Re-edited
Copyright © 2000 GATOT PRAMUHADI
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
STUDI HUBUNGAN ANTARA BEBAN ENJIN TRAKTOR DAN
EFISIENSI PENGOLAHAN TANAH
Oleh:
GATOT PRAMUHADI
P 13600002
Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian (TEP)
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Pangan
adalah kebutuhan utama yang pertama bagi manusia disamping papan dan
sandang. Kebutuhan pangan akan semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang kini
mencapai 200 juta jiwa lebih. Pemenuhan
kebutuhan pangan akan terpenuhi apabila ada pemasokan pangan, baik melalui
produksi pangan maupun melalui impor.
Dalam hal ini, diutamakan pemenuhan kebutuhan pangan melalui produksi
pangan oleh karena Indonesia masih tergolong negara agraris yang berpotensi
untuk meningkatkan produksi pangan.
Untuk dapat meningkatkan produksi pangan tersebut perlu digalakkan upaya-upaya
yang mengarah ke peningkatan produksi pangan nasional.
Biro Pusat Statistik Indonesia pada tahun 1996
melaporkan besarnya luas total area panen padi sawah sebesar 10.207.850 ha
dengan produksi padi rata-rata 46,72 kg/ha sehingga total produksi padi di
Indonesia pada tahun 1996 adalah sekitar 476.910.752 kg, atau sekitar 477 juta
kg. Apabila konversi dari padi ke beras
sebesar 85 % maka akan diperoleh total produksi beras sebesar 405,4 juta kg. Apabila diasumsikan bahwa penduduk Indonesia
yang mengkonsumsi beras sebanyak 200 juta jiwa dengan laju konsumsi sebesar 0,5
kg/jiwa/hari maka total kebutuhan beras untuk satu tahun sebesar 360 juta
kg. Dengan demikian, sebenarnya untuk
satu tahun ke depan terdapat kelebihan atau surplus beras nasional sebesar 45,4
juta kg, sehingga tidak perlu impor beras.
Permasalahan yang timbul saat ini ialah bagaimana mempertahankan
produksi beras nasional ini, atau bagaimana meningkatkan produksi beras
nasional sehingga bisa mengekspor beras ke luar negeri.
Salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk
meningkatkan produksi beras nasional adalah melalui perbaikan teknik budidaya
pertanian tanaman pangan. Teknik
budidaya pertanian yang bisa diandalkan untuk peningkatan produksi pangan
adalah teknik intensifikasi pertanian, yakni mulai dari pengolahan tanah,
pembibitan, penanaman, dan pemupukan hingga panen.
Pengolahan tanah menjadi awal kegiatan budidaya
pertanian sebelum kegiatan lainnya dilakukan sehingga pada kegiatan ini perlu
diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena menyangkut kualitas hasil
dan ketepatan waktu pengolahan tanah.
Pengolahan tanah secara efektif dan efisien bisa ditempuh dengan cara
mekanis menggunakan traktor-traktor pertanian.
Pengolahan
tanah secara efektif dan efisien akan dapat dicapai apabila traktor dan alat
pengolah tanahnya cocok dengan kondisi tanah yang diolah, kualitas hasil
pengolahan tanahnya tinggi, dan tempo pengolahan tanahnya singkat sehingga
hasil olahan tanahnya cocok untuk tanaman yang akan ditanam dan hemat biaya operasi
traktor.
Tiga
hal mendasar yang sering digunakan untuk menilai hasil pengolahan tanah dengan
menggunakan traktor, yaitu besarnya gaya penarikan alat (draft), slip roda traktor, dan efisiensi lapang. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak operator
traktor yang sering mengoperasikan traktor yang hanya didasarkan atas kebiasaan
memenuhi target menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu. Mereka mengolah tanah dengan mengabaikan
besarnya daya yang hilang, waktu hilang, slip tinggi dan konsumsi bahan bakar yang
tinggi. Hal ini bisa menyebabkan
efisiensi lapangnya rendah, biaya operasinya tinggi, dan umur pakai traktornya
pendek.
Hasil pengumpulan data
lapang di empat lokasi daerah pertanian padi sawah di Kabupaten Karawang pada
tahun 1998 hingga tahun 2000, yaitu di Desa Bayur Kidul (1998), Desa Cadas
Kertajaya (1999), Desa Lemah Mulya (2000), dan Desa Teluk Buyung (2000),
diperoleh hasil kapasitas lapang pengolahan menggunakan traktor roda dua dan
bajak singkal berkisar antara 0,11 hingga 0,13 ha/jam, atau 7,70 hingga 9,10
jam/ha. Berdasarkan data spesifikasi
teknis traktor seharusnya bisa diperoleh kapasitas lapang sebesar 7,8
jam/ha. Hal ini menunjukkan bahwa masih
banyak operator traktor yang belum terampil mengoptimalkan kemampuan kerja
traktor, yaitu pengaturan kecepatan maju traktor yang rendah atau terlalu
tinggi. Disisi lain, ternyata diperoleh
data efisiensi lapang yang mencapai lebih dari 100 %, padahal umumnya berkisar
antara 60 hingga 80 %. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada operator traktor yang mengolah tanah dengan
kualitas yang buruk karena masih banyak tanah tak terolah.
Apabila ditinjau dari
aspek motor atau enjin (engine)
traktor tersebut maka dengan menggunakan kurva karakteristik enjin dapat
dilihat bahwa pengaturan kecepatan putar enjin yang lebih rendah atau lebih
tinggi dari kecepatan putar optimumnya akan mengakibatkan torsi enjinnya jatuh
atau rendah. Hal ini berarti bahwa
apabila traktor dioperasikan pada posisi kecepatan putar enjin lebih rendah
atau lebih tinggi dari kecepatan optimumnya maka akan menyebabkan kecepatan
majunya rendah atau slip roda traktornya tinggi dan konsumsi bahan bakarnya
juga tinggi, sehingga mengakibatkan efisiensi lapangnya rendah dan biaya
operasinya tinggi.
Salah
satu penentu umur pakai traktor ialah pengaturan beban enjinnya. Ketika traktor dioperasikan pada kecepatan
putar enjin yang tidak berada pada kisaran kecepatan putar optimumnya, maka
sebenarnya traktor berada pada kondisi yang lemah karena torsi enjinnya
rendah. Apabila kondisi ini berlangsung
untuk jangka waktu yang lama maka akan dapat menyebabkan traktor rusak dalam
waktu operasi yang singkat, atau dapat pula dikatakan bahwa umur pakai
traktornya rendah.
Proposal penelitian ini
dibuat dengan tujuan untuk melakukan kajian atau studi mengenai hubungan antara
pengaturan beban enjin traktor dan efisiensi pengolahan tanah.
Penelitian ini
direncanakan terbatas hanya untuk traktor roda dua beserta alat pengolah
tanahnya yang dioperasikan pada tanah lahan kering (tegal) dan tanah lahan
basah (sawah), oleh karena saat ini traktor roda dua paling banyak dipakai di
Indonesia. Kisaran beban enjin traktor
terdiri atas tiga tingkatan, yaitu beban enjin pada kecepatan putar enjin di
bawah kecepatan putar optimum, pada kisaran kecepatan putar optimum, dan di
atas kecepatan putar optimum enjin.
Adapun parameter-parameter utama yang digunakan untuk menilai efisiensi
pengolahan tanah terdiri atas gaya penarikan alat (draft), slip roda traktor, konsumsi bahan bakar, kapasitas lapang,
dan efisiensi lapang.
Manfaat yang bisa
diperoleh dari hasil penelitian ini, diantaranya ialah :
1. Sebagai acuan atau pedoman untuk mengolah tanah secara efektif dan
efisien
2. Sebagai bahan masukan atau saran yang bermanfaat kepada para
operator traktor untuk mengoperasikan traktor secara benar dan para produsen
traktor dalam menyediakan buku petunjuk pengoperasian traktor secara benar.
Suatu traktor pertanian dapat
digunakan untuk mengolah tanah apabila daya traktor yang tersedia mencukupi
untuk pekerjaan pengolahan tanah.
Besarnya daya traktor yang diperlukan untuk membajak tanah sangat
ditentukan oleh besarnya gaya yang diperlukan agar tanah dapat dibajak dan kecepatan
kerja pembajakan. Dalam hal ini, gaya
yang diperlukan agar tanah dapat terbajak adalah sama dengan besarnya draft pembajakan tanahnya. Smith (1955) secara empiris merumuskan
besarnya daya pembajakan untuk menarik alat bajak seperti terlihat pada
persamaan (1) berikut ini.
P = F .
v ………………………..…….…… (1)
dimana : P = daya
pembajakan untuk menarik alat bajak (power),
kgm/det
F = gaya
penarikan alat bajak (draft), kg
v = kecepatan
maju pembajakan (forward speed),
m/det
Berdasarkan
persamaan (1) di atas terlihat bahwa daya pembajakan akan semakin meningkat
dengan naiknya draft dan bertambahnya
kecepatan maju pembajakan.
Bertambahnya
kecepatan pembajakan ternyata juga mempengaruhi bertambahnya draft pembajakan. Kepner (1978) menyebutkan bahwa selama
besarnya gaya percepatan bervariasi sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan
dan selama draft terdiri atas
komponen yang pada hakekatnya tidak tergantung oleh kecepatan maju maka secara
logis untuk menggambarkan hubungan antara kecepatan pembajakan dan draft pembajakan dapat digunakan
persamaan (2) berikut ini.
DS = D0 + K v2
………………………...…… (2)
dimana : DS = draft pada kecepatan sebesar S, kg
D0 = komponen
statik draft yang tidak tergantung
kecepatan, kg
K = konstanta
yang nilainya berkaitan dengan tipe dan disain alat bajak serta kondisi tanah,
kg.det2/m2
v = kecepatan
pembajakan, m/det
Slip roda traktor merupakan fungsi dari kecepatan pembajakan. Penentuan besarnya slip pada saat dilakukan pembajakan tanah didasarkan atas besarnya perbedaan antara kecepatan linier teoritis roda penggerak traktor dan kecepatan maju aktual traktor. Liljedahl et al. (1989) menuliskan suatu persamaan untuk menentukan slip roda traktor sebagaimana terlihat pada persamaan (3) berikut ini.
S = (1 – Va / Vt) x 100 % ………………………… (3)
dimana : S = slip roda traktor, %
Va = kecepatan maju aktual traktor, m/det
Vt = kecepatan linier teoritis roda penggerak traktor, m/det
Atas dasar persamaan (3) di atas maka ketika kecepatan putar rodanya dinaikkan sebenarnya kecepatan teoritisnya akan naik dan nilainya akan selalu lebih besar dibanding kecepatan aktualnya, sehingga dengan semakin tinggi kecepatan putar roda traktor akan menyebabkan terjadinya slip roda yang semakin tinggi.
Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut, atau yang biasa disebut sebagai kapasitas lapang (field capacity), dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah per satuan waktu. Semakin luas tanah terolah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi lapang pengolahan tanah yang tinggi.
Efisiensi lapang pengolahan tanah dapat diketahui dengan menghitung besarnya kapasitas lapang teoritis dan kapasitas lapang efektif (aktual). Pada persamaan (4), (5) dan (6) dapat dilihat persamaan-persamaan untuk menentukan besarnya efisiensi lapang.
KLE = A / T ……………………….. (4)
KLT = 0,36 L . v ……………………….. (5)
EL = KLE / KLT x 100 % ……………………….. (6)
dimana : KLE = kapasitas lapang efektif (aktual), ha/jam
KLT = kapasitas lapang teoritis, ha/jam
EL = efisiensi lapang, %
A = luas tanah terolah, ha
T = waktu lapang total, jam
L = lebar olah, m
v = kecepatan maju traktor saat mengolah tanah, m/det
0,36 = faktor konversi dari m2/det ke ha/jam (1 m2/det = 0,36 ha/jam).
Berdasarkan persamaan (4), (5) dan (6) di atas maka secara teoritis dengan bertambahnya kecepatan maju traktor akan menyebabkan kapasitas lapangnya juga bertambah oleh karena semakin singkatnya waktu pengolahan tanah, sehingga efisiensi lapangnya bertambah besar. Hal ini bisa terjadi apabila slip roda traktornya rendah. Ketika slipnya tinggi maka kecepatan majunya akan turun yang dapat menyebabkan kapasitas lapangnya berkurang sehingga efisiensi lapangnya turun.
DK
= daya kuda = hp (horse power) Gr = gram |
ppm = putaran permenit = rpm (revolution / minute) Lt =
liter |
(a) |
(b) |
Gambar 1. Kurva Karakteristik Motor Diesel YANMAR TS
190 (a) dan TS 230 (b) |
Besarnya tenaga traktor (torsi / momen putar) untuk mengatasi pembebanan, daya traktor (power) dan konsumsi bahan bakar sangat dipengaruhi oleh besarnya kecepatan putar motor atau enjin (engine) traktor tersebut. Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara kecepatan putar motor dengan daya, torsi (momen), dan konsumsi bahan bakar yang diperoleh dari kurva karakteristik suatu motor diesel yang digunakan sebagai sumber tenaga putar bagi suatu traktor roda dua.
Berdasarkan kurva karakteristik enjin pada
Gambar 1 di atas maka dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya kecepatan putar
motor akan menyebabkan bertambahnya daya traktor dan konsumsi bahan
bakarnya. Torsi motor akan semakin
bertambah ketika kecepatan putar motor bertambah, namun akan menurun ketika
kecepatan putar motornya melewati kecepatan putar tertentu. Kecepatan putar motor dikatakan optimum
apabila menghasilkan torsi maksimum (tertinggi). Pada pengaturan kecepatan putar optimum maka
tenaga traktor yang tersedia adalah paling besar dan ini biasanya digunakan
untuk pengaturan kerja stasioner traktor.
KERANGKA MASALAH
Untuk
dapat melakukan identifikasi permasalahan maka perlu diuraikan serentetan
hubungan sebab akibat ketika kecepatan putar motor (enjin) traktor diatur pada
kecepatan putar di bawah kecepatan putar optimum, pada kisaran kecepatan putar
optimum, dan pada kecepatan putar di atas kecepatan putar optimum.
Ketika kecepatan putar motor lebih rendah
dari kecepatan putar optimum maka torsi motornya rendah yang berakibat tenaga
tersedia traktor menjadi rendah. Pada
keadaan ini maka kecepatan maju traktor akan lambat sehingga menyebabkan
kapasitas lapangnya rendah dan efisiensi lapangnya juga rendah. Lebih lanjut, sebenarnya pada kondisi ini
traktor berada pada keadaan sangat terbebani karena harus mengatasi gaya
penarikan alat bajak yang begitu besar.
Kalau kondisi ini berlangsung terus menerus dalam tempo yang cukup lama
maka bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan dini yang dipercepat. Sebagai contoh, misalnya keausan ring piston
motor dan keretakan pada bagian silinder dan piston.
Ketika
traktor dioperasikan pada kisaran kecepatan optimumnya maka tenaga traktor
berada pada posisi puncak oleh karena mencapai torsi motor yang maksimum. Tenaga yang besar yang dimiliki oleh traktor
ini akan lebih mudah dalam mengatasi draft. Disamping itu, pada kondisi ini merupakan
kondisi yang optimal bagi traktor selama dioperasikan untuk mengolah tanah,
sehingga konsumsi bahan bakarnya optimal dan efisiensi lapangnya juga optimal.
Ketika
traktor dioperasikan dengan kecepatan putar motornya di atas kecepatan putar
optimum maka sebenarnya tenaga traktor yang tersedia berada pada posisi yang
menurun oleh karena torsinya menurun, sehingga kemampuan tenaga traktor untuk
mengatasi draft sebenarnya juga sudah
menurun. Pada kondisi ini kecepatan
putar roda traktor meningkat, namun dengan meningkatnya kecepatan putar roda
traktor akan menyebabkan terjadinya kenaikan draft, atau tahanan penarikan alat bajaknya meningkat, sehingga
mengakibatkan timbulnya slip roda traktor yang tinggi. Tingginya slip roda ini berakibat menurunnya
kecepatan maju traktor dan menyebabkan menurunnya efisiensi lapang. Selain itu, pada posisi seperti ini konsumsi
bahan bakar meningkat sehingga dengan menurunnya efisiensi lapang akan
berakibat boros bahan bakar. Efek
samping yang tidak diinginkan ialah ketika konsumsi bahan bakarnya meningkat
maka pembakaran di dalam silinder motor juga meningkat yang berakibat naiknya
suhu di dalam silinder. Kerusakan lebih
mudah terjadi akibat suhu yang tinggi, seperti : kepala silinder retak atau bahkan pecah, dan
motor macet karena pemuaian piston yang berlebihan.
Hubungan
sebab akibat pengaturan beban enjin traktor dan efisiensi pengolahan tanah
dapat dinyatakan dalam diagram alir hubungan sebab akibat sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar
2. Diagram Alir Hubungan Sebab Akibat Pengaturan
Beban Enjin Traktor dan
Efisiensi
Pengolahan Tanah
HIPOTESIS
H0 : Pengaturan beban enjin
traktor yang tidak diatur pada kecepatan putar enjin (engine speed) yang optimum tidak berpengaruh terhadap efisiensi
lapang (field efficiency) pengolahan
tanah
H1 : Pengaturan beban enjin
traktor yang tidak diatur pada kecepatan putar enjin (engine speed) yang optimum berpengaruh terhadap efisiensi lapang (field efficiency) pengolahan tanah
METODE PENELITIAN
Penelitian
direncanakan dilaksanakan di area lahan kering dan di area lahan basah
(sawah). Traktor roda dua dan bajak
singkal tunggal digunakan untuk mengolah tanah di dua area tersebut. Sebelum dilakukan percobaan lapang, terlebih
dahulu dilakukan uji performansi motor atau enjin (engine) traktor tersebut sehingga dapat diketahui kurva
karakteristik enjinnya. Dengan melihat
kurva karakteristik enjin tersebut akan dapat dilihat hubungan antara kecepatan
putar enjin (engine speed) dengan
daya motor (power), torsi (torque), dan konsumsi bahan bakar (fuel consumption). Selanjutnya, dapat pula ditentukan besarnya
kecepatan putar optimumnya (optimum
engine speed), yaitu kecepatan putar poros engkol enjin yang menghasilkan
torsi tertinggi (maksimum).
Percobaan
lapang di dua area tersebut dilakukan pada tiga taraf kecepatan putar enjin,
yaitu : (1) kecepatan putar enjin
traktor diatur di bawah atau lebih rendah dari kecepatan putar optimumnya, (2)
kecepatan putar enjin traktor diatur pada kisaran kecepatan putar optimumnya,
dan (3) kecepatan putar enjin traktor diatur di atas atau lebih tinggi dari
kecepatan putar optimumnya. Pada taraf
perlakuan ke-1 dan ke-3 tersebut dilakukan 2 pengaturan kecepatan putar enjin. Sebagai contoh, apabila diperoleh kecepatan
putar optimumnya sebesar 1800 rpm dan kecepatan putar maksimum enjinnya sebesar
2600 rpm, maka pada taraf perlakuan ke-1 diatur kecepatan putarnya sebesar 1000
rpm dan 1400 rpm, sedangkan pada taraf perlakuan ke-3 diatur kecepatan putarnya
sebesar 2200 rpm dan 2600 rpm. Dengan
demikian akan terdapat 5 pengaturan kecepatan putar enjin untuk perlakuan
percobaan, yaitu : (a) 1000 rpm, (b)
1400 rpm, (c) 1800 rpm (optimum), (d) 2200 rpm, dan (e) 2600 rpm (maksimum).
Pada
saat selama percobaan lapang berlangsung diukur besarnya : (1) draft
pembajakan, (2) slip roda traktor, (3) kecepatan maju traktor (forward speed), (4) lebar olah (plowing width), (5) kedalaman olah (plowing depth), (6) konsumsi bahan bakar
(fuel consumption), (7) luas tanah
terolah (total plowing area), dan (8)
waktu lapang total. Data-data hasil
percobaan lapang ini selanjutnya diolah untuk dihitung efisiensi lapangnya
dengan menggunakan persamaan (4), (5), dan (6).
Traktor-traktor
roda dua yang ada di Indonesia terdiri atas traktor yang dilengkapi dengan
kopling belok dan traktor yang tidak dilengkapi dengan kopling belok. Traktor yang dilengkapi dengan kopling belok
umumnya terdiri atas 3 tingkat kecepatan maju pada kotak gigi transmisinya (gearbox), yaitu rendah, sedang, dan
tinggi, sedangkan traktor tanpa kopling belok hanya mempunyai 1 tingkat
kecepatan maju. Tingkat kecepatan tinggi
pada traktor dengan kopling belok biasanya digunakan untuk transportasi
menggunakan kereta angkut (trailer)
sehingga tingkat kecepatan ini tidak dipakai untuk membajak tanah. Pada penelitian ini akan digunakan traktor
yang dilengkapi kopling belok. Untuk
itu, ke-5 pengaturan kecepatan putar enjin tersebut akan diterapkan dengan 2
tingkat kecepatan maju traktor (rendah dan sedang), sehingga secara keseluruhan
akan diperoleh total perlakuan sebanyak 2 x 5 x 2 = 20.
Total
perlakuan sebanyak 20 perlakuan untuk menghitung efisiensi lapang pengolahan
tanah sudah cukup banyak dan memerlukan areal lahan yang sangat luas. Untuk itu, dalam percobaan lapang tidak akan
dilakukan pengulangan percobaan (replication). Apalagi dalam percobaan lapang ini harus
dipenuhi kriteria awal lahan berupa keseragaman (homogenitas) lahan awal
sebelum percobaan lapang dilakukan.
Analisis
data sebanyak 20 set data hasil percobaan lapang dilakukan untuk menghitung
efisiensi lapang pengolahan tanah dan menentukan besarnya konsumsi bahan
bakarnya, sehingga disamping dapat menampilkan hubungan antara beban enjin
traktor dan efisiensi pengolahan tanah, juga dapat ditentukan perlakuan mana
yang paling menguntungkan. Keuntungan
diperoleh apabila efisiensi lapangnya paling tinggi, namun konsumsi bahan
bakarnya paling rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Torif. 1999. Teknologi dan Cara Penanganan Pra-panen di
Desa Cadas Kertajaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
. Laporan Praktek Kerja Lapang /
Magang. Program Studi Manajer Alat dan
Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Biro Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia . Biro Pusat Statistik, Jakarta
Golwind,
Dony. 2000. Aspek
Keteknikan Pertanian pada Kegiatan Pra-panen di Desa Lemah Mulya, Kecamatan
Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. .
Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.
Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Kepner, R.A. 1978. Principles of Farm Machinery. 3rd Edition. AVI Publishing Company, Inc.,
Liljedahl, J.B., P.K. Turnquist, D.W. Smith, and
M. Hoki.
1989. Tractor and Their Power Units. 4th Edition. AVI Book,
PT Yanmar Diesel
Indonesia. 1993. Yanmar
Motor Diesel Seri TS. Brosur. PT Yanmar Diesel
Smith, H.P. 1955. Farm
Machinery and Equipment. 4th Edition.
McGraw Hill Book Company,
Ubaidillah. 1998. Pengelolaan Alat / Mesin Pengolahan
Tanah di Desa Bayur Kidul,
Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Laporan
Praktek Kerja Lapang / Magang. Program
Studi Pengelola Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
Widodo. 2000. Penggunaan Alat dan Mesin Budidaya Padi di
Desa Teluk Buyung, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat.
Laporan Praktek Kerja Lapang / Magang.
Program Studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor