Re-edited
Copyright © 2000 Arpah
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor
Dosen: Prof Dr Ir Rudy C
Tarumingkeng
EPISTEMOLOGI ILMU
PANGAN DAN GIZI
(Nutrition and food science epistemology)
Oleh:
ARPAH
IPN 99.5073
I. PENDAHULUAN
Epistemologi
adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari
ilmu pengetahuan. Dalam
prakteknya epistemologi diterjemahkan menjadi Metode Penelitian Ilmu
Pengetahuan. Metode ilmu pengetahuan itu sendiri adalah teknik yang paling
terpercaya yang direncanakan untuk mengontrol perubahan-perubahan guna
membangun keyakinan yang utuh.
Sebagaimana
halnya cabang-cabang ilmu yang lain, dalam cabang ilmu pangan dan gizi
dibutuhkan suatu kerangka metodologi yang disebut Metode Ilmu Pengetahuan
Pangan dan Gizi yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah, membuat
hipotesis, menguji hipotesis dan menyusun teori. Ilmu pangan dan Gizi itu sendiri adalah penerapan prinsip-prinsip
ilmu-ilmu dasar, engineering dan manajemen
pada rantai produksi pangan mulai
dari pemanenan hingga tiba di meja konsumen.
Permusan
masalah adalah gerbang menuju persoalan yang sebenarnya. Seringkali masalah dapat ditemukan
sebelum muncul ke permukaan dengan
melakukan proses analisis dan sitesis terhadap keseluruhan konsep yang
dihadapi. Proses analisis dilakukan
dengan melakukan:
·
Division
·
Dissection
·
Classification
·
Separation
·
Partition
·
Segmentation
Sedangkan proses sintesis dilakukan
dengan melakukan:
·
Summation
·
Integration
·
Unification
·
Amalgamation
·
Combination
Menggunakan
analisis artinya kita melihat sesuatu dan memilah-milahnya, memotong-motongnya
bagian per bagian dan berusaha melihat tiap bagian dan merumuskan sesuatu hal
yang bisa dipelajari, diperbaiki atau dikembangkan dari bagian-bagian itu. Kebalikannya menggunakan sintesis adalah
menggabung-gabungkan, mencocokkan mengkombinatikan hal-hal yang mungkin akan
disatukan.
Dari
penelusuran sintesis dan analisis dan pengalaman inderawi akan ditemukan masalah untuk pengetahuan.
Masalah-masalah
yang kita hadapi sehari-hari yang berhubungan dengan Pangan dan Gizi mencakup
aspek-aspek:
·
Penyimpanan pangan
·
Pengolahan pangan
·
Komposisi Pangan
·
Kesehatan Pangan
·
Distribusi Pangan
·
Kecukupan Pangan dan
Gizi
·
Bahan Baku Pangan
untuk Industri
Kemampuan untuk merumuskan masalah-masalah kemudian dapat dibuat menjadi
lebih spesifik dalam aspek-aspek yang lebih terfokus tersebut seperti dalam hal
penyusunan hipotesis.
II.
HIPOTESIS
A.
Penyusunan Hipotesis
Hipotesis-hipotesis
diajukan karena sesuatu yang ada dalam pokok persoalan yang sedang diamati
ingin diungkapkan lebih jauh. Hipotesis
dapat dianggap sebagai suatu usul
mengenai kaitan yang mungkin ada diantara fakta-fakta yang aktual atau fakta-fakta yang
dibayangkan. Hipotesis diperlukan pada
setiap tingkat pengujian. Hipotesis juga
digunakan utuk mengungkap lebih jauh sesuatu dibalik fakta, dengan kata lain
hipotesis harus mendahului alam dan yang lebih penting lagi memasuki alam lebih
jauh dari batas-batas kemampuan indrawi dan keterbatasan manusia. Hipotesis
seperti: Makanan akan awet kalau
dibungkus atau dikemas. Perlu
dibutktikan lebih lanjut. Dalam tahap selanjutnya itu lah dikumpulkan
fakta-fakta. Karena tanpa fakta yang
diperoleh dari observasi maka kesimpulan yang ditarik dapat keliru, pada
kenyataannya bukan kemasan yang mengawetkan makanan tetapi makanan awet karena
tidak adanya mikroba pembusuk pada makanan yang dikemas.
Dalam menyusun hipotesis bebarapa
syarat harus dipenuhi , yaitu:
a. Hipotesis harus dapat diuji.
b. Hipotesis harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan suatu
kesimpulan
c. Hipotesis harus menjawab masalah awal yang menjadi awal dari penyelidikan
d. Suatu hipotesis harus dapat mengkhususkan tata hubungan tertentu
e. Suatu hipotesis harus dapat disanggah jika hipotesis itu lebih mngkhususkan
suatu tata hubungan dibandingkan dengan tata hubungan yang lain.
f. Suatu hipotesis harus sederhana, dalam hal ini suatu hipotesis dikatakan
sederhana apabila pola unsurya yang mandiri lebih sedikit dari yang lain, serta
terformulasikan dengan baik.
1.
Pengamatan dan Pengumpulan Fakta-Fakta.
Suatu hipotesis
harus dapat diuji dan dibuktikan.
Pembuktian itu dilakukan melalui percobaan atau pengamatan indra. Namun pengamatan bukanlah suatu masalah
sederhana, karena pengamatan juga menuntut pengkajian.
Fakta itu
sendiri dapat dianggap sebagai
unsur-unsur tertentu yang ditangkap lewat indera. Unsur-unsur inderawi seperti itu dicari secara analitis dengan tujuan menemukan
bukti-bukti yang dapat dipercaya.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk itu kita menguji kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik.
Oleh karena itu
fakta itu adalah sesuatu yang ada dalam ruang dan waktu serentak dengan hubungan-hubungannya.
2.
Pengujian Hipotesis
Metode ilmiah
menempuh jalan keraguan sistematik, tetapi ini tidak berarti meragukan semua hal karena hal ini jelas
tidak mungkin Akan tetapi selalu mempertanyakan apa
kekurangan suatu bukti yang sah dalam kedudukannya sebagai pendukung.
Oleh karena itu hipotesis selalu
menyalahkan dalam perumusannya:
H1 = tolak Ho
Hipotesis Ho dengan kata lain
menyatakan bahwa indpendent variable tidak
menyebabkan perubahan nilai dependent variable. Hipotesis H1 atau
hipotesis tandingan menyalahkan bahwa makanan kalau dikemas tidak akan
awet. Berdasarkan fakta-fakta yang
dikumpulkan dan diamati lalu ditarik induksi-deduksi dan inferensi.
Induksi
ialah suatu cara penarikan kesimpulan yang bertitik tolak dari pengamatan atas
hal-hal atau masalah yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang
bersifat umum. Induksi dapat disamakan
dengan generalisasi. Sebaliknya deduksi
adalah metode penarikan kesimpulan dengan bertitik tolak dari pengamatan atau hal-hal yang bersifat umum,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Pada
dasarnya metode ilmu pengetahuan adalah suatu proses iteratif dari penyusunan
hipotesis dan proses induksi-deduksi (pengujian hipotesis). Hal
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
data (fakta, fenomena, hasil observasi)
deduksi induksi deduksi induksi deduksi
hipotesis (conjecture,
model, teori)
Inferensi adalah metode penarikan
kesimpulan yang didasarkan pada teori peluang, oleh karena itu bersifat
kuantitatif. Permasalahan inferensi
dengan demikian adalah masalah statistik, yaitu menentukan domain dan
batas-batas dari suatu kesimpulan dapat berlaku, hal ini disebut juga
confidence intervale atau selang kepercayaan.
Dengan inferensi dapat dihitung
berapa selang kepercayaan pada suatu tingkat probabilitas dari
kesimpulan yang ditarik. Misalkan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pada tingkat probabilitas 99 % (a=0.1) terbukti bahwa contoh makanan yang dikemas mengalami kebusukan, maka
kesimpulannya adalah tolak Ho atau terima H1.
Penetapan ini didasarkan pada teori peluang yang telah diverifikasi
sebelumnya sehingga dapat dipastikan bahwa distribusi data hasil pengamatan
sesuai dengan teori peluang yang digunakan, misalnya menyebar normal atau
mengikuti distribusi normal.
Kesalahan yang
dapat terjadi dalam inferensi ada 2 jenis yaitu disebut type I error dan type
II error. Type I error terjadi jika
hipotesis nol ditolak padahal sebenarnya
tidak salah. Sedangkan type II error
terjadi jika dalam kesimpulan hipotesis
nol diterima padahal sebenarnya
tidak benar.
Daftar Pustaka:
1. Qadir, C.A. 1995. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya.
Yayasan Obor..Jakarta.
2.http://pespmc1.vub.ac.be/EPISTEM.html
visited :
3. http://pespmc1.vub.ac.be/EPISTEMI.html
visited :
4. http://pespmc1.vub.ac.be/VUBULB.html
visited :
5. http://mrrc.bio.uci.edu/se10/
visited :