAS yang bersangkutan dapat dikatakan berkelanjutan.

 

 

Pendahuluan

Pada era otonomi daerah saat ini, pembangunan yang berkelanjutan menjadi suatu yang penting. Berbagai praktisi menilai pada saat inilah pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan, karena daerah kabupaten sudah mampu melakukan identifikasi, analisis, dan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kondisi daerahnya, sehingga setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan atas kondisi aktual kabupaten yang bersangkutan. Akan tetapi banyak juga praktisi yang berpendapat bahwa pendekatan pembangunan otonomi kabupaten akan memunculkan permasalahan akan adanya eksplotasi yang tak tertahankan pada sumberdaya alamnya. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan yang cocok untuk tiap kabupaten, dimana memiliki kondisi yang sangat spesifik.

Pembangunan di Indonesia ini secara umum dijabarkan dalam bentuk proyek, proyek ini bisa didanai oleh pemerintah, bantuan luar negeri, ataupun oleh swasta. Akan tetapi dari tahun ke tahun pembangunan ini walaupun memberikan manfaat yang nyata pada saat ini, ternyata masih sulit untuk mengetahui apakah pembangunan yang dilakukan tersebut memenuhi kaidah lestari dan berkelanjutan. Oleh sebab itu diperlukan indikator, yang dapat digunakan untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan adalah lestari dan berkelanjutan.

Pendekatan yang ingin dipaparkan disini adalah pendekatan pengelolaan DAS, dimana pembangunan dilakukan melalui satuan daerah aliran sungai. Sehingga pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan pembangunan yang spesifik daerah yang bersangkutan. Keuntungan dari pendekatan DAS ini adalah adanya indikator biofisik (air) untuk mengetahui kesehatan dari DAS tersebut, sedangkan kesulitannya adalah pendekatan ini adalah pendekatan yang interdisiplin, dimana setiap stake-holder melakukan interaksi untuk menentukan pembangunan yang akan dilakukan (pendekatan partisipatoris), hal ini memicu konflik yang berkepanjangan, sehingga memelukan fasilitator yang handal.

           Peranan pemerintah daerah yang selama ini menjadi aktor utama pelaksana pembangunan harus berubah menjadi fasilitator pembangunan, dimana aktor utama pelaksana pembanguanan adalah setiap stake-holder yang ada didalam DAS yang bersangkutan.

 

Pendekatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

           Daerah aliran sungai (DAS) menurut definisi adalah suatu daerah yang dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian dimana setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet.         Komponen yang ada di dalam sistem DAS secara umum dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu komponen masukan yaitu curah hujan, komponen output yaitu debit aliran dan polusi / sedimen, dan komponen proses yaitu manusia, vegetasi, tanah, iklim, dan topografi. Sehingga pengelolaan DAS adalah melakukan pengelolaan setiap komponen DAS sehingga dapat mencapai tujuan yang dimaksud.

Tujuan dari pengelolaan DAS adalah melakukan pengelolaan sumberdaya alam  secara rasional supaya dapat dimanfaatkan secara maksimum lestari dan berkelanjutan sehingga dapat diperoleh kondisi tata air yang baik. Sedangkan pembangunan berkelanjutan adalah pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam bagi kepentingan umat manusia pada saat sekarang ini dengan masih menjamin kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk generasi yang akan datang.

           Dalam sistem DAS mempunyai arti penting terutama bila hubungan ketergantungan antara hulu dan hilir. Perubahan komponen DAS di daerah hulu akan sangat mempengaruhi komponen DAS pada daerah hilirnya, oleh sebab itu perencanaan daerah hulu menjadi sangat penting.

           Dalam setiap aktifitas perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di dalam sistem DAS, sangat diperlukan indikator yang mampu digunakan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan tersebut telah berjalan sesuai dengan perencanaan atau belum.  Indikator yang dimaksud adalah indikator yang dengan mudah dapat dilihat oleh seluruh masyarakat luas sehingga dapat digunakan peringatan awal dalam pelaksanaan kegiatan.

 

Indikator Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Secara umum pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan paling sedikit harus memenuhi indikator lestari dan berkelanjutan dibawah ini, yaitu:

·        Pengelolaan yang mampu mendukung produktifitas optimum bagi kepentingan kehidupan (indikator ekonomi)

·        Pengelolaan yang mampu memberikan manfaat merata bagi kepentingan kehidupan (sosial)

·        Pengelolaan yang mampu mempertahankan kondisi lingkungan untuk tidak terdegradasi (indikator lingkungan)

·        Pengelolaan dengan menggunakan teknologi yang mampu dilaksanakan oleh kondisi penghidupan setempat, sehingga menstimulir tumbuhnya sistem institusi yang mendukung (indikator teknologi)

Pada pengelolaan DAS indikator paling memungkinkan adalah melihat kondisi tataairnya. Yang dimaksud indikator tata air kondisi tata air yang meliputi:

·        Indikator kuantitas air. Kondisi kuantitas air ini sangat berkaitan dengan kondisi tutupan vegetasi lahan di DAS yang bersangkutan. Bila tutupan vegetasi lahan DAS yang bersangkutan berkurang dapat dipastikan perubahan kuntitas air akan terjadi. Sehingga setiap pelaksanaan kegiatan yang bermaksud mengurangi tutupan lahan pada suatu tempat maka harus diiringi dengan usaha konservasi. Indikator ini dapat dilihat dari besarnya air limpsan permukaan maupun debit air sungai.

·        Indikator kualitas air. Kondisi kualitas air disamping dipengaruhi oleh tutupan vegetasi lahan seperti pada kondisi kuantitas, tetapi juga dipengaruhi oleh buangan domestik, buangan industri, pengolahan lahan, pola tanam, dll. Dengan demikian bila sistem pengelolaan limbah, pengolahan lahan, dan pola tanam dapat dengan mudah diketahui kejanggalannya dengan melihat indikator kualitas air. Kualitas air ini dapat dilihat dari kondisi kualitas air limpasan, air sungai ataupun air sumur.

·        Indikator perbandingan debit maksimum dan minimum. Yang dimaksud disini adalah perbandingan antara debit puncak maksimum dengan debit puncak minimum sungai utama (di titik outlet DAS). Indikator ini mengisyaratkan kemampuan lahan untuk menyimpan. Bila kemampuan menyimpan air dari suatu daerah masih bagus maka fluktuasi debit air pada musim hujan dan kemarau adalah kecil. Kemampuan menyimpan air ini sangat bergantung pada kondisi permukaan lahan seperti kondisi vegetasi, tanah, dll

·        Indikator muka air tanah. Indikator ini dapat dilihat dari ketinggian muka air tanah di suatu lahan.  Indikator muka air tanah ini mengisyaratkan besarnya air masukan ke dalam tanah dikurangi dengan pemanfaatan air tanah. Yang mempengaruhi besarnya air masuk kedalam tanah adalah vegetasi, kelerengan, kondisi tanahnya sendiri, dll. Ketinggian muka air tanah ini dapat dilihat dari ketinggian muka air tanah dalam (aquifer) ataupun ketinggian air tanah dangkal (non-aquifer).

·        Indikator curah hujan. Besarnya curah hujan suatu tempat sangat dipengaruhi oleh kondisi klimatologi daerah sekitarnya, sedangkan kondisi klimatologi ini diperanguhi perubahan tutupan lahan, ataupun aktifitas lainnya. Sehingga bila terjadi perubahan secara besar pada tutupan lahan maka akan mempengaruhi klimatologi dan juga curah hujan yang terjadi.

Dengan demikian dengan mengetahui indikator tata air yang dapat dengan mudah dilihat dengan pengamatan masyarakat umum diharapkan dengan demikian kontrol pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan dengan lebih terbuka. Sebagai gambaran bahwa suatu daerah aliran sungai dapat dikatakan masih baik apabila:

·        Memberikan produksi tinggi bagi keperluan kehidupan dalam DAS yang bersangkutan

·        Menjamin kelestarian DAS, dimana erosi yang terjadi dibawah erosi yang dapat ditoleransi

·        Terdapat kelenturan, dimana bila terjadi gangguan pada salah satu bagian, maka bagian lain mampu memberikan supply / bantuan

·        Bersifat pemerataan, dimana setiap stake holder yang ada di dalam DAS mampu berperan sesuai dengan kemampuan yang dipunyai dan mendapatkan imbalan yang sesuai

Sedangkan dari aspek biofisik, suatu DAS dikatakan baik apabila:

·          Debit sungai konstan dari tahun ke tahun

·          Kualitas air baik dari tahun ke tahun

·          Fluktuasi antara debit maksimum dan minimum kecil

·          Ketinggian muka air tanah konstan dari tahun ke tahun

·          Kondisi curah hujan tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu tertentu

 

Kesimpulan dan Saran

           Dari tinjauan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

·        Walaupun indikator tata air ini belum banyak diterapkan untuk menilai pelaksanaan pembangunan, akan tetapi karena indikator yang digunakan mudah dan dapat dilakukan oleh setiap masyarakat, maka penggunaan indikator ini perlu disosialisasikan

·        Dalam pemanfataan indikator tata air ini pelaksanaan pembangunan/ kegiatan dalam suatu DAS harus dilihat secara bersama-sama (holistik) sehingga sangat cocok untuk dipakai sebagai indikator keberhasilan pembangunan suatu DAS.

·        Kajian lebih detail akan indikator tata air yang digunakan sangat diperlukan, karena data yang terkumpul dalam penilaian indikator ini adalah data time series yang harus dicermati secara detail

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sinukaban, Naik, Kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Program Studi DAS, Program Pasca Sarjana IPB, 2001

 

Asdak, Chay, DAS Sebagai Satuan Monitoring dan Evaluasi Lingkungan (Air Sebagai Indikator Sentral),  Seminar Sehari Persaki “Daerah Aliran Sungai Sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumberdaya Air”, 1999

 

Pasaribu, Hadi S, DAS Sebagai Satuan Perencanaan  Terpadu dalam Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah dan Pengembangan Sektoral Berbasiskan Konservasi Tanah dan Air, Seminar Sehari Persaki “Daerah Aliran Sungai Sebagai Satuan Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan Sumberdaya Air”, 1999.