Dfatt

 

Re-edited  20 December, 2000

 

Copyright © 2000 Mohd. Harisudin     

Makalah  Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

 

PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN FUNGSIONAL BERBAHAN  GINKGO BILOBA

 

 

Oleh:

 

Mohd. Harisudin

IPN 995075

 

 

 

 

 

 

 

I.                   PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

 

            Dunia usaha secara sadar atau tidak kini tengah 'bergerak' menjadi pasar dunia, suatu pasar yang efisien dan transparan, yang mencakup daerah-daerah tak terbatas. Dalam hal ini, industri yang tidak mau ikut dalam pengefisienan dan transparansi tersebut akan ketinggalan, karena terimbas oleh dinamika perubahan arus besar globalisasi (Purnomo, 1999). Tak ada satupun industri/perusahaan kebal terhadap kekuatan besar tersebut, bahkan perusahaan-perusahaan yang hanya menjual dalam wilayah geografis yang kecilpun bisa merasakan dampak/implikasi pada suatu perubahan yang tak dapat diduga

            Perubahan yang terjadi dalam persaingan dianggap sebagai ancaman oleh perusahaan tertentu, namun perusahaan sejenis lainnya menafsirkan sebagai suatu peluang besar. Dengan kata lain, ancaman ataupun peluang bisnis sangat ditentukan oleh bagaimana kemampuan organisasi bisnis memahaminya dan merespons dalam bentuk sikap dan tindakan. Walaupun peran pemerintah memang tetap diperlukan, terutama dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, tetapi dalam realitasnya untuk menghadapi berbagai perubahan yang sedang dan akan terus berlangsung, maka organisasi bisnis harus semakin mengembangkan dan mengandalkan pada kekuatannya sendiri (Taufik, 1996). Sebagai contoh, daur hidup produk (product lifecycle) semakin hari semakin cepat, hal ini dikarenakan ketidakmampuan manajemen untuk berubah serta beradaptasi terhadap perubahan eksternal yang cepat (Clarke, 1994).

            Salah satu strategi untuk mengatasi ancaman tersebut adalah pihak manajemen memutuskan untuk mengambil kebijakan pengembangkan produk baru yang sesuai dengan tuntutan eksternal dan dorongan internal, yaitu  rencana ekpansi pasar, reposisi produk, dan memperbaiki produk yang sudah ada (Clarke, 1994 dan Babcock, 1991).  Untuk memilih jenis produk baru yang akan dikembangkan dengan tingkat probabilitas keberhasilan  yang tinggi, perlu mempertimbangkan pola-pola dari kecenderungan yang sedang dan akan terjadi dari konsumen sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi produk tersebut, serta mendasarkan pada perkembangan teknologi yang memiliki keunggulan kompetitif (Best, 1991; Clarke dan Thomas, 1990; Urban dan Hauser, 1993).

            Salah satu peluang dari pemanfaatan teknologi yang dimaksud adalah memproduksi pangan fungsional berbahan botanikal dengan citra (image) sebagai pangan yang dapat memenuhi dan menunjang aktivitas penggunanya. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1998 penjualan produk botanikal di pasar dunia mencapai US$ 19,8 milyar, dan pasar terbesar adalah Asia 39%, Eropah 34% dan Amerika Utara 22% (Dennin, 2000).

            Peningkatan tersebut terjadi karena meningkatnya minat konsumen akan obat alam dan ada kecenderungan global mengenai gaya hidup kembali ke alam (back to nature)  pada masyarakat dunia (Dennin, 2000). Hal ini memperkuat pendapat dari Clarke (1999) yang menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan kesadaran pada diri konsumen dalam mengkonsumsi pangan alami yang terkait dengan kesehatan tubuh. Sebagai ilustrasi, diantara produk botanikal terlaris (top 10) di beberapa negara maju seperti Eropa, Amerika, Kanada dan Jepang adalah Ginkgo Biloba. Dalam hal ini Ginkgo Biloba diklaim oleh produsen sebagai produk botanikal yang dapat memperlancar aliran darah ke otak dan utilisasi zat gizi. Dalam kenyataannya, produk botanikal tersebut dinilai kurang sesuai dengan produk yang dikehendaki oleh masyarakat modern, yaitu  berpenampilan menarik, enak rasanya serta ready-to-eat (Best, 1991 ;  O'neill,1994).

            Dari serangkaian informasi  di atas, maka perlu dicari suatu strategi baru berupa pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba yang sesuai dengan permintaan pasar.

 

B. Tujuan Penelitian

 

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengungkap sebab-sebab konsumen mengkonsumsi produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba yang sudah ada di pasaran.

2.  Menjelaskan preferensi konsumen mengenai produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba.

3. Menyusun rancangan pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba yang sesuai dengan permintaan pasar.

 

C. Kerangka pemikiran

 

            Pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba yang diklaim oleh produsen sebagai produk botanikal yang berkhasiat dapat meningkatkan kemampuan daya pikir dan daya ingat saat ini semakin banyak diproduksi oleh industri obat dan farmasi di Indonesia, hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah (17 merek dagang) industri obat dan farmasi nasional yang memproduksi pangan fungsional tersebut.

            Dalam kenyataannya, bentuk produk yang sudah ada di pasaran sampai saat ini bentuknya hampir sama bahkan bisa dikatakan tidak berbeda. Bentuk-bentuk produk tersebut bila dikaitkan dengan atribut yang diinginkan konsumen masih belum sesuai dengan karakteristik konsumen yang dinamis, dan serba instan. Fenomena ini bisa dipandang sebagai peluang untuk memunculkan strategi pertumbuhan pada industri melalui strategi pengembangan produk.

            Untuk menambah tingkat keberhasilan dari  pengembangan produk baru tersebut, maka perlu dilakukan suatu pendekatan strategi bersaing yang memiliki keunggulan komparatif atas produk-produk penggantinya. Dalam implementasinya perlu pula difahami kebutuhan dan ekspektasi konsumen terhadap produk yang akan dikembangkan. Manfaat dari langkah ini adalah selain produk baru tersebut diproduksi sesuai dengan pemenuhan kepuasan konsumen, diharapkan bisa dibuat suatu formulasi bentuk produk yang memiliki keunggulan komparatif dan berbeda dengan produk yang sudah ada di pasar.

            Metode untuk memenuhi keinginan konsumen tersebut dilakukan dengan riset konsumen. Hal-hal yang digali dalam riset konsumen tersebut adalah karakteristik konsumen, latar belakang  dan pengalaman mengkonsumsi pangan fungsional, penilaian terhadap klaim produk, pengetahuan gizi, kapan dan bagaimana menggunakan produk, bagaimana cara mengkonsumsi, apa yang disukai dan yang tidak disukai terhadap produk yang sudah ada, perbaikan apa yang perlu dilakukan terhadap produk yang dikonsumsi, proses pengambilan keputusan yang dilalui konsumen, dan didukung pula oleh data sekunder.

            Hasil riset kemudian ditindak lanjuti sampai terpilih konsep produk yang diinginkan konsumen, hingga akhirnya terkristal kedalam suatu desain bentuk suatu produk. Untuk menjamin validitas produk terpilih kemudian dilakukan uji konsumen melalui disseminasi.  Apabila formulasi bentuk produk telah diterima oleh konsumen (mendapat respon positif), maka perlu dilakukan produksi ulang dalam skala percontohan. Hasil produksi skala percontohan ini diujicobakan ke konsumen kembali. Hasil dari uji konsumen tersebut ditindaklanjuti dengan langkah perbaikan yang mempertimbangkan aspek mutu pada tahap komersialisasi.

            Kerangka pemikiran yang telah diuraikan pada paragraf-paragraf sebelumnya dapat diringkas dalam bentuk bagan di bawah ini :

 

 

Karakteritsik konsumen :

-latar belakang & pengalaman mengkonsumsi

-penilaian thd produk yang ada

-pengetahuan gizi

-apa yg disukai & tidak disukai

-Perbaikan apa yang perlu dilakukan

 


                                                   Umpan  balik

 

 


Generasi Ide                         Proses pengembangan                 

                                           produk pangan suplemen                            Produk Baru

Uji Konsep                         berbahan Ginkgo Biloba

 

 

 


                                         -Konsumen & Ekspektasi

                                         -Teknologi,

                                         -Proses pengambilan keputusan,

                                         -Globalisasi

                                         -Keunggulan komparatif,

-Kelayakan bisnis

-Tujuan bisnis,

-Penjualan dan Pertumbuhan,

-Peningkatan daya saing, Peraturan

-Perubahan gaya hidup

 

 

Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran Pengembangan Produk Pangan fungsional   Berbahan Ginkgo Biloba

 

 

II.                TINJAUAN PUSTAKA

 

 

A.                                      Pengembangan Produk Baru

 

            Salah satu tanggung jawab penting manajemen suatu perusahaan terutama bagian penelitian dan pengembangan (LitBang) adalah membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dan peluang pasar serta menanggapi kebutuhan dan peluang tadi secara cermat dan efektif  dengan mencari jalan keluar atas pemecahannya. Karena produk yang telah ada sedang mengalami, atau sebentar lagi akan menunggu tahap kemerosotan, atau produk yang ada perlu diganti dan perusahaan harus mencari produk baru supaya volume penjualan perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan karena konsumen menginginkan produk baru, sementara para pesaing akan berusaha sekuat tenaga  untuk menyediakannya (Kotler, 1993). Strategi bersaing yang demikian ini (menggabungkan aspek produk dan pasar) disebut strategi konsentrasi, didalamnya terdiri atas tiga bentuk strategi, yaitu penetrasi, pengembangan produk, dan pengembangan pasar (Stahl and Grigsby, 1992).

            Pengembangan produk adalah suatu inovasi yang digambarkan dalam bentuk rangkaian kegiatan guna menghasilkan produk baru.  Kriteria suatu produk bisa dikategorikan baru bila dilihat dari sisi perusahaan maupun pasar masuk kedalam 6 golongan, yaitu (1)  produk baru, produk yang mencipta pasar baru; (2) lini produk baru, produk untuk pertama kali memasuki pasar yang sudah ada; (3) tambahan pada lini produk yang sudah ada, produk yang menambah lini produk yang sudah ada di suatu perusahaan; (4) penyempurnaan atas produk yang sudah ada; (5) penempatan kembali, produk yang sudah ada dipasaran pada pasar baru atau segmen pasar baru; (6) penekanan biaya, produk yang sama dengan produk yang sudah ada pada biaya yang lebih rendah (Hippel, 1985).

            Sebagai suatu strategi,  pertumbuhan industri dan  pengembangan produk baru menurut Best (1991) bagaikan dua misi yang tidak dapat dipisahkan dalam intensitas persaingan suatu industri. Menurut Tjan dalam Pawitra (1993), pengembangan produk merupakan salah satu elemen penting dan mempunyai pengaruh yang kuat bagi keberhasilan suatu usaha. Secara mendasar Nuese dalam Saguy dan Moskowitz (1999) menyebutkan bahwa pengembangan produk baru merupakan darah kehidupan dari suatu industri. Bahkan Best (1991) menyebutkan; dengan pengembangan produk baru, industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya kecenderungan peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan gaya hidup konsumen, peningkatan kesadaran pangan dan gizi, serta adanya peningkatan kesadaran konsumen akan kembali ke pangan alami. Oleh karena itu, agar pengembangan produk dapat berhasil harus dibangun atas prinsip kerja berawal dan berakhir pada konsumen.

            Paradigma konsumen sebagai pusat aktivitas oleh Saguy dan Moskowitz diistilahkan sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen. Paradigma ini dibangun atas  4 pilar, yaitu 2 pilar substantif (pengembangan konsep konsumen dan masukan konsumen) dan 2 pilar fasilitatif (tim dari multidisiplin dan keterlibatan manajemen). Untuk memenuhi 4 pilar tersebut biasanya dilakukan riset konsumen oleh pihak manajemen perusahaan sebagai upaya menyongsong intensitas persaingan pasar yang semakin ketat. Alasan pihak manajemen melakukan langkah ini  menurut Jewson (1991) adalah :

1. Riset konsumen dijadikan sebagai informasi untuk mengurangi risiko dan sekaligus me-  nuju sukses perusahaan

2. Riset konsumen dijadikan sebagai suatu fasilitas pada permulaan proses produk baru.

Orientasi tersebut sesuai dengan falsafah dalam pemasaran yang berorientasi pada pasar/konsumen, yaitu: "Temukan suatu keinginan dan penuhilah"  (Watson, 1997) .

            Riset akademis dari sejumlah sumber memperkuat gagasan bahwa pemahaman akan tuntutan konsumen merupakan faktor penentu yang penting bagi keberhasilan bisnis. Sebagai ilustrasi, kajian Universitas Sussex menyatakan bahwa inovator yang sukses adalah yang memahami keinginan para konsumen, yaitu dapat bekerjasama secara akrab dengan konsumen potensial dan untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan tentang tuntutan konsumen. Selanjutnya Eric Von Hippel (1990) menyebutkan pentingnya manfaat yang diperoleh industriawan untuk menjaga hubungan yang dekat dengan pengguna produk, bukan hanya semata-mata  untuk memahami tuntutannya, akan tetapi juga untuk memperoleh sumber inovasi bagi pengembangan produk selanjutnya. Mengingat pekerjaan pengembangan produk yang sangat kompleks, maka Urban dan Hauser (1993) mengemukakan bahwa pengembangan produk merupakan integrasi lintas fungsi dari bidang-bidang pemasaran, Litbang, produksi dan keuangan.

            Pengembangan produk dilakukan melalui suatu tahapan proses  yang harus dikerjakan  secara sistematis, tetapi dalam penerapannya dipengaruhi oleh strategi terpilih dan sumber daya yang ada dalam suatu perusahaan. Sebagai ilustrasi, pengembangan produk berjalan tidak secara linier, karena dipengaruhi oleh perubahan pada lingkungan (eksternal dan atau internal) serta kejadian-kejadian  kecil yang mungkin tidak kelihatan secara jelas untuk dapat diukur (Peleg, 1994).

            Keberhasilan pengembangan produk di pasar secara umum tidak dapat distandarkan kepada suatu konsep keberhasilan produk lain. Untuk itu, dalam mengukur kinerja pengembangan produk menurut Ulrich dan Eppinger (2000) dapat dinilai atas 5 kriteria, yaitu (1) Kualitas produk; (2) Biaya produksi; (3) Saat mengembangkan produk; (4) Biaya pengembangan produk; (5) Kemampuan mengembangkan produk.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berhasilnya suatu produk baru di pasar ditentukan oleh (1) upaya perusahaan dalam meningkatkan efektivitas seluruh pengelolaan organisasinya terhadap penerapan proses pengembangan produk baru; (2) perhatian perusahaan pada setiap tahap dan proses dengan teknik-teknik terbaik yang digunakan yang dilakukan oleh ketiga komponen utama bagian pemasaran, bagian desain, dan bagian pabrikan/produksi.

 

B.                                      Ginkgo Biloba

 

            Nama Ginkgo Biloba sudah dikenal oleh masyarakat Cina sejak dulu, dalam kitab kuno Chen Noung Pen T'sao sudah disebutkan pula mengenai manfaat dari anggota family Ginkgoceae ini, salah satu kelompok Gymnospermae. William AR Thomson dalam  bukunya yang berjudul A Modern Herbal seperti yang dikutip oleh majalah Trubus no 370 edisi september 2000 mengungkapkan bahwa Ginkgo Biloba mengandung zat aktif seperti Flavonoid, quercetin, luteolin, catechin, tanin dan resin. Kandungan yang lain adalah fatty oil dan essential oil (Duryatmo, 2000).

            Dalam Grolier Academic Encyclopedia buku ke-9 edisi tahun 1980 yang ditulis oleh Glassman disebutkan bahwa Ginkgo Biloba biasa disebut pula dengan sebutan maidenhair tree, sehingga sering dijadikan tanaman hias. Species tanaman ini telah hidup sekitar 190 juta tahun lalu (bahkan menurut Peter R. Hannah sejak 250 juta tahun lalu), dengan tinggi  bisa mencapai 36 meter. Di Eropa dan Amerika utara tanaman ini biasa dijadikan tanaman hias di pinggir jalan, sedangkan di China dan Jepang tanaman ini telah dijadikan tanaman hias pada candi-candi sejak beberapa abad yang lalu. Ginkgo Biloba saat ini telah tersebar keseluruh dunia yang memiliki suhu cenderung dingin. Pohon Ginkgo banyak diminati, karena selain indah bentuknya juga tahan terhadap hama, penyakit, dan mengurangi polusi udara.

            Berbeda dengan anggota genus Ginkgo lainnya yang biasanya evergreen atau selalu berdaun hijau. Pohon ini setiap menjelang musim gugur, daun-daun pada tanaman Ginkgo Biloba selalu berubah kekuningan. Bahkan menurut laporan majalah Trubus, meskipun Indonesia tidak memiliki musim gugur, namun pohon imigran ini tetap menggugurkan daun ketika musim kemarau.

            Ekstrak Ginkgo Biloba menurut Maier dkk (1993) mengandung 25% Flavone glycosides, yaitu suatu senyawa flavonoid dan terpen yang dapat menghambat pembentukan PAF (Platelet Activating Factor), yaitu suatu butir darah merah yang kental. Kekentalan ini akan menghambat aliran darah ke otak dan daerah periferi lainnya. Dengan penghambatan pembentukan PAF tersebut, aliran darah menjadi lebih lancar dan kebutuhan sel otak serta sel-sel tubuh lainnya terhadap oksigen lebih mudah terpenuhi, sehingga otak dan tubuh menjadi lebih segar (Babal, 1992). Bahkan Willard (1995) melaporkan bahwa Ginkgo dapat meningkatkan jumlah saraf transmisi dan jumlah sisi reseptor  pada saraf transmisi. Melengkapi Maier, Honglian dan Niki (1998) menjelaskan lebih lengkap mengenai isi dari ekstrak Ginkgo Biloba yang terdiri atas 2 fraksi yaitu Flavonoid (terdiri dari quercetin, kaempferol, dan isorhamnetin) dan Terpenoid (terdiri dari Ginkgolides dan Bilobalides). Antioksidan dari Ginkgo Biloba menurut Boveris dan Puntarulo (1999) aktivitasnya lebih baik daripada antioksidan yang terdapat dalam biji gandum dan alfalfa untuk digunakan sebagai penjaga aktivitas radikal bebas dan kerusakan yang disebabkan oleh reaksi oksidatifnya.

            Dalam studinya, Maier  meneliti 50 orang yang baru saja dioperasi karena menderita pembengkakan pembuluh darah rentang waktu 7-42 bulan. Pasien diuji dengan uji standar seperti diberi rangsangan, tingkat perhatian dan daya tangkap terhadap uji verbal dan non-verbal.  Mantan pasien yang diberi makanan yang mengandung Ginkgo Biloba selama 12 minggu secara signifikan lebih baik  daya tangkapnya, lebih bisa selektif dalam merespons rangsangan, dan lebih stabil tingkat perhatiannya.

            Mendukung Maier, Petkov dkk (1993) melalui pemberian ekstraks Ginseng (G115) dan Ginkgo Biloba (GK501) kepada mencit selama 7 hari ternyata memberikan hasil keseluruhan dosis yang diberikan memberikan pengaruh pada tingkat pembelajaran, dan daya ingat obyek (mencit) yang diteiliti. Sehingga Petkov dkk dari Institute of Physiology, Bulgarian Academy of Sciences merekomendasikan G115 dan GK501 sebagai obat geriatrik. Hasil ini diperkuat lagi dengan penelitian Rapin dkk (1994)  yang secara signifikan menyebutkan bahwa ekstrak Ginkgo Biloba mampu mengurangi stress yang berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan epinephrine, norepinephrine dan corticosterone.

            Ginkgo Biloba memiliki khasiat seperti tersebut di atas karena ia mengandung flavonoid jenis ginkgolide  dan bilobalide. Flavonoid adalah jenis antioksidan  yang mampu menangkap radikal bebas. Radikal bebas dikenal sebagai perusak sel dan mempercepat proses penuaan. Ginkgolide mencegah terbentuknya bekuan darah atau trombosit di pembuluh darah arteri seperti di pembuluh darah otak dan jantung. Dengan begitu, stroke dan jantung koroner dapat dicegah. Menurut laporan Shen dan Zou (1995) antioksidan yang dikandung didalam Ginkgo Biloba secara signifikan bisa melawan myocardial ischemia dan reaksi yang timbul dari luka-lukanya. Bahkan sebagai obat ia aman dikonsumsi karena tidak merusak hati. Dengan keamanan tersebut membuat David Salim -seorang Manajer Pengembangan Produk Perusahaan Jamu Sido Muncul- memproduksi pangan suplemen berbahan Ginkgo Biloba. Keputusan perusahaan seperti ini juga didukung kenyataan yang menyebutkan bahwa saat ini terdapat dokter-dokter di Eropa yang sudah lama menyertakan ekstrak Ginkgo Biloba dalam resep yang diberikan kepada pasien-pasiennya.

            Bilobalide  yang terdapat pada Ginkgo Biloba mampu menghambat pembengkakan otak, sedangkan proanthocyanidins berfaedah sebagai antioksidan yang bersama kandungan Ginkgo Biloba lainnya berfungsi menurunkan tekanan darah. Khasiat Ginkgo Biloba yang meningkatkan aliran darah juga terjadi di pembuluh darah halus atau kapiler. Dengan demikian menurut Setiawan dalam  majalah Trubus 370 Ginkgo Biloba juga berguna untuk pengobatan pada mata, alzheimer dan rasa dingin di jari tangan.

            Sebagai salah satu komponen isi dari pangan suplemen yang sudah banyak  dikonsumsi oleh masyarakat dunia, Ginkgo Biloba  sementara ini banyak diproduksi dalam bentuk kapsul, namun Giese (1995) sudah mulai mengembangkan pemasyarakatan Ginkgo Biloba dalam bentuk yang lain yaitu sebagai bahan tambahan makanan (food additives) pada beverage (minuman) yang hasilnya dikatakan baik. Pada tahun 1999, Chen dkk dari Universitas Guangxi mencoba membuat juice yang terbuat dari mangga dan Ginkgo Biloba. Maksud dari pembuatan juice ini adalah sebagai makanan kesehatan (health food) dengan kemanfaatan sebagai makanan bagi penderita penyakit jantung.

 

 

III. BAGAN ALIR PENELITIAN

 

            Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:

 

 

Merumuskan masalah  dan Tujuan penelitian

 


Review Jurnal Penelitian dan Studi Pustaka                    Seleksi/uji konsumen

                                                                                               

Identifikasi Peubah Penelitian                                        Desain produk akhir

 


Penentuan Populasi dan Sampel  Penelitian                    Seleksi/uji konsumen

 


Pembuatan Kuesioner                                                   Pilot Plant

 


Pengumpulan Data                                                        Seleksi/uji konsumen

 


Konsep Produk                                                            Analisis dan Pembahasan

 


Seleksi/Uji konsumen                                                    Pelaporan

 

Desain Produk

 

Gambar 3 : Bagan alir penelitian Pengembangan produk pangan fungsional berbahan Ginkgo Biloba

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Babal, K. 1992. Ginkgo Improves Circulation and Brain Function

http://www.ginkgocostcompare.com/articles/vitaminsupplement/v5010txt.html

 

Babcock, D.L. 1991. Managing Engineering and Technology An Introduction to Management for Engineers. Prentice-Hall International Inc, New Jersey.

 

Best, D. 1991. Designing New Products from a Market Perspective. dalam Food Product Development edited by Ernst Graf and Israel Sam Saguy. Chapman & Hal, London.

 

Boveris-AD; Puntarulo-S. 1999. Free-radical Scavenging Actions of Natural antioxidants. Journal of  Nutrition-Research; 18 (9) 1545-1557

 

Chen-GG; Peng-ZW; Huang-SH; Liang-JJ. 1999. Development of a Mango and Ginkgo Juice. Journal of Food-Industry, 2; 8-9.

 

Clarke, K and Thomas, H. 1990. Technological Change and Strategy Formulation dalam The Strategic Management of Technological Innovation. John Wiley & Sons, Chichester, England.

 

Clarke, L. 1994. The Essence of Change (terj). Prentice Hall International Ltd, London.

 

Clarke, A. 1999. Herbs for Health. Journal International-Food-Ingredients, 4; 95-98

 

Dennin, R.J. 2000. The Global Trends of Natural Products. Makalah pada Seminar Pengembangan Usaha & Bursa Hasil Penelitian Obat Asli Indonesia, Jakarta 17 Juli.

 

Duryatmo, S. 2000. Maraknya Pemanfaatan Suplemen Ginkgo Biloba. Trubus 370-September 2000/XXXI

 

Giese, J. 1995. Developments in beverage additives. Journal of Food-Technology; 49 (9); 63-65, 68-70, 72

 

Grolier Academic Encyclopedia. 1980. Books 9. Grolier International. USA

 

Hippel, E.V.  1985. Learning from Lead Users. dalam Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran jilid 2 (terjemahan) edisi keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta.

 

_____________. 1990. Sources of Innovation. Oxford University Press, New York

 

Honglian, Shi; Niki, E. 1998. Stoichiometric and kinetic studies on Ginkgo biloba extract and related antioxidants. Journal of  Lipids; 33 (4); 365-370

 

Jewson, D. 1991. Consumer Research dalam Food Product Development, from concept  to the marketplace . Chapman & Hall, New York.

 

Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran jilid 2 (terj) edisi ke-6. Penerbit Erlangga, Jakarta.

 

Maier, H. K; Landahn, D;  Schilcher, H (ed.). Phillipson, JD (ed.). Loew, D. 1993. Effectiveness of Ginkgo-biloba Special-extract in Patients after Subarachnoid Hemorrhage and Aneurysm Surgery Suffering from Cerebral Insufficiency. First world congress on medicinal and aromatic plants for human welfare (WOCMAP), Maastricht, Netherlands, 19-25 July 1992. Acta-Horticulturae. 1993, No. 332; 273-279.

 

O'neill, M.A;  McKenna, M.A; Fitz, F; Cooper, C.P; Cooper, C.P (ed.); Lockwood, A. 1994. Factors Affecting Future Menu Compilation. Progress-in-tourism,-recreation-and-hospitality-management, Volume 6; 164-174

 

Pawitra, T. 1993. Manajemen di Indonesia : Beberapa Isu Kontemporer. LPFE UI, Jakarta.

 

Peleg, M. 1994. Darwinian Evolution Patterns in Food Products. Food Science and Nutrition, 2(34); 95-108.

 

Petkov, VD. Kehayov, R. Belcheva, S. Konstantinova, E. Petkov, VV. Getova, D. dan  Markovska, V. 1993. Memory effects of standardized extracts of Panax ginseng (G115), Ginkgo biloba (GK 501) and their combination Gincosan R (PHL-00701). Planta-Medica, 2(59); 106-114.

 

Purnomo, S.H dan Zulkieflimansyah. 1999. Manajemen Strategi, Sebuah Konsep Pengantar. LPFE UI, Jakarta.

 

Rapin, J.R; Lamproglou, I; Drieu, K; DeFeudis, F.V. 1994. Demonstration of the "anti-stress" activity of an extract of Ginkgo biloba (EGb 761) using a discrimination learning technique. General-Pharmacology,5(25); 1009-1016

 

Saguy, I. S dan Howard R. Moskowitz. 1999. Integrating the Consumer into New Product Development. Food Technologym, 8(53); 68-73.

 

Shen, J.G, Zhou, D.Y. 1995. Efficiency of Ginkgo biloba extract (EGb 761) in antioxidant protection against myocardial ischemia and reperfusion injury. Biochemistry-and-Molecular-Biology-International, 1(35); 125-134

 

Stahl, M.J and D.W. Grigsby. 1992. Strategic Management for Decision Making. PWS-KENT Publishing Company, Boston

 

Taufik, T.A. 1996. Pengembangan Produk dengan "Concurrent Engineering". Usahawan,  08(XXV) Agustus.

 

Urban, G.L and Hauser, J.R. 1993. Design and Marketing of New Product, second edition. PRENTICE HALL,  Englewood Cliffs, New Jersey

 

Watson, G.H. 1997. Strategic Benchmarking (terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

 

Willard ,T. 1995. Ginkgo Biloba-Good for the Brain, and More!

http://www.ginkgocostcompare.com/articles/vitaminsupplement/v5010txt.html