USULAN PENELITIAN

 

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000 Fransine B. Manginsela   

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

 

PENGARUH SUHU DAN SALINITAS PADA METAMORFOSA

DAN LULUS HIDUP (SURVIVAL RATE) BURAYAK KIMA PASIR,

Hippopus hippopus L. 1758

(USULAN PENELITIAN)

 

 

 

 

Oleh :

 

Fransine B. Manginsela

 (IKL 995159)

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

 

            Keunggulan komparatif Indonesia terletak pada tersedianya sumber alam hayati yang hanya diungguli Brazil (Amerika Selatan) dan Zaire (Afrika). Negara-negara lain tidak punya kekayaan alam yang begitu besar keanekaragamannya.  Apabila keuntungan komparatif ini dikembangkan dengan sumberdaya manusia yang maju dan berkemampuan memberi nilai tambah pada sumberdaya hayati, maka terbentuklah produk yang memiliki potensi yang  mampu meningkatkan keunggulan kompetitif (Anonimous, 1995).  

Salah satu sumberdaya alam hayati dimiliki Indonesia adalah kima pasir Hippopus hippopus. Kima pasir  ini memiliki nilai ekonomis penting karena cangkangnya memiliki penampakan dekoratif (decorative appearance) dan dapat dimanfaatkan sebagai wadah (utility as containers).  Kima pasir merupakan komoditi yang paling banyak diperdagangkan diantara kelompok kima famili Tridacnid  lainnya (Tisdell et al, 1994). Kondisi ini menyebabkan jumlahnya yang semakin menurun sehingga oleh CITES (Convention on International Trade of Endangered Species) dijadikan salah satu jenis organisma yang ekspornya dibatasi atau dilarang (Putro, 2000).  Di Indonesia juga telah dikategorikan sebagai organisma yang dilindungi oleh undang-undang seperti yang tercantum dalam tiga SK Menteri Kehutanan yakni SK No. 12  th. 1987, No. 301 th. 1991 dan No. 882 th. 1992 (Anonimous, 1993).

Wilayah penyebaran kima pasir meliputi seluruh perairan Indonesia seperti yang dilaporkan Pasaribu dalam Copland dan Lucas (1988).  Namun demikian laporan Anonimous (1993) menuliskan kima pasir ini dapat dijumpai di Teluk Cendrawasih, Taman Laut P. Weh, Taman Laut Benaken, Kepulauan Seribu dan Karimun Jawa. Dari laporan di atas tergambar bahwa kima pasir hidup di ekosisitim terumbu karang yang  dewasa ini mengalami berbagai ancaman kerusakan yang sangat tinggi baik karena adanya eksplotasi terhadap terumbunya maupun terhadap sumberdayahayatinya.

 Kondisi ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi kelestarian kima pasir sehingga diperlukan berbagai upaya yang tepat, terpadu, dan menyeluruh guna mendapatkan solusi bagi perannya sebagai komoditi ekspor di satu sisi tetapi juga sebagai keragaman genetis yang perlu dilindungi.

 

Kerangka Pemikiran

 

Kima pasir adalah salah satu jenis keragaman genetis milik Indonesia, yang

dewasa ini tetap diminati sebagai komoditi ekspor.  Namun dalam era globalisasi ini perdagangan komoditi perikanan tidak hanya ditentukan oleh faktor “suplay and demand” semata-mata, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai konvensi dan perjanjian Internasional. Khusus kima pasir mekanisma perdagangannya dipengaruhi oleh perjan-jian bernuansa lingkungan khususnya CITES  yang membatasi pemasarannya karena populasinya semakin menurun atau dikahawatirkan akan punah (Putro, 2000).

 Mencermati kondisi ini maka perlu kajian mendalam agar kima pasir sebagai komoditi perikanan mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional pada satu sisi namun pada sisi lainnya sebagai bagian dari keragaman hayati yang tetap terjaga keberadaannya. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah kegiatan penangkaran yang merupakan kegiatan yang dapat akan mampu meningkatkan jumlah sediaan alami melalui kegiatan ‘restocking’ dan menyediakan sediaan komersil melalui kegiatan budidayanya. 

Suatu kegiatan penangkaran dapat dimulai dengan mengumpulkan berbagai informasi dasar. Informasi-informasi dasar yang sangat diperlukan adalah pengetahuan mengenai siklus hidup kima pasir. Mata rantai siklus hidup kima pasir yang paling penting untuk diketahui dalam usaha penangkaran adalah pengetahuan tentang stadia larva.  Karena dalam stadia ini biasanya tingkat lulus hidupnya (SR=survival rate) sangat rendah.  Sehingga penelitian ini disusun agar dapat memberikan masukan konkrit tentang perkembangan larva bagi suatu usaha penangkaran.

Kajian penelitian diharapkan akan memberikan informasi tentang :

1.   Apakah faktor suhu dan salinitas mampu mempercepat waktu metamorfosa (stadia trochopor, veliger dan pedveliger) dari kima pasir ?

2.   Apakah hanya faktor suhu atau hanya fator salinitas atau interaksi kedua faktor tersebut yang paling berpengaruh ?

  1. Tingkat pengaturan suhu dan salinitas mana yang paling  berpengaruh pada kecepatan metamorfosa dan SR dari burayak kima pasir mengingat di alam SR sangat rendah.
  2.  

Tujuan Penelitian

1.   Telaah kecepatan metamorfosa stadium burayak.

  1. Telaah pengaruh keterkaitan faktor suhu dan salinitas kecepatan perkembangan burayak dan lulus hidup (survival rate) burayak kima pasir.
  2.  

Hipotesis Penelitian

 

Faktor suhu dan salinitas akan mempercepat metmorfosa burayak dan meningkatkan lulus hidup (survival rate) burayak kima pasir, Hippopus hippopus

 

TINJAUAN PUSTAKA

 

Klasifikasi Kima Pasir

 

Kima pasir atau dikenal juga sebagai kima telapak kuda (horsehoof clams) memiliki nama ilmiah  Hippopus hippopus. Kima pasir merupakan salah satu jenis dari suku Tridacnidae yang terdiri dari dua marga yakni Tridacna dan Hippopus.  Khusus marga Hippopus hanya memiliki 2 jenis yakni H. hippopus dan H. porcellanus. Copland and Lucas (1988) menyebutkan kima pasir, H. hippopus dibedakan oleh cangkangnya yang lebih berat daripada  dan  mencapai ukuran 40 cm dengan perusukan radial (radial ribbing) dan bintik kemerahan pada garis  tidak beraturan. Warna cangkang kuning kecoklatan, hijau atau abu-abu pudar dibandingkan jenis tridacna lainnya.

 Dalam taksonomi kima pasir, H. hippopus digolongkan  sebagai berikut (Mudjiono, 1988) :

Filum                :           Mollusca

Kelas               :           Pelecypoda (Bivalvia)

Bangsa             :           Eulamellibranchia

Induk Suku       :           Cardiacea

Marga              :           H.ippopus

Jenis                 :           Hippopus hippopus Linnaeus 1758

 

Daur Hidup Kima Pasir

 

            Kima pasir suku Tridacnidae adalah protandris hermaprodit dimana pada waktu masih muda jenis kima pasir ini berkelamin jantan tetapi setelah dewasa segera berubah menjadi hermaprodit.

Pembiakan dengan fertilisasi eksternal artinya terjadi di luar tubuh induknya.  Mekanisma pembuahan terjadi mula-mula sel jantan (sperma) disemprotkan keluar tubuh terlebih dahulu, baru kemudian sel telur (ovum).  Pengeluaran sel-sel gamet tersebut di atas pada umumnya dirangsang oleh keadaan fisik lingkungan perairan maupun zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya.  Hidrogen peroksida (H2O2) di duga merangsang pengeluaran sel-sel gamet.  Alcazar dalam Copland dan Lucas (1988) menyebutkan bahwa 21 jam setelah pembuahan terjadi,  zygot yang berukuran 143,5 ± 3,7 mm tersebut menjadi trochopor (stadium trochopor). Pada hari kedua  berkembang menjadi veliger (stadium veliger). Kemudian pada  hari kelima terus berkembang menjadi pedveliger dan pada hari ke sepuluh akan mengikuti aliran arus laut dan burayak ini akan segera berubah bentuk (metamorfosa) menjadi anak kerang (juvenil) setelah mendapatkan dasar yang cocok untuk tempat hidupnya. 

             Brusca (1990) menjelaskan lebih jauh bahwa moluska memiliki banyak tahap kesamaan fundamental protostomes. Dalam perkembangannya mengalami (undergo) pembelahan khusus/khas dengan mulut dan perkembangan stomodeum dari blastopore dan terbentuknya anus pada dinding gastrula.  Cell terjadi sangat khas terpilin termasuk keempat mesentoblast Perkembangan bisa secara langsung, campuran atau tidak langsung. Lebih jauh kima pasir kemudian akan berkembang dan menjadi induk pada ukuran 23 cm yang siap memijah kembali.

 

METODA PENELITIAN

 

Lokasi Dan Jangka Waktu Penelitian

 

Pengamatan akan dilakukan di dua tempat yakni di lapangan dan di labo-ratorium. Lokasi pengambilan contoh kima pasirh adalah di Molas, Sulawesi Utara  dan pengamatan laboratorium di Fakultas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Utara.

Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan (September 2001 sampai dengan Maret 2002) yang dimulai dengan kegiatan persiapan selama satu bulan, pengamatan selama tiga bulan dan analisa data selama satu bulan dan penyusunan laporan serta seminar selama satu bulan.  

Bahan dan Alat yang digunakan Penelitian

1.   Bahan

a.  Contoh Burayak Kima pasir

Contoh burayak kima pasir akan diambil dari induk alami dengan cara mengambilnya dari alam kemudian  di bawa ke laboratorium. Induk alami akan di berikan  makanan hasil kultur agar dapat mencapai matang kelamin. Pengamatan matang gonad dapat dilakukan  ketika induk membuka cangkang atau menggunakan baji.  Jika induk telah matang kelamin maka pemijahan dapat   distimulasi dengan hidrogen peroksida. Hasil pemijahan ini akan menjadi contoh burayak. Contoh burayak ini akan dihitung untuk mendapatkan hewan uji sebanyak 500 burayak per akuarium pengamatan. Dilaporkan induksi serotonin terhadap 12 induk pada temperatur 25 o C- 28 o C  (laboratorium) dengan waktu pelepasan sperma 3 - 90 menit dan pelepasan sel telur selama 25 - 60 menit telah dihasilkan 21-60 juta zygot ( Alcazar dalam Copland dan Lucas, 1988).

 

b. Media Hidup Air Laut

Air laut akan diambil pada saat pasang tertinggi dan tenang agar diperoleh air laut yang berkualitas baik bagi pertumbuhan organisma. Salinitas perairan Indonesia bagian timur berkisar pada 34 ‰ sehingga untuk mendapatkan salinitas yang diperlukan akan dilakukan pengenceran dengan aquades.

 

2. Alat

Peralatan dan pemanfaatannya dalam penelitian ini disajikan  pada Tabel 1.

 

Tabel 1. Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian

No.Alat yang digunakanKegunaaan / Parameter yang diukur1.Akuarium Wadah pemeliharaan burayak / -2.SalinometerMengukur Salinitas Air / Salinitas3.ThermostatMengatur temperatur air / Temperatur4Skala ukur mikroskopMengukur panjang burayak / Panjang 5.MikroskopMengamati Burayak / Bentuk Metamorfosa6.Galon AirWadah angkut contoh air / -7.Alat Tulis MenulisMencatat ukuran dan perkembangan burayak8.KameraMendokementasikan penelitian

 

 

 

Prosedur Penelitian

1. Di Lapangan

Induk kima pasir H. hippopus di pilih berukuran lebih dari 23 cm karena ukuran ini merupakan ukuran matang kelamin kima pasir di Pilipina seperti yang telah  dilaporkan Alcazar dalam Copland dan Lucas  (1988).   Jumlah induk paling sedikit dua induk dengan pertimbangan satu induk mampu melepaskan kurang lebih satu juta telur. Induk yang di ambil langsung di tempatkan pada wadah yang diberi aerator, kemudian diangkut ke laboratorium. Di laboratorium di pindahkan pada bak yang juga telah diberi aerator dan diberikan makanan hasil monokultur Isocrisis untuk menjamin kondisi kesehatannya. Kisaran suhu air dijaga sekitar 25 °C-28 ° C dan salinitas berkisar 30 o /oo - 33 o /oo . 

2. Di Laboratorium

Stimulasi pada induk kima pasir dilakukan dengan menyuntikkan hidrogen peroksida pada inhalennya sebanyak 0,5 cc. Kemudian diamati pemijahannya.

Burayak hasil pemijahan diambil dan di tempatkan pada akuarium. Penempatan akuarium diacak dan setiap akuarium dimasukkan 200 zygot dengan perlakuan salinitas dan suhu.  Perlakuan salinitas terdiri dari 2 faktor yakni 30 ‰ dan 35    dan perlakuan suhu terdiri dari 3 faktor (25 oC, 30 o C dan  35 o C. Nilai salinitas dipilih berdasarkan kondisi perairan di Indonesia, dimana wilayah Indonesia bagian Barat berkisar 30 ‰ dan Indonesia bagian Timur adalah 35 ‰. Sedangkan Pemilihan suhu berdasarkan kisaran suhu normal dan kisaran suhu tertinggi pada saat surut terendah. Sedangkan Masing-masing perlakuan ada tiga ulangan dan akan disiapkan 2 akuarium kontrol (tanpa perlakuan).

 

Analisis Data

Analisis yang dilakukan meliputi :

Kecepatan metamorfosa dan dan perkembangan struktur tubuh burayak pada setiap stadia pada setiap perlakuan. Data akan disajikan dalam bentuk gambar dan grafik hubungan waktu dan kecepatan metamorfosa  dari setiap perlakuan dan kontrol.

Rangcangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial. Rancangan ini memiliki target utama untuk mengetahui pengaruh interaksi  agar dapat diperoleh kesimpulah faktor-faktor utama yang paling berpengaruh dalam perlakuan (Hanafiah, 2000).

Hipotesa Uji (Statistik)

i.          Ho :      Faktor suhu tidak berpengaruh terhadap kecepatan

metamorfosa dan lulus hidup burayak kima pasir

            H1  :     Faktor suhu berpengaruh terhadap kecepatan

metamorfosa dan lulus hidup burayak kima pasir

ii.          Ho :     Faktor salinitas tidak berpengaruh terhadap kecepatan

metamorfosa dan lulus hidup burayak kima pasir

            H1  :     Faktor salinitas berpengaruh terhadap kecepatan

metamorfosa dan lulus hidup burayak kima pasir

iii.         Ho :      Interaksi faktor suhu salinitas tidak berpengaruh terhadap

kecepatan metamorfosa & lulus hidup burayak kima pasir

            H1  :     Interaksi faktor suhu salinitas berpengaruh terhadap

kecepatan metamorfosa & lulus hidup burayak kima pasir

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anonimous, 1993. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi : Biota Laut, Kupu-kupu dan Reptilia. Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta.

 

Anonimous, 1995. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. PT Gramedia Pustaka Utama.  Jakarta.

 

Brusca, R.C. 1990. Invertebrates. Sinauer Associates.Inc. Massachusetts.

 

Hanafiah, K.A. 2000.  Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

  

Mudjiono. 1988. Catatan Beberapa Aspek Kehidupan Kima pasirh, Suku Tridacnidae (Moluska, Pelecypoda) Oseana. XIII (2) : 37-37

 

King, M. 1995.  Fisheries Biology, Assesment and Management.  Fishing News Book.  Oxford.

 

Putro, S. 2000.  Bisnis Perikanan dalam Menyongsong Perdagangan Bebas : Peluang dan Tantangan.  Departemen Kelautan dan Perikanan. DITJEN Pengembangan Kapasitas dan Kelembagaan. Jakarta.

 

Tisdell, C.A., Shang, Y.C. and Leung, P.S., ed. 1994. Economics of Commercial Giant Clam Mariculture. ACIAR. Canberra.

 

 

 

 

 

 

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2000

 

 

KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena perkenan-Nya semata maka usulan penelitian ini dapat disusun.  Usulan penelitian  ini dimaksudkan sebagai arahan sekaligus syarat untuk memulai penelitian pada Program Pasca Sarjana di Institut Pertanian Bogor. 

Tujuan penelitian yang diusulkan adalah mengkaji pengaruh suhu dan salintas terhadap pertumbuhan dan lulus hidup (survival rate) burayak kima pasir, yang diharapkan akan merupakan masukan penting bagi kegiatan penangkaran kima pasir.  Penangkaran kima pasir merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih supaya dapat dijaga keragaman hayatinya juga dapat disediakan sediaan komersilnya.

Melengkapi dan memperbaiki usulan penelitian agar menjadi lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya, diperlukan masukan konstruktif. Untuk itu sangat diharapkan akan diperoleh berbagai masukan dari semua pihak.

Akhirnya semoga usulan penelitian dapat terlaksana agar kima pasir sebagai salah satu  ciptaan Tuhan dapat dikelola dan dimanfaatkan secara baik.

 

 

Bogor, Medio Desember 2000