ã 2003  Sri Darwati                                                                      Posted    31 May 2003

Term paper

Intoductory Science Philosophy (PPS702)                      

Graduate Program / S3

Institut Pertanian Bogor

May 2003

 

Instructors :

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 Dr Bambang Purwantara

 

 

SELEKSI MERPATI LOKAL SEBAGAI PERFORMING BREED BERDASARKAN KETANGKASAN TRUMBIER

 

 

 

Oleh :

 

Sri Darwati

 

D 061020031

E-mail: darwati_sri@yahoo.com

 

 

 

 

PENDAHULUAN

 

            Merpati dikenal sebagai lambang perdamaian. Biasa dilepas pada acara-acara peresmian. Warna yang disukai untuk keperluan tersebut adalah putih, jinak-jinak merpati ciri khasnya.  Tampaknya jinak, jika disebarkan biji-bijian atau pakan kesukaannya akan menghampiri. Namun saat kita ingin memegangnya dia terbang menghindar.

            Di daerah Bogor kebanyakan pemelihara burung merpati lokal adalah penghobi. Merpati lokal dilagakan pada suatu game atau performing bred. Dua jenis game yang diadakan di Bogor yaitu   merpati terbang datar (balap) yang sering dilaksanakan di Kompleks Perumahan Yasmin. Satu jenis lagi yang baru dirintis di daerah Bogor yaitu terbang tinggian dilakukan pada bulan Nopember 2002.

Peternak burung merpati harus sangat selektif memilih barang-barang yang diinginkan untuk terbang tinggi (performing breed) agar usaha mereka dapat menampilkan sifat yang disenangi untuk fungsi-fungsi yang dikehendaki. Merpati performing breed yang dikehendaki adalah yang memiliki ketangkasan termasuk golongan tumbler (akrobat merpati di udara)

            Tujuan dipaparkan pengalaman ini untuk mengkaji karakteristik merpati performing breed dan cara seleksinya.  Selanjutnya untuk mengetahui pewarisan sifat tersebut.

/

TINJAUAN PUSTAKA

 

                                                       Burung Merpati

 

            Burung merpati atau burung dara domestik dapat diklasifikasikan ke dalam :

Kelas   :Aves

Sub Kelas  : Neornithes

Super Ordo  : Columbidae

Famili  : Columbidae

Genus   : Columba

Spesies : Columba Livia  (Levi, 1945)

 

            Merpati Indonesia berasal dari jenis merpati lokal (Muhami, 1983). Merpati lokal tersebut berasal dari merpati liar (Columba livia) yang telah lama dibudidayakan dan asal penyebarannya dari Eropa (Antawidjaja, 1988).

            Merpati famili Columbidae merupakan famili yang meliputi 289 spesies dengan ukuran mulai dari merpati Diamond yang mempunyai ukuran 12 cm sampai merpati Crowned  yang berukuran sebesar kalkun betina (Pigeon Recovery, 2001).

            Levi (1945) bahwa merpati mempunyai sifat damai hampir tidak ada Pack Order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih pasangan sendiri, bersifat monogami, dan mempunyai sifat sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh.

            Blakely dan Bade (1988) melaporkan bahwa bila salah satu pasangan mati atau dipisahkan oleh manusia, maka dicarikan pasangan lain dalam beberapa hari, tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama akan terwujud kembali. Muhami (1983) bahwa salah satu ciri yang membedakan burung merpati (pigeon milk) yaitu cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.

            Sumadi (1991) menambahkan bahwa Crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk merpati warnanya menyerupai keju dan cair, diproduksi sebelum  telur menetas. Cairan yang diberikan induk merpati kepada squab (anak burung merpati) dengancara meloloh (proses regurgitasi) dan memompa ke dalam mulut squab.

            Merpati betina biasanya lebih kecil dan tidak terlalu ribut dibandingkan dengan merpati jantan pada saat kawin.  Pada proses cooing dan billing, betina selalu menempatkan paruhnya pada paruh jantan.  Ukuran merpati jantan lebih besar dengan tekstur bulu lebih besar dan bulu leher tebal.  Merpati jantan pada saat bercumbu membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan sayap (Blakely dan Bade, 1998).

 

 

KEGUNAAN BURUNG MERPATI

 

Cartmill (1991) melaporkan bahwa merpati atau burung dara digunakan sebagai penghasil daging, penyedia bibit sport, lomba, hias, penelitian dan bahkan untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Bangsa merpati dibedakan menjadi tiga tipe yaitu bangsa yang diambil keindahannya untuk pameran (fancy breed); bangsa yang dinilai dari ketangkasannya (performing breed); dan bangsa yang diambil kegunaannya sebagai daging (utility breed).

            Blakely dan Bade (1991), merpati dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu untuk tujuan : (1) pameran; (2) produksi daging;(3) penampilan.

 

PERFORMING BREED

 

Cartmill (191) mengemukakan bahwa merpati dari tipe performing breed seperti Homer memiliki kecepatan dan ketahanan terbang, Birmingham Roller memiliki kemampuan terbang dengan berputar (rolling), Partor Trumbler memiliki kemampuan jungkir balik di atas lantai.

Menurut Blakely dan Bade (1991) bahwa merpati yang tergolong tumbler (mampu berakrobat di udara) diseleksi berdasarkan ketegaran dan penampilan yang terkontrol di udara.

 

 

MATERI DAN METODE

 

            Pengamatan ini dilakukan di desa Cikarawang, Dramaga Bogor.  Pengamatan ini dilakukan pada merpati piaraan sendiri dan dipelihara sejak akhir tahun 1999.

            Jumlah merpati yang dilatih untuk performing breed yang tergolong tumbler (Blakely dan Bade, 1991) sebanyak 10 ekor dari 100 ekor merpati yang kami miliki.

            Pemeliharaan burung merpati dilakukan secara semi intensif. Pakan terdiri dari jagung pipilan dan pakan komersial untuk ayam pedaging fase finisher, terutama induk yang sedang meloloh anak.  Pemberian pakan biasanya dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Untuk menguji merpati yang memiliki ketangkasan trumbler harus melatih terbang, yang dimulai dari jarak dekat/masih tampak atap rumah peternaknya/ pemiliknya. Jika sudah terbang tinggi/naik, jarak ditambah lagi. Hal ini dilatih beberapa kali dan teruji kembali ke lokasi

Proses latihan ini dimulai usia sekitar 4-5 bulan (sebelum dewasa). Burung merpati sudah mantap ketangkasannya jika pola terbangnya tidak berubah-ubah.

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Fenotipe

 

Keragaman fenotipe burung merpati lokal masih tinggi, warna bulu dasar, corak bulu dan warna iris mata. Warna dasar bulu seperti dikemukakan Mosca (2000) terdiri dari tiga warna bulu biru (Megan), yang menurut (Levi,1945) merupakan warna nenek moyang merpati domestik juga ada.

Masih banyak  lagi ragam warna bulu yang ada dilapangan ini sesuai Mosca (1997) dan Huntley (1999) bahwa setiap penyimpangan dari warna lain yang muncul bisa dinyatakan dominan atau resesif terhadap warna bulu biru. Secara keseluruhan warna bulu yang dapat diamati cukup bayak, karena stock dasar berasal dari berbagai sumber, sehingga muncul keragaman yang sangat menarik untuk diamati.

            Sifat kuantitatif yang dapat disajikan pada Tabel 1 dari pengamatan yang dilakukan.

 

Tabel 1. Sifat Kuantitatif Merpati lokal di Desa Cikarawang

Sifat

Rataan

Bobot badan dewasa (g)

(Jantan maupun Betina)

Jumlah Telur per periode (butir /pasang)

Lama mengerami telur (hari)

Umur rata-rata dewasa kelamin (bulan)

250 – 350 g

 

2

18

4

 

           

POSTUR  TUBUH  MERPATI  PERFORMING  BREED

 

            Bentuk tubuh seperti jantung pisang jika kita genggam dengan dua tangan kita, dan posisi sayap burung menempel di badan dan kaki diselonjorkan ke belakang.

 

Pada posisi tersebut dapat dirasakan badannya padat namun terasa empuk ditangan

            Pada posisi berdiri, dan dilihat dari depan badannya tampak tegap dan dadanya tampak padat. Postur tubuh merpati lokal performing breed yang memiliki ketangkasan trumbler (akrobat di udara) dan terbaik diantara burung yang memiliki ketangkasam tumbler juga seperti pada Gambar 1. Adapun jenis kelamin jantan, walaupun tidak menutup kemungkinan betina karena yang pernah kami miliki betina pun memiliki ketangkasan tumbler.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Postur Tubuh Merpati Lokal Performing Breed

 

            Bentuk ketangkasan yang dimiliki burung pada Gambar 1. adalah terbang tinggi di awan hingga dari bawah bisa sampai mencapai sekecil jempol orang dewasa.  Turunnya sangat berani dan membuat gerakan zigzag disertai kecepatan turun yang tinggi.

 

 

 

 

TINGKAH LAKU KAWIN MERPATI PERFORMING BREED

 

            Pejantan merpati lokal yang digunakan sebagai performing breed tampak agresif mengejar pasangan betinanya tetapi tidak ribut atau tidak bersuara nyaring memanggil-manggil pasangannya yang dalam bahasa daerahnya disebut “bekur”. Selalu berusaha mengejar pasangan betinanya, sekalipun si betina dikurung dan jantan berada di luar kurang jika tidak dipisahkan si betina bisa botak bulu kepalanya dipatuk oleh pasangannya.

            Tingkah laku kawin merpati berbeda dari jenis unggas lainnya.  Semangat kawinnya tinggi untuk merpati performing breed.  Mejelang kawin pejantannya mengembungkan  tembolok, bulu sayap dan punggung dimekarkan, sayap direbahkan adakanya menyentuh lantai.  Bila betinanya mengangguk-anggukkan kepala lalu mendekam berarti menerima pejantan, selanjutnya pasangan itu mulai bersatu.

 

PERJODOHAN BURUNG MERPATI

 

            Merpati jantan dan betina diberi kesempatan memilih pasangannya. Biasanya betina muda mau kawin dengan siapa saja walaupun bukan pasangannya. Bahkan sesama pejantan atau  betina ada yang kawin. Hal ini harus dipisahkan agar tidak berlanjut yang mengakibatkan kelainan reproduksi. Tidak berarti betina muda yang “ganjen” mau dikawin oleh pejantan manapun akan menjadi pasangan.

            Merpati akan menjadi pasangan jika tampak keduanya saling meloloh, dan biasanya betina meletakkan paruhnya diatas paruh jantan. Sesuai Blakely dan Bade (1998) jika dilanjutkan si betina dikawin maka maka keduanya telah berjodoh/pasangan.

Akan tetapi untuk tujuan tertentu seperti pada seleksi yang memiliki performing breed sehingga pasangan merpati harus ditentukan. Maka calon pasangan merpati yang dikehendaki (jantan dan betina) dimasukkan ke dalam sangkar (boks dari bambu/kardus) sehingga suasana di dalam sangkar gelap. Keduanya dikeluarkan dari sangkar hanya pada saat makan dan minum, juga harus terpisah dari pasangan merpati yang lain. Dari pengalaman, cara perjodohan ini memerlukan waktu 4-14 hari. Walaupun ada sekitar 1 pasang dari 12 pasang yang dicoba tidak berjodoh sehingga harus diganti pasangan lain.

Hal ini diduga ada merpati tertentu yang memilih wana bulu tertentu sebagai pasangannya (preference). Jika keduanya sudah tampak mulai saling meloloh dan betinanya mau menerima pejantan, berarti telah berjodoh.

Satu hal yang berbeda dengan beberapa peneliti sebelumnya pada merpati, maka merpati lokal bukan pasangan abadi jika pemeliharannya koloni. Hal ini terjadi  di lapang betina yang “ganjen” saat birahi walaupun sudah punya pasangan mau dikawin oleh pejantan lain. Pasangan yang dibongkar (jantan dan betinanya dipisahkan) dan masing-masing dijodohkan dengan yang baru, apabila sudah berjodoh dengan yang baru saat beberapa waktu kemudian bertemu dengan jodoh lamanya tidak kembali ke pasangan lamanya.

 

PERFORMING BREED

Performing breed di daerah Bogor ada 2 macam, yaitu terbang datar (balap) dan terbang tinggian. Merpati balap dinikmati penggemar dari atraksi cepatnya pejantan terbang dari satu tempat menuju joki yang memegang pasangan betinanya. Ketangkasan ini dilakukan pada suatu tempat yang datar dan luas, sehingga pejantan masih bisa melihat jokinya dari tempat start diterbangkan (mirip lomba lari cepat pada manusia).

Terbang tinggian diterbangkan dari suatu tempat yang terhalang rintangan sekalipun seperti pohon, rumah dan sebagainya. Jadi pasangannya tidak bisa saling melihat. Biasanya yang diterbangkan adalah jantannya, sedang betina pasangannya untuk “klepper” atau pemancing tumbler pejantan saat mendekati lokasi/rumahnya. Untuk merpati terbang tingian harus memiliki ketangkasan terbang. Contoh burung merpati pada gambar 1 memiliki ketangkasan terbang tinggi, saat diterbangkan dari rumah minimal dengan jarak 2 km karena jarak yang terlalu dekat trumbler kurang bagus. Pada saat terbang yang tampak di awan seperti benda sebesar jempol orang dewasa yang bergerak cepat. Untuk memudahkan mendeteksi kedatangannya biasanya diberi “sawangan” semacam terompet yang berbunyi nyaring jika tertiup udara dan diletakkan di pangkal bulu ekor.

Atraksi trumbler bisa dipancing sesaat burung mendekati lokasi rumah biasanya akan turun, saat tersebut “klepper” pasangan betinanya difungsikan dengan  mengepakkan sayap betinanya atau melempar pasangan betinanya ke udara. Si jantan akan turun dengan cepat dengan ketangkasan akrobatnya, yaitu turun disertai gerakan zig-zag ke arah atap rumah atau menempel pada betinanya jika pasangan betina dipegang jokinya.

 

 

PEWARISAN PERORMING BREED

 

Ketangkasan ini diwariskan, walaupun sejauh pengamatan ini belum bisa dilaporkan besarnya daya ulang (ripitabilitas) pasangan tetua yang sama mewariskan kepada anak-anaknya sifat performing breed atau ketangkasan akrobat. Demikian pula besarnya heritabilitasnya belum bisa dilaporkan. Diduga kedua parameter genetik tersebut (heritabilitas dan ripitabilitas) sifat performing breed rendah, sehingga peluangnya rendah.

Dari pengamatan yang dapat dilaporkan untuk memilih calon merpati yang memiliki ketangkasan tersebut, maka tetuanya sudah terseleksi memiliki ketangkasan yang dikehendaki dan dari pengamatan diperolehnya merpati pada Gambar 1, yang memiliki ketangkasan trumbler, berasal dari keturunan induk yang memiliki ketangkasan tinggi dan turun cepat. Suatu hasil yang diperoleh pula dari pengamatan ini bahwa anak yang memiliki fenotip serupa dengan fenotip tetua yang memiliki ketangkasan trumbler, maka ia mewarisi sifat tersebut. Namun  hal ini masih dugaan dan perlu dibuktikan dengan jumlah pengamatan yang lebih banyak.

Skema pewarisan trumbler yang teramati di lapang selama ini disajikan  pada Gambar 2 berikut ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                   

 

 

 

 


                                                                                                              

 

 

 

            Gambar 2. Skema pewarisan Trumbler

 

Keterangan:

 

 
 


            : jantan                         : betina             : teruji trumbler           ?  : tidak diuji

 

 

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

Seleksi merpati sebagai performing breed dilakukan agar diperoleh siat yang dikehendaki. Catatan tetua diperlukan untuk seleksi.

Peforming breed diwariskan tetua kepada anak. Hanya diduga peluangnya kecil. Oleh karenanya disarankan penggemar merpati yang memiliki informasi seleksi   performing breed dapat saling melengkapi.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Antawidjaja, T. 1988. Pengaruh Pengelolaan Loloh Paksa (Force Feeding) terhadap Performans Piyik dan Induk Burung Merpati. Homer King. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Blakely, J. dan D.A Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono dan Soedarsono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Cartmill, A.M. 1991. Raising Pigeon. Kansas Pigeon Association Poultry. Poultry Science 1-7-91-2 M. http://www.oznet.ksu.edu/library/lvstk2/mf987.pd [23 Februari 2001].

Huntley, R. 1999. Genetic Symbols. http:// www.Huntley.com. 9-1-2002

Levi, M.W. 1945. The Pigeon. 2nd Ed. The R.L Bran Company, Columbia, California.

Mosca, F. 1997. Genetic Smbols. http:/www.angel fire.com. 9-1-2002.

Pigeon Recovery. 2001. http://www.members.aol.com.duiven/pigeon recovery/recover.htm [15 Desember 2001]

Sumadi, C.K. 1991. Pengaruh Penggantian Susu Tembolok dengan Susu atau Telur sebagai Pakan Awal Terhadap Performans Piyik. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.bogor.