© 2003 Benar Darius Ginting Soeka                                                      Posted: 16 June  2003

Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Juni 2003

 

Dosen:  Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

 

MODEL USAHA TANI KONSERVASI LAHAN KERING

(Kasus UPT Lawaki)

 

 

 

 

Oleh:

 

Benar Darius Ginting Soeka

 

Nrp : P 062024194

E-mail : benargs@yahoo.com

 

 

I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Dalam konteks pembangunan nasional, program pembangunan wilayah pemukiman transmigrasi merupakan program strategis dengan visi utama mempercepat pembangunan daerah melalui pembangunan pusat pertumbuhan  baru sebagai salah satu pemacu kegiatan ekonomi daerah. Tujuan akhir pembangunan transmigrasi adalah peningkatan kesejahteraan hidup warga transmigran dan masyarakat sekitarnya yang sekaligus mengentaskan kemiskinan. Program pembangunan tersebut harus dilakukan selaras dengan pemeliharaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam, sehingga peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan warga transmigran dapat direalisasikan. Pembangunan wilayah pemukiman transmigrasi berfungsi mempercepat proses pembangunan dan pengembangan daerah. Pelaksanaan pembangunan pembangunan permukiman transmigrasi didasarkan beberapa persyaratan kondisi fisik, sosial ekonomi dan budaya sehingga lokasi tersebut secara fisik dan ekonomi layak.

Kendala yang lazim dijumpai dalam pembangunan wilayah pemukiman transmigrasi diantaranya : a) Terbatasnya ketersediaan lahan secara kualitas dan kuantitas, sehingga pada lokasi tertentu wilayah pemukiman transmigrasi merupakan lahan marjinal jika ditilik dari aspek tingkat kesesuaian lahan dan aksesibilitas ; b) Heterogenitas kualitas warga transmigran ; c) Terbatasnya ketersediaan tenaga kerja ;  dan d) Peran dan partisipasi kelembagaan masih rendah. Untuk itu proses pembangunan dan pengembangan wilayah pemukiman transmigrasi memerlukan perencanaan, proses pembukaan, penyiapan lahan, proses penempatan, dan tahapan pembinaan yang cermat. Pembukaan dan penyiapan lahan akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian dan tingkat keberhasilan warga. Di daerah lahan kering permasalahan yang sering dijumpai adalah tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman  tidak optimal, diduga disebabkan oleh kesuburan tanah rendah, erosi tanah sangat intensif  serta teknik pengelolaan usaha tani yang kurang memadai sehingga  produktivitas pertanian rendah.

Dalam proses produksi pertanian, kualitas sumberdaya lahan merupakan faktor produksi utama yang harus dipertimbangkan. Untuk mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture development) pemeliharaan dan peningkatan produktivitas lahan merupakan prasyarat mutlak yang harus dilakukan. Penurunan tingkat kesuburan tanah (land degradation) menurunkan jumlah dan mutu produksi pertanian dan penurunan tingkat pendapatan petani. Untuk perbaikan tingkat kesuburan tanah, pakar tanah telah menekankan pentingnya pemberian bahan organik/mulsa, kompos atau pupuk kandang, khususnya pada lahan kering. Pengelolaan usahatani di lahan kering umumnya dihadapkan pada beberapa faktor pembatas, diantaranya : a) tipisnya tanah lapisan atas (top soil) ; b) rendahnya kandungan bahan organik ; c) kemasaman tanah dan  kandungan alumunium yang tinggi ; d) kesuburan tanah yang rendah ; e) kemiringan lahan yang curam ; dan f) terbatasnya ketersediaan air.

Sistem pertanian lahan kering tanpa penerapan  teknologi konservasi tanah dan air yang tepat diduga akan menyebabkan terjadinya erosi tanah yang intensif sehingga mempercepat penurunan tingkat kesuburun tanah (fisik, kimia, biologi) dan produktivitas pertanian (Arsyad. S, 1979). Kondisi tersebut menyebabkan petani semakin sulit untuk mengembangkan usaha taninya. Unit Pemukiman Transmigrasi Lawaki yang terletak di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Unit Pemukiman Transmigrasi yang ditempatkan pada lahan dengan kondisi sumber daya  lahan yang kurang mendukung pengembangan pemukiman  ditinjau dari aspek topografi, aspek tingkat kesuburan tanah dan kesesuaian lahan. Permasalahan lain yang timbul karena teknis pembukaan lahan dilakukan secara mekanik sehingga menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) pada beberapa lahan pekarangan warga. Teknis perbaikan tanah (land improvement) dan teknologi pengendalian erosi dapat dilakukan berdasarkan pendekatan vegetatif,  kimia dan fisik. Sistem usahatani konservasi terpadu merupakan sistem pengelolaan usahatani yang didasarkan pada potensi sumberdaya lahan setempat dengan penerapan teknologi konservasi tanah dan air untuk menjamin peningkatan produktivitas pertanian dan sekaligus terhindar dari kerusakan lahan, sehingga sistem usahatani dapat dilakukan secara berkesinambungan. Kombinasi sistem usahatani konservasi terpadu lahan kering dengan teknologi perbaikan lahan merupakan sistem usaha tani yang dikembangkan di Unit Pemukiman Transmigrasi Lawaki.

1.2. Tujuan dan sasaran

a.       Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengembangan UPT Lawaki adalah :

-         Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pola pembinaan dan bimbingan intensif sehingga terbentuk kader kelompok tani tangguh yang dapat diandalkan sebagai petani pelopor di UPT-nya.

-         Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan warga transmigran dalam mengelola usahataninya masing-masing.

-         Meningkatkan produktivitas pertanian pada lahan warga (lahan pekarangan) sehingga terjadi peningkatan pendapatan warga transmigran.

-         Introduksi dan pengembangan sistem usahatani konservasi terpadu di lahan warga.

-         Meningkatkan kesadaran warga transmigran akan perlunya pemeliharaan dan peningkatan daya dukung lahan dan menjamin kelestariannya.

b.      Sasaran

Sasaran utama dari kegiatan ini adalah :

-         Terwujudnya 1 buah model percontohan usahatani konservasi terpadu sebagai model usahatani konservasi terpadu lahan pekarangan dan lahan usaha I.

-         Perbaikan pola usahatani dilakukan warga yang didasarkan pendekatan teknologi konservasi tanah dan air.

-         Perbaikan kondisi kesuburan tanah (fisik, kimia, biologi) khususnya di lahan pekarangan, sehingga warga transmigran dapat mengelola usahataninya dengan optimal.

-         Terwujudnya peningkatan pendapatan warga transmigran yang berkesinambungan dari tahun ke tahun.

            1.3.      Metodologi

Metode pendekatan yang digunakan dalam pengembangan usahatani observasi di lahan  warga  transmigran merupakan perpaduan berbagai metode pendekatan yang meliputi : a) Bimbingan, penyuluhan, layanan  konsultasi dan demontrasi lapang ; b) Pendekatan partsipasif ; c) Pendekatan bantuan teknis ; d) Paket bantuan.

 

II. TEORI DAN AKSI

2.1.            Konservasi Tanah

Pengendalian erosi dan aliran permukanaan merupakan prasyarat utama untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lahan pertanian. Metode tersebut ditujukan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui pendekatan vegetatif, kimia dan mekanik. Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena : a) Kondisi topografi wilayah dilahan pekarangan berombak sampai bergelombang sampai berbukit di lahan usaha I dan lahan usaha II ; b) Kondisi curah hujan relatif tinggi ; c) Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan pekarangan menyebabkan rendahnya air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat d) Lahan warga (lahan pekarangan dan lahan usaha I) masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.

Metoda konservasi (Anonim, 1977) yang dapat dilakukan diantaranya : a) Pembangunan teras baik teras bangku maupun teras gulud ; b) Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai jabakan air untuk mengisi persediaan air dalam tanah c) Pembuatan sabuk gunung d) Penanaman tanaman dalam setrip maupun penggunaan metoda alley cropping.

Pada kasus ini teknik konservasi tanah yang dikembangkan merupakan kombinasi cara vegetatif dan cara mekanik. Pada lahan pekarangan, apabila petani meghendaki teras bangku dapat mereka lakukan. Namun konsekuensinya adalah tersingkapnya lapisan tanah bawah (sub soil) yang lebih jelek daripada lapisan atas (top soil). Untuk memulihkan diperlukan bahan organik 20 ton/ha, padahal pada saat ini sulit untuk mendapatkan bahan organik dilokasi. Pembuatan teras bangku juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Cara vegetatif yang akan dikembangkan adalah alley cropping dikombinasikan dengan aplikasi parit jebakan air yang apabila bahan mulsa telah tersedia parit ini diisi dengan bahan mulsa tersebut. Parit jebakan air yang diisi dengan bahan mulsa disebut slot mulsa atau mulsa vertikal. Bahan mulsa setelah membusuk di parit dapat diangkut untuk mejadi sumber bahan organik tanah, lalu bahan mulsa untuk mengisi parit diganti dengan bahan yang, masih segar. Sebagai tanaman pagar (hederowcrops) pada alley cropping ini adalah tanaman yang bermanfaat untuk pakan ternak, baik jenis tanaman legum maupun rumput. Apabila bibit gamal (gliricidia) mudah didapat ditempat yang tidak jauh dari Lawaki, maka tanaman ini dapat dijadikan salah satu pilihan untuk dijadikan tanaman pagar. Untuk tanaman pagar jenis rumput dapat digunakan rumput gajah. Dengan tersedianya tanaman pakan ternak ini maka peternakan ruminansia (sapi atau domba/kambing) dapat dilibatkan dalam sistem usahatani.

2.2.            Perbaikan Lahan (Land Improvement)

Perbaikan lahan ditujukan untuk meningkatkan daya dukung lahan bagi pengembangan pertanian baik di lahan pekarangan maupun lahan usaha. Perbaikan yang akan dilakukan meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah kombinasi perlakuan perbaikan lahan dengan teknik konservasi tanah dan air akan mempercepat upaya pegembangan UPT Lawaki. Perbaikan tersebut akan dilakukan secara bertahap, sehingga tercipta suatu kondisi aktual yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan kondisi aktual yang ada di lapangan. Langkah-langkah kegiatan yang disarankan adalah  :

a)      Pencampuran sisa abu pembakaran kedalam tanah ;

b)      Penambahan bahan organik kedalam tanah dalam bentuk kompos maupun dalam bentuk pupuk kandang. Perbaikan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang meliputi : 1) Memperbaiki reaksi tanah ; 2) Meningkatkan nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah sehingga tanah mampu meretensi unsur hara (pupuk) yan ditambahkan ; 3) Meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui kandungan unsur hara yang terkandung dalam bahan organik ; 4) Mengurangi efek negatif dari unsur hara besi (Fe) yang diduga terdapat cukup banyak dalam tanah 5) Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena suplai asam organik dan unsur hara yang dikandungnya.

c)      Pengapuran dengan dosis yang dipetimbangkan untuk tanah-tanah tua. Perlakuan tersebut dimaksudkan untuk : 1) memperbaiki reaksi tanah sehingga terbentuk keseimbangan unsur hara dalam tanah ; 2) Menambahkan unsur kalsium dan magnesium ke dalam tanah ; 3) Mengkomplekskan unsur-unsur alumunium, besi dan mangan yang diduga terdapat dalam jumlah yang cukup tinggi dalam tanah ; 4) Memperbaiki nilai kapasitas tukar kation tanah 5)  Membebaskan fiksasi P dan occluded P.

d)      Penambahan unsur ara terutama nitrogen, fosfor dan kalium.

e)      Rehabilitasi tanah dengan tanaman penghasil bahan organik seperti tanaman koro benguk (Mucuna sp) atau Flemingia congesta. Tindakan rehabilitasi tersebut dilakukan secara bertahap dan dilakukan dengan pengaturan waktu tanam dengan tanaman yang diusahakan, sehingga sebagian lahan digunakan untuk penanaman tanaman penghasil bahan organik dan sebagian lagi diusahakan dengan komoditi pertanian. Penanaman tanaman pertanian dilakukan dengan pemberian input pertanian yang diperlukan penanaman musim berikutnya dilakukan pergliran tempat penanaman.

f)        Pengembalian semua sisa tanaman ke lahan usahatani baik sebagai mulsa maupun dibenamkan.

2.3.            Introduksi Peternakan

Perlakuan teknik konservasi tanah dan air serta perbaikan kualitas lahan untuk memperbaiki daya dukung lahan pertanian membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah yang tidak dapat dilakukan dengan segera. Disamping itu kondisi lahan yang sangat marginal menyebabkan produksi yang akan dihasilkan secara ekonomis belum tentu mendapatkan hasil yang meguntungkan. Oleh karena itu intorduksi peternakan terutama ayam bukan ras akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan warga dalam periode tersebut. Pengembangan peternakan juga memberikan hubungan timbal balik dengan perbaikan kualitas lahan. Sektor peternakan merupakan sumber bahan organik (kotoran ternak) dan sebaliknya sektor perbaikan lahan merupakan sumber pakan ternak.

2.4.            Bimbingan dan Penyuluhan

            Untuk mengimplementasikan semua kegiatan tersebut diatas, diperlukan serangkaian kegiatan pembinaan dan penyuluhan yang konkrit baik di kelas maupun di lapangan. Peningkatan kesadaran dan motivasi warga merupakan modal utama yang menunjang keberhasilan proram yang akan dilaksanakan. Sehubungan dengan kondisi lahan yang sangat marginal, pengembangan pertanian pada lahan tersebut harus ditangani secara lebih intensif dan berkelanjutan. Bimbingan dan penyuluhan dilakukan secara menyeluruh mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan (aspek budidaya) dan pasca produksi termasuik aspek pemasaran bagi komoditi yang akan dihasilkan.

 

 

III.           PEMBAHASAN

Permasalahan  utama yang terdapat di UPT Lawaki adalah lahan yang tidak subur sampai tandus karena erosi yang intensif secara terus menerus serta ketidakberdayaan warga transmigran untuk mengelola lahan tersebut untuk memproduksi komoditi pertanian.

 

3.1.     Strategi Rehabilitasi Lahan

Berdasarkan kondisi tanah yang ada, masalah utama dkelompokkan kedalam kesuburan tanah yang rendah dan erosi tanah yang tinggi. Dengan demikian strategi rehabilitasi lahan yang dilakukan adalah strategi dua tahap, pertama adalah pembanguna struktur konservasi tanah yaitu pembuaan teras untuk pengendalian erosi, kedua disusul dengan usaha perbaikan keseburuan tanah melalui soil improvement. Tanpa terlebih dahulu dilakukan tindakan untuk megendalikan erosi, usaha perbaikan kesuburan tanahnya akan menjadi sia-sia.

Karena diperlukan usaha konservasi tanah yang secara cepat dapat menekan erosi secara efektif, maka pembuatan teras bangku merupakan alternatif yang dipilih. Solum tanah yang pada umumnya memungkinkan untuk dilakukan pembuatan teras tersebut, meskipun lapisan atas sebagian besar lahan warga sudah hilang. Agar struktur teras tersebut tahan lama, maka pembuatan teras dilengkapi saluran pembuang air dan tanaman penguat teras dengan terbangunnya struktur konservasi tanah, maka diharapkan melalui usaha perbaikan kesuburan tanah yang akan dilakukan kesuburan tanah semakin lama semakin meningkat. Ilustrasi tersebut disajikan pada gambar 4.1.

 

                                                                       

                                                                                                       Konservasi Lahan

                                -

 

                                -

                                       Produktrivitas

                                         Lahan                   -

                       

                                           -                                                             Tanpa Konservasi Lahan

 

                                   0       1      2        3         4      5      6      7      8      9      10      11      12  

 

                                                                                                      Waktu (tahun)

                       

Gambar 4.1.    Perbandingan Produktivitas Lahan

 

Setelah lahan tersebut diteras, mengakibatkan laju erosi tanahnya dapat ditekan serendah mungkin, barulah upaya untuk memulihkan kesuburan tanahnya dilakukan. Usaha perbaikan kesuburan dilakukan melalui soil improvement. Soil improvement terutama diarahkan untuk meningkakan peranan dan kandungan bahan organik tanah serta untuk menambah unsr-unsur hara tanah yang mengalami defisiensi berat. Selain meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kandungan beberapa unsur hara ensensial, memperbaiki struktur tanah dan kemampuan mengikat dan menyediakan air bagi tanaman, peningkatan bahan organik juga berfungsi menekan aktivitas Fe dan Mn yang tinggi melalui pengikatan (kelat) bahan organik-Fe atau bahan organik-Mn setelah dilakukan soil improvement  barulah penanaman secara biasa seperti yang dilakukan oleh petani biasa dapat dilakukan.

 

3.2.      Dampak Sosial Degradasi Lahan

Degradasi lahan yang tejadi di UPT Lawaki memang telah mencapai kondisi yang mencemaskan. Melalui usahatani tradisionil yang dilakukan oleh transmigran, pemberian input pupuk urea, TSP, dan KCI belum dapat menjamin pertumbuhan tanaman yang baik dan optimal.kurangnya informasi bagaimana cara melakukan pemupukan yang benar, dosis dan waktu pemberian yang tepat, pra kondisi yang diperlukan sebelum pemupukan menyebabkan pemupukan yang telah dilakukan transmigran tidak mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman. Transmigran yang beranggapan bahwa pemberian urea menyebabkan tanah menjadi keras. Kepercayaan transmigran bahwa  pemberian pupuk dapat memperbaiki produktivitas tanah masih rendah. Dorongan lain terutama kesulitan keuangan dan penawaran tengkulak pemberi pupuk menyebabkan banyak trasmigran yang menjual pupuk hasil pembagian jatah dari pemerintah dengan harga yang rendah.  Ketiadaan pupuk tersebut  menyebabkan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan oleh trasmigran menjadi semakin memprihatinkan. Maka  dapat diduga bahwa kehidupan transmigran semakin lama semakin menurun sejalan dengan makin merosotnya kualitas lahanya akibat erosi dan pengelolaan yang salah.

Dengan demikian, selain masalah teknis bagaimana memulihkan kondisi tanah yang telah mengalami degradasi tersebut. Pemulihkan kepercayaan transmigrasi terhadap manfaat dan fungsi penggunanaan bebagai macam pupuk, khususnya Urea, TSP, dan KCI. Hal tersebut hanya akan dapat dicapai jika pendampingan mampu menunjukkan kepada mereka bagaimana peran dan fungsi pupuk-pupuk tersebut (dikombinasikan dengan kaidah konservasi tanah) dalam memperbaiki pertumbuhan  dan produktivitas tanaman serta membimbing mereka bagaimana cara penggunaan pupuk tersebut dengan tepat.

 

3.3.      Pengembangan  UPT Lawaki yang Berkelanjutan (Sustainable Development)

Agar berkelanjutan, pengembangan UPT Lawaki dimulai dari pengembangan usahatani warga transmigran yang berorientasi agribisnis. Untuk menjamin kelanggengan produksi pertanian, usahatani konsenvasi terpadu merupakan pilihan yang harus dilaksanakan. Mengingat keterbatasan sumberdaya  yang tersedia, pelaksanaan program atau kegiatan yang berkaitan dengan tercapainya usahatani konservasi usahatani terpadu yang berorientasi agribisnis tersebut seperti perbaikan lahan, budidaya tanaman komersial, pengembangan usaha peternakan serta teknik pegolahan pasca panen dan pemasaran harus dikembangkan secara bertahap, selaras dan berkelanjutan.

Untuk menjamin kelanggengan produksi pertanian, lahan usaha harus dijaga dari degradasi tanah. Strategi dua tahap sudah mulai diterapkan oleh warga transmigran. Pertama warga transmigran yang memiliki tanah yang relatif curam sebagian besar (90 %) telah membangun teras bangku sebagai upaya untuk mengendalikan erosi. Tahap selanjutnya adalah perbaikan kesuburan tanah melalui teknik soil improvement. Biaya yang diperlukan untuk soil mprovement setiap luasnya 0,5 Ha diperkirakan sekitar Rp. 492,.650 (periksa  tabel 1).

 

Tabel 1. Perkiraan Biaya Soil Improvement (0,5 Ha) Tahun 1996

Jenis Bahan

Jumlah

Harga Satuan

(Rp)

Harga

(Rp)

Serbuk gergaji

Urea

TSP

KCI

Phosphat alam

 

 

10.000 kg

83,5 kg

300 kg

133,5 kg

500 kg

 

 

 

350

350

550

250

100.000

29.225

165.000

73.425

125.000

 

Rp. 429.650

 

Biaya yang diperlukan untuk soil improvement tersebut dirasakan cukup tinggi  bagi warga transmigran, karena sedikitnya setiap KK memerlukan biaya hampir Rp. 1000.000, untuk memperbaiki lahannya seluas 1 Ha. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan secara bertahap disarankan untuk pelaksanaan perbaikan tanah tersebut. Misalnya dilakukan  bertahap  perluasan  lahan  500 M2,  yang  hanya  memerlukan  biaya sekitar Rp. 50.000.

Untuk lebih mengoptimalkan pengusaan teknik soil improvement bagi warga trasmigran, disarankan agar soil mprovement pada luasan 500 M2 pertama dilaksanakan oleh pendamping bersama-sama dengan warga transmigran di setiap KK. Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan tahap awal tersebut sebaiknya disediakan oleh pemerintah. Dengan dilaksanakannya perbaikan lahan dengan teknik soil improvement tersebut serta ditanami dengan tanaman komersial yang dikelola dengan baik diharapkan lahan dengan luasan 500 M2 merupakan modal awal bagi  pelaksanaan soil improvement pada lahan yang lebih luas, sehingga luasan lahan yang dilakukan soil improvement akan semakin luas dari waktu ke waktu.

Unit lahan seluas 500 M2 yang telah disuburkan tersebut selanjutnya ditanami dengan tanaman komersial seperti semangka, mentimun, atau kacang panjang yang telah teruji dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi di model. Berdasarkan hasil uji coba di model, setiap lahan seluas 500 M2 yang telah disuburkan tersebut setiap musim tanam dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 93.825 untuk tanaman semangka, Rp. 102.900 untuk tanaman mentimun dan Rp. 122.975 untuk tanaman kacang panjang. Dari keuntungan  yang diperoleh dari lahan yang telah disuburkan tersebut warga trasmigran secara betahap dapat menyuburkan seluruh lahan yang dimiliki.

Tabel 2. Perkiraan keuntungan dari beberapa komoditi andalan pada lahan seluas 500 M2 dengan soil improvement Tahun 1996.

 

Jenis Tanaman

Input Produksi

(Rp)

Out Put

(Rp)

Keuntungan

(Rp)

Mentimun

Kacang Panjang

Semangka

 

121.100

127.025

106.175

256.000

262.500

218.750

134.900

135.975

112.575

 

Apabila setiap unit lahan seluas 500 m2 yang telah disuburkan tersebut mampu menghasilkan keuntungan rata-rata sekitar Rp. 100.000 maka dalam setiap KK mampu  mengelola seluruh lahan pekaranganya secara intesif maka dalam semusim setiap KK menerima pendapatan bersih tidak kurang dari Rp. 1.000.000 atau Rp. 2.000.00 setahun (1 tahun diasumsikan hanya 2 musim tanam). Belum lagi pendapatan dari LU I dan usaha peternakan dengan demikian, pegembangan pertanian konservasi terpadu yang berorientasi agribisnis yang berkelanjutan dapat dicapai oleh warga transmigrasi UPT Lawaki.

Introduksi khususnya ruminansia kecil (kambing) disamping merupakan pendapatan tambahan bagi warga transmigran juga merupakan sumber bahan organik yang sangat dibutuhkan dalam perbaikan lahan (soil improvement). Tambahan bahan organik yang dihasilkan oleh 2 ekor kambing dalam periode waktu 1 tahun akan menghasilkan bahan organik sebanyak lebih kurang 15 ton bahan organik basah.

Keterbatasan tenaga kerja (HOK) di UPT Lawaki merupakan salah satu kendala yang menyebabkan terbatasnya lahan warga yang berolah. Untuk mengantisipasi masalah tersebut bantuan hand tractor yang dikelola KUD merupakan salah satu alernatif yang akan membantu pemecahan masalah pengolahan tanah.

Untuk menjamin pelaksanaan pengembangan usahatani konservasi terpadu di UPT Lawaki tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan diperlukan koordinasi. Koordinasi tersebut diperlukan terutama dalam rangka pengintegrasian program kegiatan yang akan dilaksanakan serta proses penanganan selanjutnya setelah kegiatan pembinaan berakhir. Koordinasi yang diperlukan terutama dengan : a) Pemerintahan Kab. Kolaka dalam rangka pengembangan daerah terisolisasi/daerah terpencil ; b) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, dan Dinas Peternakan Kab. Kolaka dalam rangka pengembangan usahatani tanaman pangan dan tanaman tahunan serta usaha peternakan di pedesaan dan pengadaan bantuan sarana produksi pertanian  maupun pembinaan petugas penyuluh lapangan ; c) Kandep Koperasi Kab. Kolaka dalam rangka pengembangan sistem pemasaran dan pengembangan KUD ; dan d) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Kolaka sebagai sumber informasi dalam rangka pengembangan  UPT Lawaki.

 

 

IV.            KESIMPULAN

1.      Pembangunan  Model Usahatani Konservasi Terpadu di UPT Lawaki dapat memberikan harapan baru bagi transmigran dalam mengelola lahan usahatani dan meningkatkan pendapatannya.

2.      Melalui strategi dua tahap, pembangunan struktur konservasi dan dilanjutkan dengan soil improvement  yang dilakukan diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri warga untuk bertani. Tanaman komersial seperti mentimun, semangka dan kacang panjang dapat menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang memuaskan. Pengembangan soil improvement perlu dikembangkan warga secara bertahap.

3.      Upaya mengembangkan model pertanian konservasi terpadu telah direspon oleh transmigran, sebanyak 106 KK yang memiliki lahan relatif  berslope curam, sebanyak 94 KK (90 %) telah melakukan pembangunan struktur konservasi berupa teras bangku untuk mengendalikan erosi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1.      Anonim, 1977,       Pengelolaan Lahan Kering

2.      Anonim, 1996,       Proyek  Dukungan  Teknis  Pembinaan  Sosial Budaya Daerah Transmigrasi

3.      Arsyad. S, 1979,  Konservasi Tanah dan Air