© 2003  A.Mu’nisa                                            Posted  18 November  2003

Makalah Individu

Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pascasarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

November  2003

 

Dosen:

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab)

Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

 

 

PENGARUH DIET ASAM LEMAK ESSENSIAL  TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH DAN PERMASALAHANNYA

 

 

Oleh:

A. Mu’nisa

G361030071/BIO

E-mail mu_nisa@yahoo.com

 

 

Pendahuluan

Perhatian masyarakat terhadap lemak pangan menjadi makin besar terutama setelah diketahui mengkonsumsi lemak yang berlebihan akan mempengaruhi kesehatan, tidak saja terhadap meningkatkan penyakit jantung koroner, tetapi akhir-akhir ini diinformasikan juga terhadap penyakit kanker, diabetes, tekanan darah tinggi dan hiperkolesterol.

Meskipun mengkonsumsi lemak yang berlebihan umumnya dianggap sebagai salah satu penyebab terkenanya penyakit jantung koroner, kita tidak dapat meninggalkan lemak dalam makanan kita. Hal ini disebabkan karena lemak pangan mempunyai bermacam-macam fungsi yang penting, diantaranya sebagai sumber energi, penyediaan vitamin yang larut dalam lemak, diperlukan untuk sintesis hormon-hormon tertentu, untuk menyusun sel-sel membran, selain sebagai penentu tekstur dan cita rata bahan makanan.

Lemak pangan yang berasal dari produk hewani ada yang dapat bersifat menurunkan kadar kolesterol plasma yaitu golongan asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam lemak omega 3 dan omega 6, yang merupakan asam-asam lemak essensial (EFA) yang mempunyai ikatan rangkap pada atom karbon ketiga dan keenam dari ujung terminal pada rantai karbon. Asam linoleat adalah salah satu anggota omega 3 yang diperlukan tubuh untuk memproduksi asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam eikosapentaenoat (EPA). DHA didalam tubuh sangat  penting untuk perkembangan otak dan retina (Stone, 1996 dan Simopoulos, 1991).

Asam lemak omega 3 banyak dijumpai pada minyak ikan yang sangat efektif menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, selain itu juga sangat efektif bagi penderita hipertensi dan hiperkolesterol (Harris, 1997), sedangkan omega 6 banyak terdapat minyak sayuran, yang pertama kali dikenal mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah (Nettleton, 1995).

Permasalahan yang dapat diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana peranan asam lemak tak jenuh omega 3 dan omega 6  sebagai asam lemak essensial dan peranannya dengan berbagai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol darah.

 

Kolesterol

Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan ester adalah lipid yang berantai panjang yang merupakan komponen penting dari lipoprotein plasma dan membran sel bagian luar (Lehninger, 1995), selain itu juga merupakan prekursor pembentukan asam empedu serta hormon steroid. Menurut Montgomeri, et al. (1993), kolesterol masuk ke dalam golongan derivat sterol yang sukar larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, sehingga ini dimasukkan dalam golongan lipid.

Manusia dengan mudah mengabsorbsi kolesterol yang terdapat dalam diet. Kebanyakan orang dalam masyarakat barat makan kolesterol antara 500 dan 800 mg (1,3 dan 2,1 mmol) per hari dan mengabsorbsi dari 300 sampai 400 mg (0,8 sampai 1,0 mmol) per hari (Montgomeri, et al., 1993), sedangkan kolesterol diet pada masyarakat Amerika antara 400 dan 700 mg per hari (Schaerfer, et al., 1995). Bila masukan diet relatif kecil, absorbsi efisien. Namun bila masukan melebihi kurang lebih 500 mg (1,3 mmol) per hari, absorbsi kolesterol menjadi kurang efisien dan hanya kurang lebih 30% sampai 35% masukan diabsorbsi. Bila seseorang cukup hati-hati dan menghindari pangan yang kaya akan kolesterol, maka relatif mudah untuk mereduksi masukan kolesterol diet sampai kurang lebih 400 sampai 500 mg (1,0 sampai 1,3 mmol) per hari. Namun demikian, kurang lebih 200 sampai 300 mg (0,5 sampai 0,8 mmol) per hari akan diabsorbsi dengan kondisi-kondis ini. Pengurangi absorbsi lebih lanjut, perlu  diturunkan masukan diet kolesterol ke kisaran antara 100 dan 300 mg (0,25 samapi 0,8 mmol) per hari. Ini memerlukan pembatasan-pembatasan diet yang ketat, karena masukan daging harian rata-rata orang memberikan paling sedikit 300 sampai 400 mg (0,8 samapai 1,0 mmol) (Montgomeri, et al., 1993).

Kadar kolesterol normal dalam plasma yang diperoleh dari orang puasa dianggap oleh kebanyakan laboratorium klinik sebesar antara 3,1 dan 5,7 mmol/L (120 sampai 220 mg/gL). Pada orang dewasa muda sehat, nilai rata-rata kolesterol plasma ialah antara 4,4 dan 4,7 mmol/L (Mongmery, et al., 1993). Kadar kolesterol dan fosfolipid dalam LDL dan kolesterol di dalam HDL meningkat sesuai umur, tetapi gerakan asam empedu dan sekresi asam empedu pada kolesterol menurun sesuai umur tikus. Kurang lebih 65% kolesterol dalam plasma subyek normal berpuasa diesterkan. Plasma darah penderita normal akan tidak mempunyai kilomikron tersisa sesudah masa puasa dan hanya ada sedikit very low density lipoprotein (VLDL). Oleh karena itu lipoprotein utama ialah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Kurang lebih 70% kolesterol total terdapat pada LDL dalam plasma puasa normal, sedangkan di dalam cairan empedu jumlah kolesterol sekitar 390 mg/100ml. Laki-laki mempunyai relatif  lebih banyak LDL, sedangkan wanita pramenopause mempunyai relatif banyak HDL, sehingga laki-laki cenderung mempunyai kadar kolesterol plasma lebih tinggi dari pramenopause

Masalah kolesterol akhir-akhir ini banyak dibicarakan karena ada hubungannya dengan penyakit arterosklerosis dan  dan penyakit kardiovaskuler pada manusia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan diet rendah lemak resiko penyakit jantung koroner (PJK) lebih rendah dibandingkan dengan diet lemak tinggi, khususnya lemak jenuh dan kolesterol.

Korelasi positif antara kadar kolesterol plasma dan resiko PJK diakibatkan oleh  efek  arterosklerosis karena adanya peningkatan kadar kolesterol plasma (Marinetti, 1990).  Menurut Schaerfer, et al., 1995, tiga per empat kematian pada wanita dan pria di Amerika berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler dan kanker, dan penyabab utama kematian adalah penyakit jantung koroner. Faktor utama resiko penyakit jantung koroner adalah umur, jenis kelamin, rokok, hipertensi, diabetes yang meningkatkan LDL kolesterol       (≥ 4,1 mmol/L atau 160 mg/dL) dan menurunkan HDL kolesterol (<0,9 mmol/L atau 35 mg/dL)

Penyakit kardiovaskuler terkenal sebagai penyebab kematian di Amerika Serikat, diperkirakan 5 juta orang menderita penyakit arteri koroner, ,3 juta terkena serangan jantung dan 600.00 meninggal per tahun. Kematian karena penyakit arteri koroner turun 40% lebih sejak tahun 1964, ini menggambarkan perbaikan perawatan kesehatan dan lebih efektif mencegah dengan menghindari faktor resiko yang banyak, khususnya menurunkan kolesterol plasma dan tekanan darah. (Harri, 1997).

PJK sangat berhubungan dengan adanya arterosklerosis, yang menggambarkan kemunduran beberapa fenomena meliputi interaksi antar lipid plasma, lipoprotein, monosit, platelet dan endotelium dan otot polos pada dinding arteri yang berangsur-angsur menyempitkan arteri koroner setelah terjadinya trombosit dan koroner ( Harri, 1997).

Resiko PJK konstan pada kadar kolesterol 200 mg/dL tapi diatas nilai tersebut akan meningkatkan resiko PJK seiring dengan naiknya kadar kolesterol plasma.

Selain PJK, arterosklerosis juga merupakan penyebab naiknya kadar kolesterol plasma dan  merupakan faktor utama resiko penyakit jantung yang meliputi suatu kombinasi tepat dan intima (endotelium) dan media (otot polos) yang melapisi pembuluh darah yang menghasilkan dalam mempersempit arteri dan membatasi aliran darah. .

 

Asam Lemak Essensial

Asam-asam lemak essensial adalah asam lemak yang sangat diperlukan oleh tubuh dan tidak dibiosintesis oleh tubuh, tetapi hanya dapat diperoleh lewat makanan sama halnya dengan mineral ataupun vitamin. Asam-asam lemak tersebut terbagi berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap antara atom-atom karbon yang terbagi  atas asam lemak jenuh artinya asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap disebut juga saturated fatty acid (SAFA) dan asam lemak tak jenuh atau unsaturated yaitu asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Bila hanya tedapat satu ikatan rangkap maka disebut monosaturated fatty acid (MUFA) dan apabila terdapat dua atau lebih ikatan rangkap disebut polysaturated fatty acid (PUFA)

Asam lemak tak jenuh terdiri atas 3 kelompok besar yaitu omega 3, omega 6 dan omega 9 (tabel 1). Asam linolenat (18:3ω3). Asam eikosapentaenoat (20:5ω3) dan dokosaeksaenoat (22:6 ω3)  mengandung asam lemak omega 3 yang banyak diperoleh dari makanan. Kelompok asam lemak yang kedua yaitu omega 6 yang tediri dari asam linoleik (18:2 ω6) dan asam arakidonat (20:4 ω6), sedangkan omega 9 terdiri dari asam oleat (18:1 ω9) (Nettleton 1995)

Tabel 1 Pengelompokkan asam lemak tak jenuh

Kelompok

Asam Lemak

Struktur

ω 3

 

 

 

ω 6

 

 

ω 9

Asam linolenat

Asam eikosanpetanoat

Asam dokosahexnoat

 

Asam linoleat

Asam Arakidonat

 

Asam oleat

18:3 ω3

20:5 ω3

22:6 ω3

 

18:2 ω6

20:4 ω6

 

18:1 ω9

 

Asam linoleat dan asam linolenat merupakan asam lemak essensial karena tubuh tidak dapat mensintesis kedua asam lemak essensial karena tubuh tidak dapat mensintesis kedua asam lemak tersebut, selain itu dapat mensintesis prostaglandin yang mempunyai sifat-sifat hormon serta terlibat dalam banyak fungsi tubuh. (Murray, et al., 1999 & Montgomery, et al., 1993). Asam oleat bukan asam lemak esensial karena tubuh dapat mensintesis asam tersebut dengan cara menyisipkan ikatan rangkap pada posisi D9 ke dalam asam lemak jenuh yang bersesuaian (Murray, et al., 1999)

Menurut Osman, et al. (2001), PUFA khususnya ω3 dan ω6 dipertimbangkn sebagai asam lemak essensial dan memperlihatkan untuk dapat menyembuhkan dan mencegah, penyakit kardivaskuler, perkembangan saraf pada bayi, kanker dan kontrol glikemik lemak Selain itu omega 3 sebagai molekul dasar dalam struktur dan aktifitas pada membaran seluruh sel, sehinnga komponen pengatur produksi seluler, diketahui sebagai asam eicosanoid (mempunyai 20 karbon) dan fungsi khususnya dalam jaringan saraf, khususnya pada retina mata, mempengaruhi otot jantung, memproduksi substansi mengontrol respon immun.

 

Sumber Asam Lemak Essensial

Asam lemak essensial ditemukan di seluruh tanaman dan hewan tapi mereka sebagian besar terdapat di dalam biji-biian, buah, kacang-kacangan dan ikan.Spesis ikan seperti almon, tuna, ikan air tawar, makarel, ikan hering, sarden, kaya akan asam lemak omega 3, yang jumlahnya lebih banyak dari pada asam lemak omega 6  tapi sangat kurang ditemukan pada tanaman. Ikan seringkali mengandung hanya sedikit asam arakhidonat (20:4 ω6) tapi spesis yang berasal dari laut Australia mengandung 4,8 sampai 14,3 % asam arakidonat. Disamping omega 3 beberapa ikan juga sebagai sumber omega 6 PUFA, linoleik dan asam arakhidonak asam lemak yang terdapat pada minyak ikan berbeda dari hewan yang hidup di darat yang hanya memiliki 20 atom karbon. Ada yang terdiri dari 20 dan 22 karbon dan rantai karbon pada asam lemak omega 3 sangat panjang.

Secara umum asam lemak omega 3 adalah asam a-linolenik (18:3) ditemukan terutama dalam tanaman dan asam eikosapentaenik (20:5) dan asam dokosahexaenoik (22:6) khususnya ditemukan hewan air, EPA dan DHA disintesis oleh fitoplanton, yang kemudian dikonsumsi oleh ikan, mollusca dan crustaceae, dengan demikian dikonsentrasikan dalam rantai makanan air. LNA dalam tanaman disintesis dari asam hexadkatrienoik (16:3 ω3) dalam membran kloroplast. Walaupun beberapa tanaman tingkat tinggi dapat merubah linoleik menjadi asam linolenik, hewan tidak dapat lakukan dan manusia memperoleh ω 3FA dari makanan mereka.

Sumber diet utama omega 3 pada manusia adalah ikan. Alga laut dan fitoplanton mensintesis omega 3 PUFA dimana   PUFA masuk kedalam rantai makanan. Variasi kandungan minyak pada ikan menyolok berbeda spesis dan kandungn omega 3 PUFA  pada berbagai minyak diantara spesis yang berbeda. Ikan yang ditemukan pada air dingin lebih tinggi kandungan omega 3 PUFA  dibanding pada air hangat dn kandungan omega 3 PUFA pada ikan laut lebih tinggi dibanding pada air air tawar. Minyak  sayuran mempunyai kandungan asam a-linolenik berbeda trgantung jenisnya dimana ikan mempunyai kandungan sedikit   asam a-linolenik dan lebih banyak EPA dan DHA. Seali pada ikan n-3 PUFA juga terdapat I dalam telur, 60 g terlur mengandung minimum 300 mg omega 3 PUFA minumum 50% EPA (Farrell, 1998)

Asam lemak omega 3 sangat penting karena bila tidak terdapat dalam diet menimbulkan gejala defisiensi perkembangan dan pertumbuhan, karena tidak dapat disintesis dari asam lemak lain. Asam lemak omega 6 dapat mensintesis asam arakhidonat suatu intermediat dalam sintesis eicosanoids, suatu kelompok susbtansi regulator dan asam lemak omega 6 juga memperlihatkan kemapuan menyerap air lewat kulit dan integritas kelenjer pituitari.

 

 

Pengaruh Asam Lemak Essensial Terhadap Kadar Kolesterol

Penyakit jantung koroner

Sejak tahun 1950-an, asam lemak tak jenuh mulai diteliti dan ditemukan bahwa asam lemak yang merupakan asam lemak esensial, bila tidak terdapat dalam diet akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh, salah satunya adalah peningkatan kadar kolesterol serum dan menimbulkan atherosklerosis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam lemak essensial penting dalam mepengaruhi penurunan kolesterol dari diet yang berasal dari jagung dan minyak ikan. Awalnya lebih dikenal minyak  yang kaya akan asam linoleik seperti jagung dn bunga matahari memberi pengaruh terbesar dalam menurunkan kolesterol daripada minyak ikan tapi kesimpulanya itu disanggah oleh beberapa penelitian berikutnya ((Nettleton, 1995 & Simopolous, 1991).

Sejak 20 tahun efek asam lemak terhadap kadar kolestrol darah lebih difokuskan, tapi sejak tahun 1956, masyarakat Inut (lebih dikenal sebagai bangsa Eskimo) dan beberapa masyarakat Norwegia, mengkonsumsi lemak tinggi tanpa menderita atherosklerosis dan tidak berkembang penyakit jantung

Diet suplemen dengan asam lemak omega 3 pada berasal dari laut memberikan efek  yang relefan dengan penyakit kardiovaskuler, yang secara proaktif menurunkan triasilglisrida serum dan menurunkan agregat platelet dan adanya hubungan antara konsentrasi asam lemak serum dengan hemodinamik pada manusia, kemudian  supleman EPA dan DHA berefek terhadap arrhytmias kardiak (Grimsgaard, et. al. 1998)

Konsumsi lemak ikan menghasilkan perubahan dalam lipid plasma dan lipoprotein, yang besarnya sama untuk menghasilkan perubahan oleh suatu dosis minyak ikan ketika diberikan EPA dan DHA sebesar 4,5 g/d. Lemak ikan berpengaruh besar terhadap hemotasis dibanding minyak ikan. Ini mungkin berhubungan dengan kehadiran komponen lain dalam daging ikan yang melengkapi kerja dari asam lemak  omega 3 atau mungkin dihubungkan dengan perbedaan rasio EPA dan DHA. (Cobiac, et al., 1991).

Penelitian pada manusia diperlihatkan bahwa diet asam lemak tersebut merubah konsentrasi lipoprotein dan kolesterol dalam darah, yang merupakan faktor terbesar dalam perkembangan penyakit jatung koroner. Efek hiperkolesterolemiak pada asam  lemak jenuh dan efek hipokolesterolimik pada asam lemak linoleik  dapat dengan baik ditentukan. Efek asam oleik  lebih efektif dari pada asam linoleik dalam menurunkan konsentrasi kolesterol plasma walaupun kedua asam lemak tersebut menghasilkan  penurunan yang sama terhadap konsentrasi apolipoprotein B (apo B). Apoliprotein plasma lebih akurat menimbulkan resiko PJK dari pada kolesterol liporotein dan PJK adalah hasil dari  terbentuknya arterosklerosis dan thrombogenesis. Diet LNA sama efektifnya dengan Ao dan LA dalam menurunkan KonsentrasiVLDL,-C, TC, LDL-C serum apo B dan apo A-1, sehingga dapat disimpulkan diet asam lemak tak jenuh mempengaruhi metabolisme kolesterol pada manusia.(Chan et al., 1991)

 Asam lemak omega 3  berefek terhadap konsentrasi triasilgliserol, khususnya pasien hipertriasilgliserolemik. Tapi juga menurunkan konsentrasi VLDL, dan HDL kolesterol tidak dipengaruhi oleh diet asam lemak omega 3 (Harris, 1997)

Pemberian estrogen dan  PUFA omega 3 secara bersama akan menyebabkan perubahan metabolisme kolesterol hepatik dan sekresi empedu lipid dan eksresi kolesterol dari tubuh meningkat. Selain itu perlakuan esrogen bersama minyak ikan merubah lipoprotein dan metabolisme kolesteril hepatik. (Bravo, et al., 1999)

PUFA khususnya omega 3 dan omega 6 dipetimbangkan sebagai asam lemak essensial dan memperlihatkan proses penyembuhan dan mencegah penyakit kardiovaskuler, perkembangan saraf pada fetus, kanker dan kontrol glikemik lemak. Seluruh ikan dipertimbangkan untuk nutrisi  tergantung dari faktor ketersediaan, kesegaran dan rasa. Hasil klinik dan penelitian epidemiologi mendukung EPA dan DHA hanya ikan dan makana laut (seafood), luar biasa menguntungkan dalam pencegahan penyakit jantung koroner. Penggunaan kadar 3,5 mg/kg/hari yang direkomendasikan untuk pemberian PUFA. DHA pada seluruh ikan yang diteliti lebih tinggi dibandingkan yang ditemukan pada minyak menhaden (6,20%) dan kadar lebih tinggi pada hardtail Scad (28,65) hampir 5x lebih tinggi. Di Netherland dan Japan memperlihatkan orang makan ikan 3 kali seminggu (240 g total perminggu) resiko penyerangan jantung  rendah dibandingkan yang sedikit makan ikan. (H. Osman, et al., 2001)

 

 

 

Tabel 2. Faktor-faktor terjadinya penyakit jantung koroner

A.     Faktor genetik

-         Riwayat keluarga PJKpada umur muda

-         Konsentrasi kolesterol total serum, LDL dan apo B

-         Konsentrasi kolsterol HDL, apo A-I dan apo A-II

-         Lp(a)

-         Aktifitas reseptor reseptor LDL

-         Tromnosis dn koagulasi

-         Konsentrasi trigliserida dan VLDL

-         RFLPs dalam DNA pada apo A-I/apo C-III dan apo B Loci

-         Marksr DNA yang lain

-         Tekanan darah

-         Diabetes

-         Obesitas

-         Konsentrasi insulin dan respon insulin

-         Heterozygositi untuk homocystinuria

B.     Faktor lingkungan

-         Merokok

-         Status hidup

-         Diet  (pemasukan energi yang masuk)

§         Asam lemak jenuh tinggi

§         Asam lemak omega 3 rendah

C.     Faktor psikososial

-         Tipe seseorang

-         Kelas sosial

 

Tekanan darah

Tekanan darah erat kaitannya dengan tekanan darah arteri dan tergantung dengan kotraksi jantung, elastisitas arteri dan volume viskositas darah. Tekanan yang tinggi (hipertensi) dicirikan dengan penyempitan arteri. Dengan bertambahnya usia, elatisitas pembuluh darah semakin kurang dan penigkatan kekakuan arteri yang menimbulkan arteisklerosis.

Menurut Nettleton, 1995, 4,8 gram asam lemak omega 3 per hari, sangat berefek dalam mengurangi tekanan sistolik ada pasien hiperkolesterolemik. Konsumsi minyak ikan yang mengandung asam omega omega 3, memperlihatkan penurunan tekanan diastolik (5%) setelah pemberian 4 minggu dan setelah 6 minggu tekanan diastolik turun sampai 9%. Peningkatan tekanan diastolik mengindikasikan hipertensi dan menyebabkan terjadinya PJK. Dan hanya 4,5 mm Hg menurunkan tekanan sistolik yang dapat merubah sebagian besar penyebab kematian oleh penyakit jantung, jadi pengurangan yang sedikit pada tekanan darah dapat menguntungkan mencegah tekanan darah bagi pasien hipertensi.

Berbagai penelitian menunjukkan adanya efek omega 3 terhadap tekanan darah dengan berbagai konsentrasi pemberian, mulai dari pemberian 3 gram sampai 15 gram omega 3 per hari, baik selama 4 minggu atau 6 minggu semuaya perlakukan tersebut menunjukkan penurunan tekanan darah. Selain itu omega 3 juga mempengaruhi metabolisme hormon prostagladin yang dapat mempengaruhi pengurangan tekanan darah dengan cara mengefektifkan respon vasomotor, mempengaruhi respon pembuluh darah, keseimbangan sodium, perubahan pelepasan renin dan secara langsung mengefektifkan kerja cardiak

Menurut Mantzioris, et al., 1995 peningkatan konsentrasi asam eikosapentaenik (EPA) memperlihatkan efek yang menguntungkan dalam PJK, hipertensi dan penyakit peradangan. Sedangkan menurut Stone (1996), pemberian minyak ikan menurunkan tekanan darah pada subyek yang hipertensi dan hiperkolesteronemia,  dan tidak pada subjek yang mempunyai tekanan yang normal. Tapi belum diketahui dengan pasti untuk pemberian jangka waktu yang lama.

Asam lemak omega 6 juga memperlihatkan efek penurunan tekanan darah terhadap pasien hipertensi, sebanyak 75% asam linoleik pada minyak primrose, efek sama dengan minyak ikan dan kombinasi minyak primorose dan minyak ikan semuanya menurunkan tekanan darah lebih baik dari pada minyak bunga matahari tapi pemberian minyak ikan sendiri jauh lebih efektif.

 

Stroke

Di negara industri, stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Sroke trombotik sejajar dengan terjadinya PJK, sementara stroke homorrage sejajar dengan frekuensi hipertensi. Di Amerika, rata-rata 50 % stroke dihubungkan dengan arteriosklerosis dan 12% pada hemorrage serebral. Hasil lainnya 8% dari hemorrage subarachnoid dan lebih 8% dari embolism. Walaupun peningkatan kematian karena stroke tidak sama tingginya dengan PJK, stroke menyebabkan cacad yang permanen bagi penderitanya

Masyarakat di Greenland dan Japan, menunjukkan rendahnya resiko penyakit jantung, karena konsumsi ikan yang berlimpah. Di Greenland penyakit serebrovaskular tidak penting tapi di Japan terjadi peningkatan kematian karena penyakit serebrovaskular, ini disebabkan karena adanya perubahan pola makanan mereka

Menuut Simopolous, 1991, pemberian omega 3 khususnya EPA dan DHA pada pasien hypolipidemik, antitrombotik, antirrhythmik, antihipertensi dan anti inflammatori, menunjukkan penurunana atau menghambat resiko dan faktor timbulnya perkembangan penyakit kardiovaskuler

 

Kesimpulan

1.                Asam lemak tak jenuh  terdiri dari asam lemak omega 3 dan omega 6 yang merupakan asam lemak esensial sangat penting dalam  jaringan saraf, khususnya pada retina mata, mempengaruhi otot jantung, memproduksi substansi mengontrol respon immun selain itu dapat menyembuhkan dan mencegah penyakit kardivaskuler, perkembangan saraf pada bayi, kanker dan kontrol glikemik lemak

2.                Peranan asam lemak esensial tersebut dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah sehingga sangat mempengaruhi penurunan tekanan darah, penyembuhan penyakit kardiovaskuler dan penyakit  jantung koroner

 

 

Daftar Pustaka

Bravo, E., Alfredo, C., Carla, C., Michael, A., and Kathleen, M. B., 1999, The influence of estrogen on hepatic cholesterol metabolism and biliary lipid secretion in rats fed fish oil, Biochimica et Biophysica Acta 1437:367-377

 

Chan, J. K., 1991, Dietary a-linolenic acid is as effective as oleic acid and linoleic acid in lowering blood cholesterol in normolipidemic men, American  Journal Clinic Nutrition, 53:1230-4

 

Farrell, D. J., 1998, Enrichment ofhen eggs with n-3 long-chain fatty acids and evaluation of rnriched eggs in humans, American  Journal Clinic Nutrition, 68:538-44

 

Grimsgaard, S., Kaare H. B., John-Bajarne, H., and Eivind, S.P.M., 1998, Effects of highly purified eicosapentaenoic acid and docosahexaenoic acid on hemodynamics in humans, American  Journal Clinic Nutrition:68:52-9

 

 

Harris, W. S., 1997, n-3 Fatty acids and serum lipoproteins:animal studies, American  Journal Clinic Nutrition, 65:1611-6

 

Harris, W. S., 1997, n-3 Fatty acids and serum lipoproteins: human studies, American  Journal Clinic Nutrition, 65:1645-54

 

Lehninnger, A. L., 1994, dasar-dasar biokimia, jilid 1, Alih Bahasa maggy  Thenawijaya, penerbit erlangga, jakarta, 70

 

Marinetti, G. V., 1990, Disorders of lipid metabolism, Plenum Press, New York

 

Mentzioris, M., Michael, J. J., Robert, A. G., and Leslie, G. C., 1995, Differences exist in the relationships between dietary linoleic and a-linolenic acids and their respective long-chain metabolites, American  Journal Clinic Nutrition, 61:320-4

 

Montgomery, R., Robert, L., Thomas, W. C., and Arthur, A. S., 1993, Biokimia suatu pendekatan berorientasi kasus, edisi keempat, Alih bahasa M. Ismadi, Gadja Mada Universitas Press, Yogyakarta, 932-933 

 

Murray, R. K., Daryl, K. M., Peter, A. M., and Victor, W. R., 1997, Biokimia harper, edisi ke-22, Alih Bahasa Andry Hartono, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

 

Nettleton, J. A., 1994, Omega 3 fatty acids and health, Chapman & Hall, New York

.

Osman, H., A. R. suriah and E.C. Law, 2001, fatty acid composition and cholesterol content of selected marine fish in Malaysian waters, Food Chemistry 73:55-60

 

Schaefer, J. E., Alice, H. L., Stefania, L. F., Judith, R. M., and jose, M. O., 1995, Lipoprotein, nutrition, aging and atherosclerosis, American  Journal Clinic Nutrition, 61:726

 

Simopoulos a. p., 1991, Omega-3 fatty acids in health and disease and in growth and development,  American  Journal Clinic Nutrition, 54:438-63

 

Stone, N. J., 1996, Fish consumtion, fish oil, lipid and coronory heart  disease, The Nutrition Committee of the American Hearth Association, Vo. 94. 2337-2340