STUDI HUBUNGAN ANTARA BEBAN ENJIN TRAKTOR DAN EFISIENSI LAPANG PENGOLAHAN TANAH *)

 

 

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000 GATOT  PRAMUHADI   

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

 

STUDI HUBUNGAN ANTARA BEBAN ENJIN TRAKTOR DAN EFISIENSI PENGOLAHAN TANAH

 

 

Oleh:

 

GATOT  PRAMUHADI

P 13600002

 

Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian (TEP)

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

 

LATAR BELAKANG

            Pangan adalah kebutuhan utama yang pertama bagi manusia disamping papan dan sandang.  Kebutuhan pangan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang kini mencapai 200 juta jiwa lebih.  Pemenuhan kebutuhan pangan akan terpenuhi apabila ada pemasokan pangan, baik melalui produksi pangan maupun melalui impor.  Dalam hal ini, diutamakan pemenuhan kebutuhan pangan melalui produksi pangan oleh karena Indonesia masih tergolong negara agraris yang berpotensi untuk meningkatkan produksi pangan.  Untuk dapat meningkatkan produksi pangan tersebut perlu digalakkan upaya-upaya yang mengarah ke peningkatan produksi pangan nasional. 

Biro Pusat Statistik Indonesia pada tahun 1996 melaporkan besarnya luas total area panen padi sawah sebesar 10.207.850 ha dengan produksi padi rata-rata 46,72 kg/ha sehingga total produksi padi di Indonesia pada tahun 1996 adalah sekitar 476.910.752 kg, atau sekitar 477 juta kg.  Apabila konversi dari padi ke beras sebesar 85 % maka akan diperoleh total produksi beras sebesar 405,4 juta kg.  Apabila diasumsikan bahwa penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras sebanyak 200 juta jiwa dengan laju konsumsi sebesar 0,5 kg/jiwa/hari maka total kebutuhan beras untuk satu tahun sebesar 360 juta kg.  Dengan demikian, sebenarnya untuk satu tahun ke depan terdapat kelebihan atau surplus beras nasional sebesar 45,4 juta kg, sehingga tidak perlu impor beras.  Permasalahan yang timbul saat ini ialah bagaimana mempertahankan produksi beras nasional ini, atau bagaimana meningkatkan produksi beras nasional sehingga bisa mengekspor beras ke luar negeri. 

Salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi beras nasional adalah melalui perbaikan teknik budidaya pertanian tanaman pangan.  Teknik budidaya pertanian yang bisa diandalkan untuk peningkatan produksi pangan adalah teknik intensifikasi pertanian, yakni mulai dari pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, dan pemupukan hingga panen. 

Pengolahan tanah menjadi awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya dilakukan sehingga pada kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah.  Pengolahan tanah secara efektif dan efisien bisa ditempuh dengan cara mekanis menggunakan traktor-traktor pertanian.

            Pengolahan tanah secara efektif dan efisien akan dapat dicapai apabila traktor dan alat pengolah tanahnya cocok dengan kondisi tanah yang diolah, kualitas hasil pengolahan tanahnya tinggi, dan tempo pengolahan tanahnya singkat sehingga hasil olahan tanahnya cocok untuk tanaman yang akan ditanam dan hemat biaya operasi traktor.

            Tiga hal mendasar yang sering digunakan untuk menilai hasil pengolahan tanah dengan menggunakan traktor, yaitu besarnya gaya penarikan alat (draft), slip roda traktor, dan efisiensi lapang.  Kenyataan menunjukkan bahwa banyak operator traktor yang sering mengoperasikan traktor yang hanya didasarkan atas kebiasaan memenuhi target menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu.  Mereka mengolah tanah dengan mengabaikan besarnya daya yang hilang, waktu hilang, slip tinggi dan konsumsi bahan bakar yang tinggi.  Hal ini bisa menyebabkan efisiensi lapangnya rendah, biaya operasinya tinggi, dan umur pakai traktornya pendek.

            Hasil pengumpulan data lapang di empat lokasi daerah pertanian padi sawah di Kabupaten Karawang pada tahun 1998 hingga tahun 2000, yaitu di Desa Bayur Kidul (1998), Desa Cadas Kertajaya (1999), Desa Lemah Mulya (2000), dan Desa Teluk Buyung (2000), diperoleh hasil kapasitas lapang pengolahan menggunakan traktor roda dua dan bajak singkal berkisar antara 0,11 hingga 0,13 ha/jam, atau 7,70 hingga 9,10 jam/ha.  Berdasarkan data spesifikasi teknis traktor seharusnya bisa diperoleh kapasitas lapang sebesar 7,8 jam/ha.  Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak operator traktor yang belum terampil mengoptimalkan kemampuan kerja traktor, yaitu pengaturan kecepatan maju traktor yang rendah atau terlalu tinggi.  Disisi lain, ternyata diperoleh data efisiensi lapang yang mencapai lebih dari 100 %, padahal umumnya berkisar antara 60 hingga 80 %.  Hal ini menunjukkan bahwa masih ada operator traktor yang mengolah tanah dengan kualitas yang buruk karena masih banyak tanah tak terolah.

            Apabila ditinjau dari aspek motor atau enjin (engine) traktor tersebut maka dengan menggunakan kurva karakteristik enjin dapat dilihat bahwa pengaturan kecepatan putar enjin yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kecepatan putar optimumnya akan mengakibatkan torsi enjinnya jatuh atau rendah.  Hal ini berarti bahwa apabila traktor dioperasikan pada posisi kecepatan putar enjin lebih rendah atau lebih tinggi dari kecepatan optimumnya maka akan menyebabkan kecepatan majunya rendah atau slip roda traktornya tinggi dan konsumsi bahan bakarnya juga tinggi, sehingga mengakibatkan efisiensi lapangnya rendah dan biaya operasinya tinggi.

            Salah satu penentu umur pakai traktor ialah pengaturan beban enjinnya.  Ketika traktor dioperasikan pada kecepatan putar enjin yang tidak berada pada kisaran kecepatan putar optimumnya, maka sebenarnya traktor berada pada kondisi yang lemah karena torsi enjinnya rendah.  Apabila kondisi ini berlangsung untuk jangka waktu yang lama maka akan dapat menyebabkan traktor rusak dalam waktu operasi yang singkat, atau dapat pula dikatakan bahwa umur pakai traktornya rendah.

           

TUJUAN

            Proposal penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan kajian atau studi mengenai hubungan antara pengaturan beban enjin traktor dan efisiensi pengolahan tanah.

 

LINGKUP PENELITIAN

            Penelitian ini direncanakan terbatas hanya untuk traktor roda dua beserta alat pengolah tanahnya yang dioperasikan pada tanah lahan kering (tegal) dan tanah lahan basah (sawah), oleh karena saat ini traktor roda dua paling banyak dipakai di Indonesia.  Kisaran beban enjin traktor terdiri atas tiga tingkatan, yaitu beban enjin pada kecepatan putar enjin di bawah kecepatan putar optimum, pada kisaran kecepatan putar optimum, dan di atas kecepatan putar optimum enjin.  Adapun parameter-parameter utama yang digunakan untuk menilai efisiensi pengolahan tanah terdiri atas gaya penarikan alat (draft), slip roda traktor, konsumsi bahan bakar, kapasitas lapang, dan efisiensi lapang.

 

MANFAAT PENELITIAN

            Manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini, diantaranya ialah :

            1.  Sebagai acuan atau pedoman untuk mengolah tanah secara efektif dan efisien

            2.  Sebagai bahan masukan atau saran yang bermanfaat kepada para operator traktor untuk mengoperasikan traktor secara benar dan para produsen traktor dalam menyediakan buku petunjuk pengoperasian traktor secara benar.

KERANGKA TEORI

            Suatu traktor pertanian dapat digunakan untuk mengolah tanah apabila daya traktor yang tersedia mencukupi untuk pekerjaan pengolahan tanah.  Besarnya daya traktor yang diperlukan untuk membajak tanah sangat ditentukan oleh besarnya gaya yang diperlukan agar tanah dapat dibajak dan kecepatan kerja pembajakan.  Dalam hal ini, gaya yang diperlukan agar tanah dapat terbajak adalah sama dengan besarnya draft pembajakan tanahnya.  Smith (1955) secara empiris merumuskan besarnya daya pembajakan untuk menarik alat bajak seperti terlihat pada persamaan (1) berikut ini.

 

                                                                P  =  F . v   ………………………..…….……   (1)

 

dimana :    P   =   daya pembajakan untuk menarik alat bajak (power), kgm/det

                 F   =   gaya penarikan alat bajak (draft), kg

                 v   =   kecepatan maju pembajakan (forward speed), m/det

 

            Berdasarkan persamaan (1) di atas terlihat bahwa daya pembajakan akan semakin meningkat dengan naiknya draft dan bertambahnya kecepatan maju pembajakan. 

            Bertambahnya kecepatan pembajakan ternyata juga mempengaruhi bertambahnya draft pembajakan.  Kepner (1978) menyebutkan bahwa selama besarnya gaya percepatan bervariasi sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan dan selama draft terdiri atas komponen yang pada hakekatnya tidak tergantung oleh kecepatan maju maka secara logis untuk menggambarkan hubungan antara kecepatan pembajakan dan draft pembajakan dapat digunakan persamaan (2) berikut ini.

 

                                                           DS  =  D0  +  K v2    ………………………...……   (2)

 

dimana :    DS   =  draft pada kecepatan sebesar S, kg

                 D0   =  komponen statik draft yang tidak tergantung kecepatan, kg

                 K    =  konstanta yang nilainya berkaitan dengan tipe dan disain alat bajak serta kondisi tanah, kg.det2/m2

                 v      =  kecepatan pembajakan, m/det

 

                     Slip roda traktor merupakan fungsi dari kecepatan pembajakan.  Penentuan besarnya slip pada saat dilakukan pembajakan tanah didasarkan atas besarnya perbedaan antara kecepatan linier teoritis roda penggerak traktor dan kecepatan maju aktual traktor.  Liljedahl et al. (1989) menuliskan suatu persamaan untuk menentukan slip roda traktor sebagaimana terlihat pada persamaan (3) berikut ini.

 

                                                    S  =  (1 – Va / Vt) x 100 %   …………………………  (3)

 

dimana :    S     =  slip roda traktor, %

                 Va   =  kecepatan maju aktual traktor, m/det

                 Vt    =  kecepatan linier teoritis roda penggerak traktor, m/det

 

                     Atas dasar persamaan (3) di atas maka ketika kecepatan putar rodanya dinaikkan sebenarnya kecepatan teoritisnya akan naik dan nilainya akan selalu lebih besar dibanding kecepatan aktualnya, sehingga dengan semakin tinggi kecepatan putar roda traktor akan menyebabkan terjadinya slip roda yang semakin tinggi.

                     Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut, atau yang biasa disebut sebagai kapasitas lapang (field capacity), dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah per satuan waktu.  Semakin luas tanah terolah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi lapang pengolahan tanah yang tinggi. 

                     Efisiensi lapang pengolahan tanah dapat diketahui dengan menghitung besarnya kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif (aktual).  Pada persamaan (4), (5) dan (6) dapat dilihat persamaan-persamaan untuk menentukan besarnya efisiensi lapang.

 

                                                  KLE  =   A / T                              ………………………..  (4)

                                                  KLT  =   0,36 L . v                      ………………………..  (5)

                                                  EL     =   KLE / KLT  x  100 %  ………………………..  (6)

 

dimana :   KLE   =   kapasitas lapang efektif (aktual), ha/jam

                 KLT  =   kapasitas lapang teoritis, ha/jam

                 EL     =   efisiensi lapang, %

                 A       =   luas tanah terolah, ha

                 T       =   waktu lapang total, jam

                 L       =   lebar olah, m

                 v        =   kecepatan maju traktor saat mengolah tanah, m/det

                 0,36   =   faktor konversi dari m2/det ke ha/jam (1 m2/det =  0,36 ha/jam).

 

                     Berdasarkan persamaan (4), (5) dan (6) di atas maka secara teoritis dengan bertambahnya kecepatan maju traktor akan menyebabkan kapasitas lapangnya juga bertambah oleh karena semakin singkatnya waktu pengolahan tanah, sehingga efisiensi lapangnya bertambah besar.  Hal ini bisa terjadi apabila slip roda traktornya rendah.  Ketika slipnya tinggi maka kecepatan majunya akan turun yang dapat menyebabkan kapasitas lapangnya berkurang sehingga efisiensi lapangnya turun.

 

DK = daya kuda = hp (horse power)

Gr  = gram

ppm = putaran permenit = rpm (revolution / minute)

Lt    = liter

(a)

(b)

Gambar 1.  Kurva Karakteristik Motor Diesel YANMAR TS 190 (a) dan TS 230 (b)

                     Besarnya tenaga traktor (torsi / momen putar) untuk mengatasi pembebanan, daya traktor (power) dan konsumsi bahan bakar sangat dipengaruhi oleh besarnya kecepatan putar motor atau enjin (engine) traktor tersebut.  Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara kecepatan putar motor dengan daya, torsi (momen), dan konsumsi bahan bakar yang diperoleh dari kurva karakteristik suatu motor diesel yang digunakan sebagai sumber tenaga putar bagi suatu traktor roda dua.

Berdasarkan kurva karakteristik enjin pada Gambar 1 di atas maka dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kecepatan putar motor akan menyebabkan bertambahnya daya traktor dan konsumsi bahan bakarnya.  Torsi motor akan semakin bertambah ketika kecepatan putar motor bertambah, namun akan menurun ketika kecepatan putar motornya melewati kecepatan putar tertentu.  Kecepatan putar motor dikatakan optimum apabila menghasilkan torsi maksimum (tertinggi).  Pada pengaturan kecepatan putar optimum maka tenaga traktor yang tersedia adalah paling besar dan ini biasanya digunakan untuk pengaturan kerja stasioner traktor.

 

 

KERANGKA MASALAH

            Untuk dapat melakukan identifikasi permasalahan maka perlu diuraikan serentetan hubungan sebab akibat ketika kecepatan putar motor (enjin) traktor diatur pada kecepatan putar di bawah kecepatan putar optimum, pada kisaran kecepatan putar optimum, dan pada kecepatan putar di atas kecepatan putar optimum.

            Ketika kecepatan putar motor lebih rendah dari kecepatan putar optimum maka torsi motornya rendah yang berakibat tenaga tersedia traktor menjadi rendah.  Pada keadaan ini maka kecepatan maju traktor akan lambat sehingga menyebabkan kapasitas lapangnya rendah dan efisiensi lapangnya juga rendah.  Lebih lanjut, sebenarnya pada kondisi ini traktor berada pada keadaan sangat terbebani karena harus mengatasi gaya penarikan alat bajak yang begitu besar.  Kalau kondisi ini berlangsung terus menerus dalam tempo yang cukup lama maka bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan dini yang dipercepat.  Sebagai contoh, misalnya keausan ring piston motor dan keretakan pada bagian silinder dan piston.

            Ketika traktor dioperasikan pada kisaran kecepatan optimumnya maka tenaga traktor berada pada posisi puncak oleh karena mencapai torsi motor yang maksimum.  Tenaga yang besar yang dimiliki oleh traktor ini akan lebih mudah dalam mengatasi draft.  Disamping itu, pada kondisi ini merupakan kondisi yang optimal bagi traktor selama dioperasikan untuk mengolah tanah, sehingga konsumsi bahan bakarnya optimal dan efisiensi lapangnya juga optimal.

            Ketika traktor dioperasikan dengan kecepatan putar motornya di atas kecepatan putar optimum maka sebenarnya tenaga traktor yang tersedia berada pada posisi yang menurun oleh karena torsinya menurun, sehingga kemampuan tenaga traktor untuk mengatasi draft sebenarnya juga sudah menurun.  Pada kondisi ini kecepatan putar roda traktor meningkat, namun dengan meningkatnya kecepatan putar roda traktor akan menyebabkan terjadinya kenaikan draft, atau tahanan penarikan alat bajaknya meningkat, sehingga mengakibatkan timbulnya slip roda traktor yang tinggi.  Tingginya slip roda ini berakibat menurunnya kecepatan maju traktor dan menyebabkan menurunnya efisiensi lapang.  Selain itu, pada posisi seperti ini konsumsi bahan bakar meningkat sehingga dengan menurunnya efisiensi lapang akan berakibat boros bahan bakar.  Efek samping yang tidak diinginkan ialah ketika konsumsi bahan bakarnya meningkat maka pembakaran di dalam silinder motor juga meningkat yang berakibat naiknya suhu di dalam silinder.  Kerusakan lebih mudah terjadi akibat suhu yang tinggi, seperti :  kepala silinder retak atau bahkan pecah, dan motor macet karena pemuaian piston yang berlebihan.

            Hubungan sebab akibat pengaturan beban enjin traktor dan efisiensi pengolahan tanah dapat dinyatakan dalam diagram alir hubungan sebab akibat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


     Gambar 2.   Diagram Alir Hubungan Sebab Akibat Pengaturan Beban Enjin Traktor dan

                        Efisiensi Pengolahan Tanah

 

 

HIPOTESIS

           

            H0   :    Pengaturan beban enjin traktor yang tidak diatur pada kecepatan putar enjin (engine speed) yang optimum tidak berpengaruh terhadap efisiensi lapang (field efficiency) pengolahan tanah

 

            H1   :    Pengaturan beban enjin traktor yang tidak diatur pada kecepatan putar enjin (engine speed) yang optimum berpengaruh terhadap efisiensi lapang (field efficiency) pengolahan tanah

 

METODE PENELITIAN

            Penelitian direncanakan dilaksanakan di area lahan kering dan di area lahan basah (sawah).  Traktor roda dua dan bajak singkal tunggal digunakan untuk mengolah tanah di dua area tersebut.  Sebelum dilakukan percobaan lapang, terlebih dahulu dilakukan uji performansi motor atau enjin (engine) traktor tersebut sehingga dapat diketahui kurva karakteristik enjinnya.  Dengan melihat kurva karakteristik enjin tersebut akan dapat dilihat hubungan antara kecepatan putar enjin (engine speed) dengan daya motor (power), torsi (torque), dan konsumsi bahan bakar (fuel consumption).  Selanjutnya, dapat pula ditentukan besarnya kecepatan putar optimumnya (optimum engine speed), yaitu kecepatan putar poros engkol enjin yang menghasilkan torsi tertinggi (maksimum).

            Percobaan lapang di dua area tersebut dilakukan pada tiga taraf kecepatan putar enjin, yaitu :  (1) kecepatan putar enjin traktor diatur di bawah atau lebih rendah dari kecepatan putar optimumnya, (2) kecepatan putar enjin traktor diatur pada kisaran kecepatan putar optimumnya, dan (3) kecepatan putar enjin traktor diatur di atas atau lebih tinggi dari kecepatan putar optimumnya.  Pada taraf perlakuan ke-1 dan ke-3 tersebut dilakukan 2 pengaturan kecepatan putar enjin.  Sebagai contoh, apabila diperoleh kecepatan putar optimumnya sebesar 1800 rpm dan kecepatan putar maksimum enjinnya sebesar 2600 rpm, maka pada taraf perlakuan ke-1 diatur kecepatan putarnya sebesar 1000 rpm dan 1400 rpm, sedangkan pada taraf perlakuan ke-3 diatur kecepatan putarnya sebesar 2200 rpm dan 2600 rpm.  Dengan demikian akan terdapat 5 pengaturan kecepatan putar enjin untuk perlakuan percobaan, yaitu :  (a) 1000 rpm, (b) 1400 rpm, (c) 1800 rpm (optimum), (d) 2200 rpm, dan (e) 2600 rpm (maksimum).

            Pada saat selama percobaan lapang berlangsung diukur besarnya :  (1) draft pembajakan, (2) slip roda traktor, (3) kecepatan maju traktor (forward speed), (4) lebar olah (plowing width), (5) kedalaman olah (plowing depth), (6) konsumsi bahan bakar (fuel consumption), (7) luas tanah terolah (total plowing area), dan (8) waktu lapang total.  Data-data hasil percobaan lapang ini selanjutnya diolah untuk dihitung efisiensi lapangnya dengan menggunakan persamaan (4), (5), dan (6).

            Traktor-traktor roda dua yang ada di Indonesia terdiri atas traktor yang dilengkapi dengan kopling belok dan traktor yang tidak dilengkapi dengan kopling belok.  Traktor yang dilengkapi dengan kopling belok umumnya terdiri atas 3 tingkat kecepatan maju pada kotak gigi transmisinya (gearbox), yaitu rendah, sedang, dan tinggi, sedangkan traktor tanpa kopling belok hanya mempunyai 1 tingkat kecepatan maju.  Tingkat kecepatan tinggi pada traktor dengan kopling belok biasanya digunakan untuk transportasi menggunakan kereta angkut (trailer) sehingga tingkat kecepatan ini tidak dipakai untuk membajak tanah.  Pada penelitian ini akan digunakan traktor yang dilengkapi kopling belok.  Untuk itu, ke-5 pengaturan kecepatan putar enjin tersebut akan diterapkan dengan 2 tingkat kecepatan maju traktor (rendah dan sedang), sehingga secara keseluruhan akan diperoleh total perlakuan sebanyak 2 x 5 x 2  =  20.

            Total perlakuan sebanyak 20 perlakuan untuk menghitung efisiensi lapang pengolahan tanah sudah cukup banyak dan memerlukan areal lahan yang sangat luas.  Untuk itu, dalam percobaan lapang tidak akan dilakukan pengulangan percobaan (replication).  Apalagi dalam percobaan lapang ini harus dipenuhi kriteria awal lahan berupa keseragaman (homogenitas) lahan awal sebelum percobaan lapang dilakukan.

            Analisis data sebanyak 20 set data hasil percobaan lapang dilakukan untuk menghitung efisiensi lapang pengolahan tanah dan menentukan besarnya konsumsi bahan bakarnya, sehingga disamping dapat menampilkan hubungan antara beban enjin traktor dan efisiensi pengolahan tanah, juga dapat ditentukan perlakuan mana yang paling menguntungkan.  Keuntungan diperoleh apabila efisiensi lapangnya paling tinggi, namun konsumsi bahan bakarnya paling rendah.

DAFTAR PUSTAKA

 

Adi, Torif.  1999.  Teknologi dan Cara Penanganan Pra-panen di Desa Cadas Kertajaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. .  Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.  Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Biro Pusat Statistik.  1996.  Statistik Indonesia .  Biro Pusat Statistik, Jakarta

Golwind, Dony.  2000.  Aspek Keteknikan Pertanian pada Kegiatan Pra-panen di Desa Lemah Mulya, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. .  Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.  Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kepner, R.A.  1978.  Principles of Farm Machinery.  3rd Edition.  AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut, USA

Liljedahl, J.B., P.K. Turnquist, D.W. Smith, and M. Hoki.  1989.  Tractor and Their Power Units.  4th Edition.  AVI Book, New York

PT Yanmar Diesel Indonesia.  1993.  Yanmar Motor Diesel Seri TS.  Brosur.  PT Yanmar Diesel Indonesia, Bogor

Smith, H.P.  1955.  Farm Machinery and Equipment.  4th Edition.  McGraw Hill Book Company, New York

Ubaidillah.  1998.  Pengelolaan Alat / Mesin Pengolahan Tanah di Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat.  Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.  Program Studi Pengelola Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Widodo.  2000.  Penggunaan Alat dan Mesin Budidaya Padi di Desa Teluk Buyung, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.  Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor