© 2002  Prabawa Eka Soesanta                                                                            Posted:    21 June, 2002

Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana (S3)

Institut Pertanian Bogor

Juni 2002

 

 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung jawab)

 

 

TEORI EKSPEKTASI RASIONAL

MUNGKINKAH DITERAPKAN DI INDONESIA ?

 

Oleh:

Prabawa Eka Soesanta
 P 01600018

E-mail: prabawaekasoesanta@yahoo.com

 

I.                    PENDAHULUAN

 

Ekonomi berhubungan dengan upaya pemenuhan  kebutuhan manusia diperhadapkan dengan kenyataan “keterbatasan” sumberdaya untuk memenuhinya. Ekonomi sendiri hadir untuk menjawab sedikitnya tiga pertanyaan. Pertama, apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa (What). Kedua, Bagaimana sumber-sumber ekonomi, faktor-faktor produksi, yang tersedia dipergunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut (How). Ketiga, untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi, atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan di antara warga masyarakat (For Whom).

 

Dalam tata hubungan ekonomi dikenal istilah produsen dan konsumen. Rasionalitas yang dibangun dalam tata hubungan ekonomi adalah, bahwa konsumen cenderung memaksimalkan kebutuhannya (utilitas) dengan kendala pendapatan (income). Disisi lain, produsen cenderung memaksimalkan keuntungannya (profit) dengan kendala faktor input. Hubungan antara kepentingan-kepentingan produsen dan konsumen secara “individual”, dibahas dalam mikroekonomi.  

 

Memang secara keilmuan dibedakan antara fenomena mikroekonomi dan makrekonomi (agregat). Namun bukan berarti bahwa saat kita membicarakan makroekonomi dapat mengabaikan eksistensi dari mirkro ekonomi. Dalam skala agregat, fenomena mikroekonomi tersebut tetap relevan untuk dibicarakan, karena  makroekonomi juga dipengaruhi oleh perilaku ekonomi individu-individu yang ada.

 

Para ekonom cenderung alergi terhadap situasi dan kondisi yang penuh dengan “ketidakpastian”. Kondisi ketidakpastian sering membuat instrumen-instrumen ekonomi yang telah dibangun tidak mampu bekerja dengan baik (The dead of economics). Oleh karena itu, ekonom senantiasa bekerja keras untuk mengembangkan berbagai “model” guna memprediksi kondisi masa depan dengan berpijak dari berbagai fenomena yang ada saat ini atau bahkan masa lampau.

 

Secara konvensional modeling “time series”, yaitu model yang dibangun atas fenomena runtun waktu, khususnya masa lampau dianut oleh banyak ahli ekonometrika. Namun dalam dunia yang berubah sangat cepat seperti sekarang ini, upaya-upaya prediksi yang dibuat oleh ekonom sering meleset. Hal ini menunjukkan bahwa para ekonom sebenarnya kurang mampu untuk membaca fenomena ekonomi yang ada dan menghubungkannya dengan kemungkinan-kemungkinan masa depan. Dengan demikian harapan atau ekspekatasi yang dibangun menjadi tidak tercapai.

 

Dalam makalah ini akan dikupas tentang “Ekspektasi Rasional”, yaitu suatu pandangan makroekonomi yang banyak dianut oleh kelompok ekonom dasa warsa terakhir ini, khususnya mereka yang sangat fanatik terhadap sistem pasar bebas dan secara ekstrim menolak campur tangan pemerintah dalam sistem ekonomi Disamping akan membahas tentang orbitasi Ekspektasi Rasional diantara aliran pemikiran Klasik, Keynesian dan  Monetaris, di dalam makalah ini  juga akan dibahas bagaimana mekanisme kerja Ekspektasi Rasional serta asumsi-asumsi dasarnya. Pada bagian akhir akan dibahas tentang Ekspektasi Rasional diperhadapkan dengan fenomena ekonomi Indonesia.

 

 

 

 

 

II.                  EKSPEKTASI RASIONAL DIANTARA ALIRAN PEMIKIRAN MAKROEKONOMI

 

Dibandingkan dengan mikroekonomi yang dipenuhi dengan kesepahan oleh para ekonom, makroekonomi justru dipenuhi dengan berbagai perbedaan pendapat dan perdebatan yang kontroversial. Menurut Sadono Sukirno (Sukirno : 2000) persoalan-persoalan yang diperdebatkan dalam analisis makroekonomi meliputi lima pertanyaan pokok  sebagai berikut :

 

1.      Faktor-faktor apakah yang akan menentukan tingkat kegiatan ekonomi pada suatu waktu tertentu dan fluktuasinya dari satu periode ke periode lainnya ?

2.      Apakah perekonomian akan selalu full employment  atau apakah unemployment merupakan keadaan yang selalu berlaku ?

3.      Sejauhmanakah pentingnya peranan perubahan penawaran uang dalam mempengaruhi perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan perubahan harga-harga ?

4.      Apakah kegiatan ekonomi perlu sepenuhnya diatur oleh sistem pasar bebas, atau apakah kebijakan-kebijakan pemerintah perlu dijalankan untuk menciptakan kestabilan dan pertumbuhan ekonomi ?

5.      Apabila kebijakan ekonomi perlu dijalankan, mana yang lebih dipentingkan ? Kebijakan fiskal atau kebijakan moneter ?

 

Kelima pertanyaan tersebut diperdebatkan secara sengit oleh kelompok klasik di satu pihak, dan kelompok Keynes di pihak lain. Dan pada perkembangannya ada satu kelompok yang disebut kelompok monetaris. Meskipun lebih condong pada kelompok klasik, kelompok ini memiliki pandangan-pandangan yang spesifik.

 

Dalam makalah ini lebih difokuskan pada pandangan klasik. Meskipun secara sepintas disinggung pula kritik kelompok keynes terhadap pandangan klasik. Pandangan klasik meliputi lima hal pokok yaitu :

 

1.      Peranan sistem pasar bebas. Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nations, mengemukakan bahwa sistem pasar bebas akan menciptakan keseimbangannya sendiri. Apabila terjadi ketidak seimbangan pasar, maka ada secara otomatis akan terjadi penyesuaian-penyesuaian menuju kekeseimbangan baru.Yang menggerakkan sistem pasar bebas tersebut biasa dikenal sebagai “the invisible hand£. Pengaturan semacam ini memungkinkan terwujudnya efisiensi yang tinggi, karena setiap pelaku ekonomi akan selalu berusaha untuk mencapai prestasi yang maksimum, dimana produsen cenderung memaksimumkan profit dan konsumen cenderung memeksimumkan utilitas.

2.      Hukum Say, fleksibilitas upah, dan kesempatan kerja penuh. Para ekonomon klasik berkeyakinan bahwa kesempatan kerja penuh akan selalu tercapai dalam perekonomian. Pengangguran adalah masalah yang sementara. Dalam sistem pasar bebas akan ada penyesuaian-penyesuaian otomatis yang ,memungkinkan terjadinya kesempatan kerja penuh. Hal ini bisa terjadi karena dalam perekonomian tidak terdapat kekuarangan permintaan agregat serta fleksibilitas upah akan mengembalikan keseimbangan di pasar tenaga kerja. Hukum Say mengatakan bahwa “supply creates its own demand”.

3.      Faktor-faktor produksi menentukan tingkat kegiatan ekonomi dan produksi nasional. Karena perekonomian dianggap tidak menghadapi masalah permintaan, maka segala barang yang diproduksi akan dapat dijual. Dengan demikian tingkat produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan. Semakin tinggi modal, semakin tinggi produksi nasional yang dihasilkan. Perkembangan teknologi akan meningkatkan produktivitas dan akan mempercepat kenaikan produksi nasional. Hubungan antara tenaga kerja dengan produksi nasional agak sedikit berbeda. Pada mulanya hubungannya bersifat positif. Namun pada titik tertentu, apabila jumlah tenaga kerja terus meningkat dan tidak sebanding dengan sumber ekonomi yang lain, maka pertumbuhan tenaga kerja tersebut akan mengurangi tingkat produksi nasional.

4.      Penawaran uang, kegiatan perekonomian dan tingkat harga. Dalam teori kuantitas ahli-ahli ekonomiklasik menunjukkan bahwa peranan uang dalam perekonomian adalah netral, dimana perubahan-perubahan jumlah uang yang beredar tidak akan mempengaruhi produksi nasional. Perubahan penawaran uang hanya akan mempengaruhi tingkat harga.

5.      Peranan pemerintah dalam perekonomian. Para ekonom klasik tidak menyetujui campur tangan pemerintah yang aktif mengatur kegikatan perekonomian.

 

Dengan adanya kemunduran ekonomi dunia tahun 1929-1932, maka berbagai pandangan klasik banyak yang tidak mampu menjelaskan fenomena tersebut. Klasik tidak mampu menjelaskan mengapa perekonomian dapat mengalami pengangguran kronis dan lebih lama dari yang mereka ramalkan, dalam teori mereka.

 

Kondisi di atas mendorong Keynes untuk melakukan kristik terhadap pandangan-pandangan klasik. Dua hal pokok yang dikemukakan oleh Keynes adalah : faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran serta  hubungan antara mata uang dan tingkat harga.

 

1.      Faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran. Menurut Keyns permintaan agregat tidak akan selalu mencapai penawaran pada kesempatan kerja penuh. Pada umumnya permintaan agregat dalam masyarakat akan lebih rendah dari penawaran agregat pada kesempatan kerja penuh.

2.      Penawaran uang, pendapatan nasional dan tingkat harga. Keynes tidak menerima hubungan antara penawaran uang dengan tingkat harga seperti yang direngkan dalam teori kuantitas. Pengangguran yang selalu ada berarti bahwa pendapatan nasional dapat selalu ditambah. Keadaan ini menyebabkan teori kuantitas yang menyatakan nilai T dalam persamaan MV=PT adalah konstan tidak sepenuhnya tepat.

 

Dalam bukunya yang berjudul : The General Theory of Employment, Interest and Modey, Keynes menerangkan peranan kebijakan pemerintah dalam perekonomian sangat dibutuhkan terutama dalam kebijakan fiskal dan moneter. Pandangan inilah yang kemudian menimbulakn perdebatan dengan kelompok monetaris.

 

Pada perkembangan selanjutnya, teori klasik diperbaharui oleh para ppengikutnya. Maka dikenalah aliran kalsik baru (new classical). Para ekonom klasik baru  percaya  bahwa sistem pasar bebas adalah paling efisien dan apabila terjadi ketidakseimbangan pasar, maka secara otomatis menyesuaikan secara cepat  (market always clear). 

 

Ekspektasi rasional merupakan bagian dari aliran pemikiran New Classic, karena asumsi-asumsi yang dibangun hampir sama dengan aliran pemikiran ini. Namun ada juga yang menggolongkan ekspektasi rasional dalam aliran pemikiran ekstrim menetaris.

 

III.                MEKANISME KERJA EKSPEKTASI RASIONAL

 

Menurut Michael Carter (1984), ekspektasi rasional adalah upaya meramal secara esensial masa depan variabel-variabel ekonomi untuk membuat kebijakan secara tepat. Dalam memprediksi, variabel-variabel yang relevan, namun penuh dengan ketidakpastian, harus diperhitungkan secara cermat. 

 

Ekspektasi rasional pada mulanya diperkenalkan oleh John Muth pada tahun 1961 melalui paper klasiknya yang berjudul “Rational Expectations Hypothesis”. Namun demikian keberadaan ekspektasi rasional ini semakin berkembang dengan adanya studi oleh Lucas (1973) dan dua paper seri dari Barro (1977a,1978b).

 

A.     ASUMSI DASAR

Asumsi dasar bagi bekerjanya model ekspektasi rasional ini adalah :

1.      Ekspektasi ini didasarkan kepada informasi yang lengkap yang dimiliki oleh semua pelaku ekonomi, baik tiu konsumen, produsen (simetris). Informasi yang lengkap ini bukan hanya meliputi informasi masa lalu, atau yang baru dialami tetapi juga informasi tentang masa yang akan datang.

2.      Berdasarkan informasi-informasi tersebut, pelaku ekonomi akan melakukan tindakan yang rasional. Tindakan rasional yang dimaksudkan disini adalah : produsen cenderung untuk memaksimumkan profit dengan kondela faktor-faktor produksi, sedangkan konsumen cenderung memaksimalkan utility dengan kendala income. Pelaku ekonomi yang rasional akan senantiasa berpegang pada prinsip tersebut terutama dalam menghadapi berbagai perubahan yang timbul dari aspek makroekonomi, seperti inflasi dan pengangguran.

3.      Pelaku-pelaku ekonomi mengetahui dengan baik implikasi-inplikasi dari berbagai kebijakan yang akan dijalankan oleh pemerintah. Pengetahuan seperti itu terutama didapat dari pengalaman-pengalaman di masa lalu.

 

Teori ekspektasi rasional menganggap bahwa pada umumnya masyarakat mengetahui dampak yang akan ditimbul sebagai akibat kebijakan-kebijakan pemerintah seperti melakukan anggaran belanja defisit dan dampaknya terhadap perekonomian. Kemampuan untuk memprediksi (to expect and to anticipate) dampak dari tindakan pemerintah seperti itu, memungkinkan pelaku-pelaku ekonomi melakukan tindakan untuk melindungi diri dari dampak buruk kebijakan pemerintah tersebut di masa depan.

 

Dalam kesempatan lain, Case dan Fair (1999) mengatakan bahwa hipotesis ekspektasi rasional mengasumsikan bahwa orang mengetahui tentang  “model ekonomi secara benar”. Sebagai contoh model tentang inflasi. Variabel-variabel yang mempengaruhi terjadinya inflasi, diektahui secara pasti oleh semua pelaku ekonomi secara simetris. Apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap parameter dari variabel-variabel tersebut, maka secara cepat para pelaku ekonomi dapat mengekspektasi perubahan inflasi.

Untuk memahami secara jelas tentang mekanisme dari Ekspektasi rasional ini dapat dijelaskan melalui dua cara, yaitu : grafis dan matematis.

 

B.    PENDEKATAN GRAFIS

Pada kondisi Gambar 1 (a), keseimbangan ekonomi mula-mula berada di titik E0.  Perekonomian berada   pada   tingkat     kesempatan   kerja  penuh dan tingkat harga adalah P0.

 

 

(a) Terantisipasi                                                  (b) Tak Terantisipasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


            

 

Gambar 1. Hipotesis Ratex dan Perubahan Permintaan Agregat

 

Misalkan pemerintah ingin meningkatkan lagi kegiatan ekonomi sehingga pengangguran dapat diturunkan ke tingkat yang lebih rendah lagi. Untuk tujuan ini pemerintah melakukan ekspansi moneter dan mengharapkan keseimbangan ekonomi bergerak ke E1 yang akan menyebabkan kenaikan kegiatan ekonomi,  kenaikan pendapatan nasional riil dan pengurangan tingkat pengangguran. Menurut golongan ratex, perubahan tersebut tidak akan terjadi. Pelaku-pelaku kegiatan ekonomi telah dapat mengantisipasi efek dari kebijakan tersebut dan secepatnya menuntut kenaikan upah untuk mempertahankan pendapatan riil mereka. Tindakan ini akan menyebabkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergerak dari SRAS0 menjadi SRAS1. Dengan demikian pada dasarnya kebijakan pemerintah dan antisipasi pelaku kegiatan ekonomi tersebut akan secara serentak menggerakkan kurva AD ke kanan (dari AD0 ke AD1) dan kurva SRAS ke kiri (SRAS0 menjadi SRAS1). Sebagai akibatnya perubahan keseimbangan akan begerak sepanjang kurva LRAS dan akan mencapai keseimbangan kembali di titik E2. Keadan yang terjadi ini berarti kebijakan pemerintah tersebut hanya menyebabkan kenaikan harga dan kenaikan upah nominal, akan tetapi tingkat kesempatan kerja tidak mengalami perubahan.

 

Berdasarkan Gambar 1 (b) menunjukkan perubahan yang tidak diramalkan atau diantisipasi masyarakat. Misalkan negara yang dicontohkan ini adalah pengekspor bahan-bahan mentah dan misalkan dipasaran dunia harganya meningkat tinggi sekali. Terhadap negara tersebut efeknya adalah : pendapatan dari ekspor mengalami peningkatan yang besar dan akan menggeser kurva AD0 menjadi AD1. Perubahan ini akan menggeser keseimbangan ekonomi dari titik E0 ke E1 yang berarti pendapatan nasional riil meningkat dari YF menjadi Y1 dan pertambahan tersebut akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja yang berarti pengangguran akan berkurang. Walau bagaimana pun, menurut pandangan golongan ratex, keseimbangan baru ini akan berlaku dalam jangka pendek. Kenaikan harga yang berlaku sebagai akibat perubahan tersebut, yaitu dari P0 menjadi P1 akan mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah untuk memperoleh pendapatan riil yang asalnya. Kenaikan upah tersebut akan menggeser kurva SRAS0 menjadi SRAS1 sehingga AD1 dan SRAS1 berpotongan pada kurva LRAS, yaitu pada saat pendapatan riil tenaga kerja telah kembali ke tingkatnya yang asal. Berarti dalam jangka panjang pendapatan nasional riil, upah riil dan kesempatan kerja akan kembali ke tingkat yang berlaku sebelum adanya kenaikan ekspor tersebut.

 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan ekonomi yang diantisipasi tidak menimbulkan efek kepada kesempatan kerja dan pendapatan nasional riil. Sedangkan perubahan kegiatan ekonomi yang tidak diantisipasi dapat menimbulkan perubahan terhadap kegiatan perekonomian, kesempatan kerja, dan pendapatan nasional riil. Akan tetapi perubahan tersebut hanya berlaku dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang kegiatan perekonomian, pendapatan nasional riil, kesempatan kerja dan upah riil akan kembali mencapai keseimbangan awal.

        

C.    PENDEKATAN MATEMATIS

 

Bayangkan bahwa suatu ekonomi terdiri dari banyak pasar atau pulau yang terpisah secara geografis.  Dinotasikan bahwa pasar atau pulau ini sebagai z, dimana z dapat merupakan angka antara 1 dan jumlah pulau (N) dalam tipe ekonomi tersebut. Kita mulai model dengan  menuliskan suplai output pada pasar ke-z sebagai :

 

yS (z)t = b0 + b1[p(z)t – Et (z)pt]                                                         (1)

                    

                     dimana

                         yS (z)t              = jumlah output yang disuplai pada pasar z dalam periode t

                         p(z)t                = harga output pada pasar z dalam periode t

                         Et(z)pt             = harapan yang dibentuk pada pasar z dari harga rata-rata output dalam periode t, pt, menggunakan semua informasi yang tersedia pada pasar ke-z pada awal periode t

b0 dan b1 adalah koefiesen; b1 adalah positif

Semua variabel dijelaskan dengan logaritma.

 

Persamaan ini semata-mata merupakan pernyataan formal mengenia gagasan bahwa jumlah output yang disuplai adalah terutama ditentukan oleh harga lokal relatif terhadap harapan suplier terhadap harga rata-rata output pada ekonomi tersebut.  Jika harga lokal dan harga yang diharapkan adalah sama maka output akan sama dengan  tingkat normalnya, b0.  ingat bahwa informasi yang tersedia pada pasr ke-z pada awal periode t mencakup pengetahuan mengenai semua variabel lokal dan agregat di masa lalu dan p(z), tetapi tidak mencakup penegtahuan mengenai harga yangs sedang berjalan.

 

Persamaan selanjutnya dari model ini menyatakan hipotesis sederhana mengenai permintaan untuk setiap pasar :

 

ys (z)t  = a0  + mt - E(z)pt + e(z)t                                                       (2)

 

dimana               

                         ys (z)t =          jumlah output yang diminta pada pasar z dalam periode t

                         mt       =          jumlah rata-rata nominal uang yang dimiliki pada periode t

                         e(z)t     =          suatu  acak,  variabel  yang  tidak terkorelasi secara berseri 

                                           dengan    mean    sama   dengan   nol   dan   konstanta

                                           keragaman, s2t.

                         a0      =  suatu koefisien

Semua variabel dinyatakan sebagai logaritma.

 

Persamaan ini menyatakan bahwa terdapau dua pengaruh utama terhadap permintaan pada pasar ke-z.  yang pertama berasal dari seluruh pasar, yaitu rata-rata jumlah nominal uang pada ekonomi dikurangi dengan harapan tingkat harga rata-rata pada pasar tertentu.  Inilah yang dinayatakn sebagai mt-Et(z)pt, nilai uang riil yang diharapkan diseimbangkan dengan peminta pada pasar ke-z.  pengaruh yang kedua, e(z)t, adalah suatu variabel acak yang nilkainya dapat positif atau negatif  untuk suatu periode tetapi mempunyai nilai mean sama dengan nol.  Pengaruh pertama mencerminkan pengaruh dari permintaan agregat karena istilah kunci, m, adalah ekonomi secara keseluruhan; pengaruhnya tidak spesifik untuk pasar tertentu tetapi mempengaruhi seluruh pasar sehingga tidak diberi indeks z.  dalam kontek kurva permintaan agregat pada bagian (1) spesifikasinya adalah suatu penyederhanaan; mengesampingkan pengaruh pada variabel permintaan agregat selain dari jumlah uang.  Pengaruh kedua mencerminkan pergeseran permintaan relatif antar pasar.  Jika e(z)t adalah postif maka pasar ke-z mengalami pergeseran permintaan relatif yang diinginkan–permintaan lebih tinggi dibandingkan rata-rata tetapi jika bernilai negatif maka pasar ke-z mengalami   pergeseran permintaan relatif yang tidak diinginkan– permintaan lebih rendah dari rata-rata.  Tentunya, jika kita menambahkan e(z)t pada setiap pasar dalam ekonomi kita akan mendapatkan jawaban nol.

 

Persamaan ketiga dalam model menunjukkan proses dimana jumlah nominal uang rata-rata yang dimiliki ditetapkan.  Agar tetap sederhana, kita sebaiknya mengasumsikan bahwa jumlah uang ditetapkan oleh pmerintah dengan proses berikut ini :

 

mt = mt-1 + g + ut            (3)

 

dimana g adalah suatu konstanta dan ut adalah suatu acak, suatu error tidak berkorelasi dengan mean sama dengan nol dan koefisien keragaman, s2u. 

 

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah rata-rata uang dalam ekonomi adalahs ama dengan  nilai pada periode terakhir, mt-1 ditambah suatu konstanta, g, ditambah error yang tidka berkorelasi, ut.  karena mt adalah suatu logaritma maka mt-mt-1 adalah suatu pengukuran proporsi tingkat pertumbuhan dari jumlah uang.  Kita sebaiknya mengasumsikan bahwa g adalah diketahui dan memperlakukan g sebagai komponen pertumbuhan uang yang dapat diprediksi; tetapi ut adalah komponen yang tidak diketahui atau komponen yang tidak dapat diprediksi.

 

Seperti yang sudah dibahas pada bagian (2), model ini dibentuk dengan  asumsi bahwa harga untuk setiap pasar/pulau bergerak setaip periode untuk menyesuaikan dengan suplai dan permintaan untuk setiap pulau.  Jaid, untuk setiap pulau, dapat kita tuliskan :

 

yS (z)t = yd (z)t                                                                                    (4)

 

dengan mengkombinasikan persamaan (1) ke persamaan (4) dan menyelesaikan keseimbangan harga pada pasarke-z akan menghasilkan :

 

p(z)t = (1/b1)[(a0 -b0) + mt-1 + g + (b1 –1)Et(z)pt + ut + e(z)t]                   (5)

 

Bentuk utama dari model ini adalah bahwa peserta dalam setiap pasar mengamati harga yang sedang berjalan pada pasar mereka tetapi tidak mengamati harga yang sedang berjalan di pasar lainnya. Sehingga suplier dan peminta pada pasar ke-z mengamati p(z)t dan dapat menggunakan penegtahuannya mengenai keseimbangan harga tunggal yang sedang berjalan  untuk mebantu membentuk harapannya mengenaidua pengaruh acak pada pasarnya, ut dan e(z), karena mereka berharap dapat memberikan respon yang berbeda dalam dua kasus tersebut; mereka tidak akan mersepon mt secara keseluruhan tetapi merespon pada e(z)t.  selanjutnya kita dapat menggunakan persamaan (5) untuk menunjukkan secara formal bagaimana suplier berusaha untuk mengekstrak informasi yang dia inginkan dari informasi yang tersedia dari hasil pengamatannya terhadap harga yangs edang berjlana di pasar mereka.  Pertama, kita tuliskan kembali persamaan (5) dengan  cara berikut :

 

p(z)t - (1/b1)[(a0 -b0) + mt-1 + g + (b1 –1)Et(z)pt] =(1/b1)[ ut + e(z)t]     (6)

 

Catat bahwa smeua variabel di sisi kiri persamaan dikenal sebagai peserta pada pasar ke-z.  mereka mengetahui harga barang di pasar mereka, p(z)t; mereka mengetahui nilai koefisien; mereka mengetahui nilai manajemen landscape di masa lalu dan dengan demikian mereka juga mengetahui nilai mt-1; mereka diasumsikan tahu nilai g dan mereka juga tahu apa yang mereka harapkan terhadap tingkat harga rata-rata.  Tetapi karena persamaan (6) adalah sebuah persamaan, pengetahuan mengenai nilai dari sisi kiri akan berimplikasi bila peserta dalam pasar ke-z mengetahui nilai b1 sehingga mereka dapat mendeduksi mt-1, g dan sebagainya dari pengetahuannya, nilai apa yang disebut sebagai gangguan komposit, [ut +e(z)t].  Apa yang mereka lakukan tidak dikethaui tetapi mereka berusaha mencari nilai individu ut  dan e(z)t.  Inilah yang disebut masalah ekstraksi tanda seperti yang telah disebutkan di atas.

 

Agen rasional tahu adanya  gangguan komposit yang mempengaruhi pasar mereka  yaitu [ut +e(z)t], tetapi bagaimana mereka dapat mengekstraknya untuk estimasi komponen tunggal?.  Dengan  kata lain seberapa banyak gangguan komposit ini  disebabkan oleh ut dan seberapa banyak yang disebabkan oleh e(z)t ?.  Hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah membuat harapan untuk ut dan e(z)t dengan rumus sebagai berikut :

 

Et(z)ut = g[ut + e(z)t]                            (7)

 

Et(z)e(z)t = (1 -g)[ut + e(z)t]                   (8)

 

dimana :

   

            s2u

g =

      s2u + s2e

 

Penjelasan intuitif mengenai hal ini adalah : semakin tinggi proporsi keragaman gangguan komposit yang terkait dengan  keragaman u, maka sebagian besar gangguan komposit untuk setiap periode terkait dengan u.  Keragaman u adalah s2u dan keragaman untuk gangguan komposit adalah s2u + s2e, dimana u dan e adalah tidak berkorelasi. 

 

Lebih formal lagi, jika digunakan semua nilai u dan [u +e(z)] di masa lalu dalam suatu regresi u terhadap [u +e(z)] maka dengan rumus akar kuadrat terkecil estimasi untuk [u +e(z)] adalah g, dan suatu konstanata estimasi sama dengan  nol.  Ini merupakan persamaan terbaik yang bisa digunakan untuk meramalkan nilai u, ut dengan gangguan komposit yang sedang berjalan [ut +e(z)t] dan agen yang rasional akan menggunakannya untuk meramalkan ut dengan informasi yang diberikan.

 

Dari persamaan (7) kita memiliki harapan untuk ut di pasar z yang dibentuk berdasarkan informasi yang tersedia untuk peserta pada pasar z.  harapan untuk ut yang dibentuk untuk pasar lainnya dihasilkan dengan cara yang sama, tetapi dengan  nilai aktual gangguan komposit akan berbeda natar pasar karena perbedaan nilai e untuk setiap pasar.  Harapan ut untuk keseluruhan ekonomi, Etut adalah jumlah dari harapan setiap pasar dibagi jumlah pasar yaitu

 

Etut = gut                      (9)

 

Perlu dicatat bahwa e(z) dihilangkan karena jumlahnya adalah nol.  Sehingga harapan ut untuk ekonomi kesleurhan adalah pecahan dari nilai aktual ut.  Sekarang kita dapat menggunakan hasil ini untuk menyelesaiakn seluruh model.  Pertama tuliskan harga rata-rata ekonomi secara keseluruhan dari persamaan (5) sebagai :

 

pt = (1/b1)[(a0 -b0) + mt-1 + g + (b1 –1)Etpt + ut]                             (10)

 

dimana Etpt adalah harapan pt untuk ekonomi secara keseluruhan.

 

Dalam kasus ini harapan ekonomi secara keseluruhan yaitu pt ditemukan dengan menjumlahkan persamaan (5) untuk semua pasar dan membaginya dengan  jumlah pasar dan dengan demikian permintaan relatif e(z) akan hilang.  Persamaan (10) belum merupakan penyelesiaan untuk pt, karena sisi kanannya masih mencakup harapan Etpt yang merupakan suatu variabel yang nilainya belum ditetapkan.  Untuk mendapatkan penyelesaian, sebaiknya kita menggunakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menyelesaikan  model harapan rasional (yang biasanya lebih kompleks) yang dikenal sebagai metode koefisien yang tidak dapat ditetapkan (method of undetermined coefficient).  Langkah pertama dari teknik ini adalah menuliskan suatu penyelesaian umum untuk pt, yaitu untuk mengekspresikan pt sebagai suatu fungsi dari seluruh variabel eksogenus dan variabel yang sudah ditetapkan sebelumnya.  Karena semua persamaan dalam model adalah log linier naka akan beralasan untuk menyatakan bahwa penyelesaiannya akan bersifat linier. Jadi, kita dapat menuliskan :

 

pt = p0 + p1mt-1 + p2g + p3ut                                                             (11)

 

dimana p1 adalah suatu koefisien yang nilainya belum diketahui.

 

Jika persamaan (11) adalah penyelesaian untuk pt maka harapan rasional untuk pt harus dibentuk menurut persamaan ini.  Jadi dari harapan rasional, kita dapat tuliskan :

 

Etpt = p0 + p1Etmt-1 + p2Etg + p3Etut                                               (12) 

 

Tetapi mt-1 dan g akan menjadi diketahui bila harapan sudah dibentuk dan selanjutnya kita hanya perlu menurunkan Etut, jadi kita dapat menuliskan persamaan (12) sebagai :

 

Etpt = p0 + p1mt-1 + p2g + p3gut                                                        (13)

 

Sekarang kita memiliki dua persamaan yang keduanya menggambarkan proses penentuan pt, yaitu persamaan (11) dan persamaan (10) dengan persamaan (13) disubstitusikan untuk Etpt.  Karena keduanya menunjukkan proses dengan  variabel yang sama, maka akan dapat memberikan jawaban untuk setiap pt apapun nilai dari mt-1, g dan ut.  Jadi untuk semua nilai yang mungkin dari ketiga variabel tersebut, hal berikut haruslah benar :

 

 

 

 


                                      a0 - b0              mt-1              .g          ß1-1

p0 +p1mt-1 +p2g + p3ut =     b1       +          b1       +      b1    +      b1     

 

                                           ut

(p0+ p1mt-1 + p2g+ p3gut) +  b1                                                      (14)

 

Keseimbangan ini akan selalu terjadi apapun nilai dari mt-1, g, jika konstanta pada kedua sisi keseimbangan identik sama dan jika koefisien yang melekat pada setiap variabel adalah identik sama.  Bila kondisi ini terjadi maka hal berikut harus benar :

 


              a0 - b0             ß1-1                      

(1) p0 =         b1         +      b1      p0

 

 

 

 


                  1                  ß1-1                      

(2) p1 =         b1         +      b1      p1

 

 

 


                   1                 ß1-1                      

(3) p2 =         b1         +      b1      p2

 

 

 


                  1                  ß1-1                      

(4) p3 =         b1         +      b1      p3

 

 

Keempat kondisi ini dapat diselesaikan untuk pi yang diberikan yaitu :

 

p0 =a0 - b0 ;                     p1= 1 ;          p2 = 1 ;   p3 =1/[g(1-b1) + b1]

 

Dengan mensubstitusikan nilai-nilai ini untuk pi  dalam persamaan (11) dan (13) dan menggunakan persamaan (1), kita dapat menghasilkan penyelesaian untuk output agregat atau output ekonomi secara keseluruhan sebagai :

 

              

 

                                    b1(1 - g)ut

yt =b0+                                                                                    (15)

                         [g(1 - b1) + b1]

 

dimana yt adalah output agregat.  Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana :

 

                              b1s2e

yt =b0+                         ut                                                        (16)

                          b1s2e + s2u

 

Dua hasil utama yang kami hasilkan nampak pada persaman (16).  pertama, hanya komponen yang tidak dapat diprediksi dari pertumbuhan moneter ut, yang mempengaruhi output riil.  Komponen yang bisa diprediksi, g, tidak nampak pada persamaan (16) sehingga tidak mempengaruhi output riil.  Yang kedua, semakin tinggi keragaman u yaitu semakin besar komponen pertumbuhan moneter yang tidak dapat diprediksi, maka akan semakin kecil pengaruhnya terhadap output riil.  Hasil ini nampak dari adanya s2u sebagai pembagi pada persamaan (16).

 

IV.               KRITIK TERHADAP EKSPEKTASI RASIONAL

 

Sebagai suatu pendekatan baru dalam makroekonomi, ekspektasi rasional tidak lepas dari berbagai kritik, baik yang lunak maupun yang sangat  keras. Case mengatakan bahwa pertanyaan kunci yang berkenaan dengan ekspektasi rasional ini adalah : Seberapa realistisnya asumsi yang dibangun dari model ekspektasi rasional ? Jika asumsi tersebut memprediksi bagaimana ekspektasi tersebut dibentuk, maka perlu dipertanyakan apabila terjadi kesalahan ekspektasi yang justru menimbulkan ketidakseimbangan. Dari sudut makroekonomi, argumen-argumen yang mendukung ekspektasi rasional cenderung  persuasif.

 

Ekspektasi rasional terlalu menuntut rumah tangga dan perusahaan mengetahui berbagai informasi terlalu banyak. Tidak realistis untuk menganggap unit pengambilan keputusan dasar  untuk mengetahui informasi sebanyak yang dituntut. Orang harus mengetahui model yang benar (atau sekurang-kurangnya perkiraan yang baik tentang model yang benar).

 

Walaupun asumsi ekspektasi rasional itu tampaknya konsisten dengan dalil mikroekonomi tentang maksimalisasi utility dan maksimalisasi profit, asumsi ekspektasi rasional  itu dinilai sangat ekstrim.

Michel Carter (1984) mengkritik sangat keras keberadaan ekspekatasi rasional ini. Ia mengatkan bahwa teori ekspektasi rasional sebagai “sangat tidak masuk akal”, karena dianggap tidak realistis. Kritik Carter ini berkaitan dengan empat hal pokok, yaitu : Individu yang rasional, argumentasi tentang pemerintah yang jujur, eksploitasi terhadap seluruh kesempatan untuk memperoleh profit, Hanya sebagian perusahaan membutuhkan rasionalitas tertentu, bukan teori yang kompeten.

 

1.      Individu yang rasional

Newclassical sangat konsern untuk mencoba menjelaskan tentang perilaku individu didalam memaksimalkan utilitasnya. Bagaimana cara mereka untuk secara mandiri mencoba untuk mengetahui tentang variabel-varibel ekonomi yang dibutuhkan untuk memprediksi masa depan ? Jawabannya tentu saja tentu saja berdasarkan rasionalitas mereka. Namun perlu dipertanyakan lebih dalam lagi bagaimana caranya untuk mendapatkan jalan untuk menemukan informasi tersebut. Dalam hal ini akan terdapat ketidaksinkronan antara kenyataan adanya informasi yang lengkap dengan asumsi yang ada pada ekspektasi rasional.

 

2.      Peran pemerintah

Pemerintah yang jujur dalam mengelola manajemen makroekonomi sangat sulit, terutama dalam menciptakan kapasitas penuh tenaga kerja. Sebagai contoh : keinginan pemerintah untuk menekan pengangguran. Yang pada kenyataannya pengangguran ini selalu ada dalam kisaran antara 4 – 7 %.

 

3.      Eksploitasi kesempatan untuk memperoleh profit

Bila suatu perusahaan memiliki informasi untuk memperoleh kesempatan mendapatkan profil, maka ia cenderung untuk mengeksploitasi kesempatan tersebut semaksimal mungkin.

 

4.      Sebagian perusahaan yang membutuhkan rasionalitas tertentu

Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya kesempatan memperoleh profit sebagaimana tersebut diatas tersebut akan mereka reduksi, termasuk apabila itu menyangkut sharing informasi dengan pelaku ekonomio lainnya. Dengan demikian informasi yang lengkap hanya dimiliki oleh sedikit perusahaan.

 

5.      Tidak ada teori yang kompeten

Pada akhirnya Carter mengatakan bahwa ekspektasi rasional sebenarnya tidak didukung oleh teori yang yang kompeten.

 

 

V.                 EKSPEKTASI RASIONAL DAN FENOMENA EKONOMI INDONESIA

 

Berdasarkan hasil uraian di atas, maka sangat sulitlah menerapkan teori ekspektasi rasional di Indonesia. Beberapa alasan yang dapat dikemukakan di sini antara lain :

 

1.      Variabel-variabel masa depan seperti pertambahan jumlah uang beredar di Indonesia tidak dapat diprediksi secara awal. Hal ini disebabkan tidak adanya kebijakan yang tetap tentang pertambahan uang beredar setiap tahunnya. Dengan demikian jumlah uang beredar pun bukan merupakan informasi yang akurat. Dengan demikian individu sulit untuk memprediksi akibatnya.

2.      Tingkat pendikan masyarakat Indonesia sangat heterogen, ada sedikit yang telah berpendidikan tinggi dan sebagian besar masih rendah, bahkan ada yang masih buta huruf. Hal ini tentu sangat sulit untuk memenuhi asumsi dari ekspektasi rasional , terutama : adanya informasi yang simetris dan rasionalitas individual.

3.      Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau. Dan antar pulau tersebut dipisahkan lautan yang luas  kemampuan akses yang masih sangat minim. Dalam hal itu pendekatan ekonomi agregatif sebagaimana dikemukakan oleh ekspektasi rasional sangat sulit dipenuhi. Disamping perbedaan yang besar fungsi permintaan dan penawaran barang antar daerah yang sangat tidak seimbang. Juga konsentrasi money supply yang hanya ada pada daerah-daerah tertentu dengan sistem ekonomi yang lebih mapan, di satu sisi. Dan masih banyaknya masyarakat yang menganut sistem ekonomi tradisional (subsisten) di pihak lain. Sangat sulit untuk dilakukan ekspektasi rasional.

4.      Mekanisme pasar bebas belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia. Praktek-praktek monopoli dan oligopoli masih banyak dijumpai dalam berbagai pasar komuditas maupun pasar jasa. Hal ini menyebabkan terjadinya distorsi pasar.

5.      Kebocoran ekonomi yang diakibatkan oleh perilaku korup dari pemerintah, penyelundupan, pasar gelap, dan lain sebagainya menjadikan berbagai situasi menjadi sulit untuk diprediksi.

6.      Masih kuatnya variabel-variabel non ekonomi yang secara riil mempengaruhi makroekonomi. Dengan demikian banyak faktor-faktor yang tidak dapat diantisipasi.

 

VI.               KESIMPULAN

 

Ekspektasi rasional sebagai suatu pendekatan aliran new classical, dan juga ekstrim monetaris, merupakan suatu pendekatan yang perlu diperhitungkan dalam wacana pengembangan teori makroekonomi. Namun sejauh mana teori tersebut dapat diterapkan sangat tergantung dari situasi dan kondisi suatu negara, yang memungkinkan asumsi-asumsinya dapat dilaksanakan. Tanpa dipenuhinya asumsi-asumsi dasar, maka model ekspektasi rasional tidak dapat bekerja.

 

Indonesia sebagai negara berkembang yang belum sepenuhnya melaksanakan mekanisme pasar bebas, ditambah dengan berbagai faktor internal lainnya, mengakibatkan sangat sulit untuk mengadopsi ekspektasi rasional dalam mengelola manajemen makroekonominya. Namun demikian perlu ada langkah-langkah nyata bagi terwujudnya sistem informasi yang fix di kemudian hari.