Copyright

Copyright © 2000 Program Pasca Sarjana IPB

Re-edited 20 December 2000

Makalah Kelompok 3

Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana – S3

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:  Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

Pelestarian Keragaman Hayati

 

 

Oleh: 

Abdul Azis, Abdjad Asih Nawangsih, Aswaldi Anwar, Diana Elizabeth, Irawan Tan, Kamir R Brata, Kusumo Nugroho, Mulyono, Ni Nyoman T.P., Retno Dyah Puspitorini, Rini Kusumawati, Sumardi, Teti Arabia, Widanarni dan Yaherwandi

 

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keragaman hayati yang dimaksudkan didalam makalah ini adalah keragaman hayati terhadap tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisma. Kelestarian Keragaman hayati adalah salah satu bentuk pengejawantahan strategi untuk menyimpan, mempelajari dan menggunakan kekayaan hayati di dunia ini secara berkelanjutan dan berkeseimbangan. Semua kehidupan di dunia ini merupakan bagian dari suatu sistem yang saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain dengan komponen lain dari planet ini: atmosfer, laut, batuan dan tanah. Manusia tergantung secara total pada komunitas hidup ini - biosfer- bagian dimana kita pun termasuk didalamnya. Pada awal kehidupan kegiatan manusia merupakan bagian yang kecil dibandingkan dengan proses yang terjadi di planet ini. Namun saat ini manusia sangat dominan dalam mempengaruhi proses yang mendasar di lingkungan. Deplesi ozon, polusi dunia, perubahan iklim global adalah tonggak keangkuhan keberdayaan manusia terhadap lingkungan.

Pada saat ini pembangunan harkat manusia lebih berorientasi kepada pengembangan ekonomi secara umum, yang diwujudkan dalam berbagai bentuk barang konsumsi. Sementara banyak orang menganggap bahwa pengembangan ekonomi merupakan bagian yang penting bagi milyaran manusia yang hidup di bumi ini, sebagian hidup pada tingkat yang miskin, kelaparan dan tanpa harapan yang berusaha untuk mencapai suatu tingkat harkat kehidupan yang lebih baik, yang merupakan suatu bentuk yang hakiki dari kebutuhan manusia yang paling dasar. Tetapi banyak orang yang mempunyai perhatian lebih kepada tidak hanya kepada kebutuhan pada saat ini saja tetapi kepada masa depan dan harapan bagi milyaran orang yang akan hadir di bumi ini. Kesehatan yang lebih baik, pendidikan, pekerjaan dan berbagai kesempatan untuk hidup yang kreatif perlu bagian-bagian atau tahap-tahap untuk menyusunnya dalam suatu kesatuan yang manusiawi di planet ini dalam suatu kapasitas yang mumpuni.

Pembangunan harus berpusat pada manusia dan berdasar konservasi. Jika kita tidak melindungi struktur, fungsi dan keragamannya, maka pengembangan sistem hayati dunia termasuk manusia dan semua mahluk lain yang ada di dunia ini akan tidak jalan dan lama-lama hancur. Jika kita tidak menggunakan sumberdaya bumi ini secara berkelanjutan dan secara hati-hati, berarti kita menolak kehadiran manusia di masa depan. Pembangunan seharusnya tidak membebani kelompok-kelompok lain atau generasi berikutnya, atau tidak mengancam ketahanan hidup dari mahluk lain.

Pelestarian keragaman hayati adalah kunci keberhasilan untuk suatu proses pembangunan. Pelestarian keragaman hayati bukan berarti hanya menjaga keragaman kehidupan mahluk liar di suaka-suaka, tetapi juga menjaga sistem hayati di bumi ini termasuk yang mendukungnya seperti air , daur ulang oksigen, karbon dan unsur penting lain, mengelola kesuburan tanah, menyediakan makanan dari lahan, menghasilkan obat-obatan, segala bentuk mahluk yang dapat memperbaiki nilai hidup. Dalam kaitannya dengan falsafah sains maka dapat kita telaah melalui empat pendekatan yaitu secara: ontologi. (dari apa yang akan kita kaji, yaitu Keragaman Hayati), kemudian mencari cara-cara untuk mempelajarinya dalam suatu kerangka berpikir yang logik, rasional (epistemologi).   Pelestarian keragaman hayati diwujudkan dengan penekanan kepada masyarakat dunia untuk merubah kebijakan dalam memanfaatkannya yang belum tepat, mengurangi konsumsi bahan yang sulit diperbaiki keberadaannya, hidup sesuai dengan daya dukung bumi ini (aksiologi).  Hal ini yang kemudian dijabarkan dalam 85 macam tindakan untuk memberikan nuansa strategi konservasi. Tindakan ini kemudian dirinci dengan proposal yang terkait dalam HIPOTESIS yang diajukan untuk permasalahan yang ditemukan dan tindakan lanjutan yang jelas dalam implementasinya (teleologi).

 

Keragaman Hayati

Keragaman hayati adalah keragaman total dari gen, spesies, dan ekosistem pada suatu daerah, yang meliputi flora, fauna dan mikroorganisme. Keragaman hayati bukan suatu keadaan statis, melainkan dapat berubah (dinamis). Kedinamisannya ini merupakkan hasil dari proses evolusi alamiah atau akibat pengaruh manusia yang menemukan, menggunakan, atau merubah alam. Banyak daerah yang kelihatannya "alamiah" sebenarnya sudah merupakan hasil dari pengaruh menusia baik dalam bentuk penghunian, pemanfaatan sumberdaya alam atau pembudidayaan. Dalam pembudidayaan manusia biasanya juga melakukan seleksi sehingga dapat mempengaruhi keragaman hayati.

Keragaman hayati dapat dibagi atas tiga kategori secara hirarkis yakni keragaman genetik, spesies, dan ekosistem (Raven, 1992). Keragaman genetik adalah variasi gen yang terdapat pada suatu spesies dalam suatu populasi. Contohnya, varietas padi tradisional yang terdapat di India dan Asia Tenggara memiliki keragaman genetik yang tinggi. Pengukuran keragaman genetik telah banyak dilakukan pada spesies yang dibudidayakan serta populasi yang ada di kebun raya dan kebun binatang. Dengan menggunakan teknik yang sama pengukuran keragaman genetik spesies liar juga terus meningkat.

Keragaman spesies adalah variasi spesies pada suatu daerah (disebut keragaman regional) atau pada habitat/tempat tertentu yang disebut keragaman lokal (Ricklefs, 1979). Pengukuran keragaman dengan menghitung jumlah spesies pada suatu daerah/habitat (spesies richness) sering dilakukan. Pengukuran ini adalah metode yang sederhana, namun belum mempertimbangkan kemerataan (evenness) dari total individu. Karena itu pengukuran keragaman yang lebih teliti juga mengikutsertakan jumlah individu relatif (relative abundance) dari masing-masing spesies yang ditemukan (Ludwig dan Reynolds, 1988), yang secara matematis telah dirumuskan oleh Shannon dan dikenal dengan indeks keragaman.

Pengukuran keragaman spesies akan lebih berarti jika dilengkapi dengan informasi keragaman taksonomis. Sebagai contoh suatu daerah dengan empat spesies burung dan dua spesies kadal tentu merupakan ekosistem yang lebih beragam dibanding daerah dengan enam spesies burung saja (tanpa kadal), walaupun jumlah spesiesnya sama.

Permasalahan

Dinamika bumi yang merupakan perubahan yang terus berlangsung, menjadi ancaman dalam pelestarian sumberdaya hayati dan keragamannya.  Bagaimana peranan manusia (kita) dalam usaha untuk melestarikan keragaman hayati ini.

Hipotesis

H0       : Dinamika bumi tidak mempengaruhi kelestarian keragaman hayati di muka bumi     (falsifikasi Popper).  Manusia tidak perlu mengembangkan kebijakan untuk memelihara kelestariannya

H1       : Dinamika bumi mempengaruhi kelestarian keragaman hayati di muka bumi

 

Manfaat Keragaman Hayati

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia sangat tergantung pada sumberdaya alam, termasuk sumberdaya alam hayati terutama untuk kebutuhan primer. Kebutuhan hidup manusia juga suatu hal yang dinamis, selalu berubah baik dari segi jumlah karena pertambahan populasi maupun jenis akibat kemajuan peradaban dan perubahan lingkungan yang diakibatkannya.

Pemenuhan kebutuhan manusia yang selalu bertambah memerlukan adanya sumber daya hayati yang sebelumnya belum digunakan. Hal ini hanya dimungkinkan jika di alam terdapat keragaman. Tanpa keragaman, manusia tidak mempunyai sumber untuk memenuhi kebutuhannya yang selalu berubah.

Secara garis besar, terdapat tiga kelompok manfaat yang dimiliki oleh keragaman hayati yakni; pangan, obat-obatan, dan rekreasi.

Manfaat keragaman hayati untuk memenuhi kebutuhan pangan dapat dalam bentuk langsung atau tidak langsung. Pada beberapa bagian dunia yang belum berkembang masih banyak penduduk yang secara langsung bergantung pada keragaman hayati. Di Ghana (Afrika) tiga perempat penduduknya memenuhi kebutuhan protein dari keragaman hayati/liar. Pada perikanan (terutama perikanan laut) ketergantungannya lebih besar lagi, sebagian besar kegiatan perikanan laut dunia tergantung pada populasi alam. Manfaat tidak langsung keragaman hayati sebenarnya lebih penting untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu berubah. Keragaman menyediakan sumber genetik untuk merakit varietas baru dengan potensi hasil yang lebih tinggi, atau dengan ketahanan terhadap cekaman (stress) biotik dan abiotik, atau varietas dengan tipe pertumbuhan yang sesuai untuk tujuan budidaya mekanis.

Sebelum dunia industri farmasi begitu maju, hampir seluruh kebutuhan terhadap obat-obatan dipenuhi oleh keragaman hayati (terutama flora). Obat-obatan tradisional telah membantu 80 % penduduk di negara-negara sedang berkembang. Lebih dari 5100 spesies tumbuhan di Cina digunakan sebagai obat-obatan tradisional. Obat-obatan tradisional juga telah dianjurkan oleh WHO, dan pada banyak negara (termasuk negara maju) penggunaanya juga makin meningkat. Pada dunia farmasi modern seperempat obat yang diresepkan mengandung bahan aktif yang diekstrak dari tumbuhan, dan lebih dari 3000 antibiotik berasal dari mikroorganisme. Bahkan, obat-obat sintetik yang ada sekarang struktur kimianya meniru bahan aktif yang dikandung tumbuhan.

Keragaman hayati juga merupakan objek rekreasi yang menarik dan bernilai ekonomi tinggi. Di Canada nilai ekonomi rekreasi alam dengan keragaman hayatinya mencapai 800 juta dolar/tahun, dan di seluruh dunia mencapai 12 milyar dolar.

Jika dikaji lebih teliti tentu manfaat yang dapat diberikan oleh keragaman hayati akan terungkap lebih banyak lagi. Sebenarnya istilah manfaat tidak begitu tepat untuk menggambarkan pentingnya keragaman hayati bagi kehidupan manusia. Mungkin yang lebih tepat adalah ketergantungan manusia terhadap keragaman hayati. Dengan menyadari hal ini tidak ada kesimpulan lain yang dapat dinyatakan selain kita harus menjaga kelestariannya.

KEPUNAHAN KERAGAMAN HAYATI DAN PENYEBABNYA

 

 

Kama tidak pernah tahu yang menebangi hutan-hutan kami dan yang mendapatkan makanan dari lahan kita, tapi kami tahu tempat tinggal mereka di kota, tempat orang kaya menjadi lebih kaya, dan kami orang miskin menjadi lebih miskin (Masyarakat Iban, Sarawak, Malaysia kalimat dalam Global Biodiversivity Strategy).

Hutan tropis adalah salah satu tempat dengan keragaman hayati yang hampir punah. Walaupun di tempat lain seperti Eropa, banyak spesies yang punah (50 persen dalam 60 tahun), peningkatan kepunahan habitat spesies tertentu mengikuti deret ukur.  Banyak spesies yang belum dapat diidentifikasi dengan nama tetapi telah punah.

Dalam mempelajari keragaman hayati dan kepunahannya maka kita perlu mempelajari dalam suatu kerangka berpikir (ESPISTEMOLOGI).  Beberapa teori dapat diajukan dalam mempelajari tentang keragaman hayati ini, seperti teori ENDOSIMBIOTIK dan FILOGENETIK (Woese, 1987).

Penyebab kepunahan keragaman hayati ada yang langsung ada yang tidak langsung.  Penyebab langsung meliput hilangnya habitat dan fragmentasi, invasi oleh spesies yang baru, eksploitasi berlebihan terhadap sumber hidup, polusi, perubahan iklim dunia dan industrialisasi pertanian dan kehutanan.

Mekanisme kehilangan keanekaragaman hayati dapat diringkaskan sebagai berikut:

1.      Kehilangan Habitat dan fragmentasi.  Ekosistem yang tidak terganggu relatif berkurang sejalan dengan peningkatan pertumbuhan populasi dan pemanfaatan sumberdaya oleh manusia.  Sembilan puluh delapan persen hutan tropik kering di sepanjang pantai Pasifik Amerika Tengah tidak kelihatan lagi.  Thailand kehilangan 22 persen hutan bakaunya antara 1961-1985.  Di ekosistem air tawar telah terjadi kerusakan sebagian besar dam-dam dan sungai serta habitat di sepanjang aliran sungai tersebut.  Di ekosistem laut kerusakan terjadi mulai dari pengembangan pantai (reklamasi pantai) untuk pemukiman dan eksploitasi sumberdaya yang berlebihan.  Di hutan tropik penyebab utama kehilangan hutan adalah pengembangan lahan pertanian dengan penebangan pohon-pohon untuk tujuan komersil.

2.      Introduksi spesies baru. Introduksi spesies baru, khususnya di daerah kepulauan dapat mengancam kepunahan spesies asli.  Di Hawaii dari 86 spesies tumbuhan yang diintroduksi beberapa diantaranya secara serius mengancam keragaman hayati setempat, satu spesies pohon yang diintroduksi telah menggantikan lebih dari 30.000 acre lahan hutan hutan asli.  Di Indonesia, penggunaan padi unggul telah menyebabkan hilangnya benih padi tradisional, yang sejak lama menjadi fundamental bagi petani untuk mengontrol pertaniannnya.

3.      Eksploitasi berlebihan terhadap tumbuhan dan binatang.  Sejumlah sumberdaya hutan, ikan dan margasatwa telah dieksploitasi, bahkan sampai titik kepunahan.  Saat ini, Badak Jawa dan Sumatera telah diburu sampai titik ambang kepunahan, begitu juga beberapa vertebrata lainnya.  Banyak kepunahan terjadi karena kegiatan manusia memanen makanan yang berlebihan, demikian hal dengan pencarian gading, penangkapan binatang yang berharga juga dapat menggeser dan punahnya beberapa populasi lainnya.

4.      Pencemaran tanah, air dan udara. Polutan yang mencemari ekosistem dan mengurangi atau menghambat pertumbuhan populasi dari spesies -spesies yang sensitif.  Kontaminasi barangkali telah menyebar di sepanjang rantai makanan: populasi burung hantu di Inggris telah menurun sampai 10 persen sejak rodentisida baru diintroduksi dan penggunaan pestisida ilegal untuk mengendalikan udang karang (crayfish) telah membunuh 30000 burung di sepanjang Taman Nasional Cota Donana Spanyol pada tahun 1985.  Sebagian dari 43 spesies di Taman Nasional Ojcow Polandia telah hilang akibat polusi udara yang berat.

5.      Perubahan iklim global.  Pada dekade sekarang, polusi yang besar-besaran telah menimbulkan efek samping berupa "pemanasan global" dan menyebabkan kerusakan kehidupan organisma dunia.  Kegiatan manusia dapat menyebabkan peningkatan gas rumah kaca (green house effect) di atmosfir yang menyebabkan terjadi peningkatan temperatur global dari 1o sampai 3o C (1o sampai 3o F) selama abad mendatang.  Hal ini juga akan menyebabkan naiknya permukaan laut setiap kenaikan temperatur 1o C

6.      Industri Pertanian dan Kehutanan.  Sampai abad ini para petani mengembangkan dan memelihara berbagai macam tanaman dan hewan ternak di seluruh dunia, tetapi keragaman tanaman dan hewan ternak menyusut cepat dengan program pemuliaan tanaman modern dan menghasilkan peningkatan produksi dengan menanam beberapa varietas tanaman yang sangat responsif terhadap air, pupuk dan pestisida.  Hal ini juga merubah keragaman eksosistem kedalam perkebunan yang monokultur.

Enam penyebab utama kepunahan keragaman hayati

·        Pertumbuhan populasi manusia yang tidak seimbang dengan konsumsi berasal dari sumberdaya alam

·        Penyempitan spektrum produk pertanian, kehutanan dan perikanan yang diperdagangkan

·        Sistem ekonomi dan kebijakan yang gagal untuk memberikan nilai yang sesuai untuk lingkungan dan sumberdayanya

·        Ketimpangan dalam kepemilikan, pengelolaan pengaliran keuntungan baik dari penggunaan dan sumberdaya biologi

·        Rendahnnya tingkat pengetahuan dan penerapannya

·        Sistem kelembagaan dan hukum yang dapat mempromosikan eksploitasi yang berkelanjutan

 

STRATEGI UNTUK PELESTARIAN KERAGAMAN HAYATI 

 

" Suatu proses yang berlangsung di tahun 1990-an yang akan memerlukan jutaan tahun untuk memperbaikinya adalah hilangnya keragaman genetik dan spesies karena perusakan habitat alami. Inilah sebuah kebodohan yang nampaknya anak cucu kita sulit memaafkannya"

E. O. Wilson, Harvard University – US

Tujuan pelestarian keragaman hayati

Keberhasilan tindakan untuk melestarikan keragaman hayati harus diarahkan sepenuhnya pada penyebab kehilangannya dan mencakup kesempatan gen, spesies dan ekosistem tersebut untuk mengadakan perkembangan secara berkelanjutan. Karena tujuan pelestarian keragaman hayati tersebut begitu luas (mendukung perkembangan secara berkelanjutan dengan melindungi dan memanfaatkan sumberdaya hayati tanpa mengurangi keragaman gen dan spesies yang ada di dunia atau merusak habitat dan ekosistem penting), maka strategi pelestarian keragaman hayati juga harus memiliki cakupan yang luas. Tetapi propaganda mengenai hal ini dapat dijabarkan menjadi 3 elemen dasar, yaitu:

·        Selamatkan keragaman hayati

·        Pelajari keragaman hayati tersebut

·        Gunakan secara seimbang dan berkesinambungan

Menyelamatkan keragaman hayati berarti mengambil langkah untuk menjaga gen-gen, spesies dan ekosistem. Cara terbaik untuk mempertahankan spesies adalah dengan mempertahankan habitatnya. Tetapi karena banyak habitat di dunia telah dimodifikasi untuk berbagai keperluan seperti pertanian, maka program penyelamatan harus melibatkan "ukuran " untuk mempertahankan keragaman pada tanah dan air. Komponen ketiga adalah mengembalikan spesies yang hilang ke habitat alaminya dan mempertahankan spesies yang ada di bank gen, kebun binatang, kebun raya dan fasilitas lainnya.

Mempelajari keragaman hayati berarti mendokumentasikan komposisi, distribusi, struktur dan fungsi; memahami peran dan fungsi gen-gen, spesies serta ekosistem; memahami kaitan yang komplek antara sistem yang telah dimodifikasi dan yang natural; menggunakan pemahaman ini untuk mendukung perkembangan berkelanjutan.

Memanfaatkan keragaman hayati secara seimbang dan berkesinambungan berarti menghemat sumberdaya alam sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Bagaimana pelestarian keragaman hayati dalam konteks  perkembangan berkelanjutan dapat dijadikan sebagai sesuatu yang harus disukseskan? Hal ini memerlukan kerjasama dan pemikiran yang baru dalam masyarakat, antara ilmuwan dan pengelola sumberdaya, pemimpin politik, pengusaha, petani ,jurnalis, artis, perencana, guru dan ahli hukum.

Usaha pelestarian yang efektif dapat dimulai dari lapangan, hutan, perairan, padang rumput, kawasan pantai dan tempat-tempat lain dimana manusia hidup dan bekerja.

Pendekatan strategi

Pendekatan strategi ini difokuskan pada kesempatan untuk menghasilkan nilai konservasi yang tinggi. Menurut Global Biodiversivity Strategy (WRI, IUCN, UNEP) ada 5 kunci strategis untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:

1.      Mengembangkan kebijakan secara nasional dan internasional dalam memelihara kelangsungan sumberdaya hayati dan keragamannya

2.      Menciptakan kondisi dan insentif oleh komunitas lokal guna pelestarian yang efektif

3.      Perangkat untuk konservasi keragaman hayati harus diperkuat dan dilaksanakan secara meluas

4.      Kapasitas manusia untuk melakukan konservasi dan memanfaatkan keragaman hayati secara berkelanjutan harus benar-benar diperkuat, khususnya di negara berkembang

5.      Kegiatan konservasi harus dikatalisasi melalui kerjasama internasional dan perencanaan secara nasional

Strategi

"Global Biodiversity Strategy" mengajak semua negara dan masyarakat untuk memulai serta melanjutkan aksi perlindungan keragaman hayati di bumi untuk keuntungan umat manusia sekarang dan generasi yang akan datang.

Ada 85 kegiatan yang diusulkan, yang melibatkan perorangan dan kelembagaan, meliputi: institusi internasional, pemerintahan, organisasi non pemerintah (LSM), ilmuwan dan sektor swasta. Ada 5 dari 85 kegiatan tersebut yang dapat dijadikan kegiatan pemacu (katalisator), yaitu:

·        Mempercepat program konservasi di bawah UNEP (diambil dari Konvensi Internasional Keragaman Hayati, 1992), sehingga kerangka kerja yang jelas dapat diterima dan pengaruh internasional terhadap krisis yang sedang berlangsung dapat diatasi

·        Segera melaksanakan kerja yang nyata dalam strategi konservasi keragaman hayati secara global, secara bersama-sama pada tingkat lokal, nasional dan internasional. Sidang Umum PBB memutuskan bahwa tahun 1994 – 2003 adalah dekade keragaman hayati.

·        Suatu mekanisme seperti panel internasional dalam konservasi keragaman hayati yang terdiri dari wakil pemerintah, ilmuwan, kelompok masyarakat, industri, organisasi badan PBB dan lembaga non pemerintah harus segera dilaksanakan. Prioritas utama dalam panel adalah bahaya hilangnya spesies, tempat dan ekosistem serta memberikan saran prioritas penelitian dan kegiatan.

·        Informasi yang cepat dan terus-menerus tentang keragaman hayati harus tersedia sehingga ancaman yang terjadi segera dapat diketahui.

·        Konservasi keragaman hayati harus diintegrasikan dalam proses kebijakan nasional

Dukungan keuangan juga diperlukan segera dan hal ini dapat menjadi sarana pemacu terlaksananya seluruh kegiatan. Keragaman hayati berkurang sejak dahulu kala, ketika dinasaurus punah 65 juta tahun yang lalu.  Hutan tropis telah dinyatakan sebagai satu-satunya tempat keragaman hayati yang perlu diperhatikan, karena makin berkurang jumlah dan luasannya.  Kehilangan itu dipercepat pada masa sekarang ini.

Aksi- aksi yang perlu dilakukan dalam memelihara keragaman hayati

Aksi pertama

Diambil dari perjanjian internasional untuk keragaman hayati pada tahun 1992. Kerjasama internasional diperlukan untuk mendapatkan suatu penuntun tentang bagaimana sumber-sumber genetik dapat digunakan serta mengetahui manfaat dari sumber tersebut. Hal lain yang diperoleh dari perjanjian tersebut adalah mendapatkan sumber pendanaan yang dapat digunakan untuk melakukan konservasi keragaman hayati di negara berkembang

Aksi kedua

Diambil dari perjanjian internasional keragaman hayati dari tahun 1994-2003

Deklarasi yang dibuat adalah untuk meningkatkan kesadaran akan keragaman hayati serta konservasinya. Perjanjian tersebut juga mengharapkan agar pemerintah berperan aktif dalam memperlambat hilangnya keragaman hayati, serta menyediakan prasarana bagi setiap warga negara yang membantu pemerintah dalam melaksanakan hal tersebut.

Aksi ketiga

·        Mengembangkan suatu tehnik serta pengetahuan dalam menyusun skala prioritas bagi ekosistem, spesies dan konservasi genetik

·        Bekerja-sama dengan badan konservasi dunia seperti U.N. Agencies, IBPGR, IUCN untuk membuat daftar dari sumber genetik ex situ, jenis liar serta domestik

·        Meningkatkan kapasitas manusia untuk dapat melindungi, mempelajari serta memanfaatkan keragaman hayati

·        Menciptakan suatu kerjasama untuk memonitor potensi keragaman hayati

·Aksi keempat

Mengembangkan Jaringan Peringatan Dini (Early Warning Network), hubungannya dengan Konvensi Keragaman Hayati, untuk memantau kelemahan-kelemahan yang potensial pada keragaman hayati dan melakukan aksi untuk melawan kelemahan tersebut.

Aksi kelima

Konservasi keragaman hayati harus diintegrasikan dalam proses kebijakan nasional. Berbagai mekanisme perencanaan dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengintegrasikan pengembangan konservasi keragaman hayati, misalnya rencana kegiatan hutan tropis, "National Biodiversity Action Plan", dan lain-lain.

 

Daftar Pustaka

WRI, IUCN, UNEP.  1992.  Global Biodiversivity Strategy.  (in consultation with FAO, UNESCO).

Woese, C. R. 1987.  Bacterial evolution.  Microbiol. Rev. 51:221-271