© 2001. ALEXANDER SOSELISA Posted 25 May
2001 [rudyct]
Makalah
Falsafah Sains (PPs 702)
Program
Pasca Sarjana / S3
Institut
Pertanian Bogor
Juni 2001
Dosen:
Prof Dr Ir
Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof Dr Ir
Zahrial Coto
Pendekatan
Sistem Informasi
Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Oleh:
E-mail:
alexsosus@yahoo.com
I Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, luas wilayah
nasional 5,0 juta km2; terdiri dari 3,1 juta km2 perairan nasional dan luas
daratan 1,9 juta km2, dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 3,0 juta km2. Dalam
luasan tersebut terdapat panjang garis pantai lebih kurang 81.000 km dan jumlah
pulau-pulau kurang lebih 17.000. Dengan perkataan lain 62% adalah perairan
nasional sedangkan 38% adalah daratan.
Di dalam laut yang begitu luas tersimpan sumberdaya
kelautan yang dapat dibagi atas empat kelompok, (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resources), (2) sumberdaya
tidak dapat pulih (non-renewable
resources), (3) energi kelautan, dan (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Sumberdaya tak
dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sumber
energi terdiri dari OTEC (ocean thermal energy convertion), pasang surut,
gelombang dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan
adalah pariwisata dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum
banyak yang digarap secara optimal karena informasinya belum ditempatkan dalam
suatu sistem basis data yang terpadu sehingga menyulitkan dalam
pencahariannya.
Sumberdaya dapat pulih terdiri dari sumberdaya
perikanan tangkap dan sumberdaya perikanan budidaya (pantai/tambak dan laut).
Berdasarkan hasil kajian KOMNAS KAJIS KANLAUT (1998) bahwa potensi lestari
sumberdaya perikanan Indonesia sebesar 6,26 juta ton per tahun, terdiri dari
ikan pelagis besar (975,05 ribu ton), ikan pelagis kecil (3,235,50 ribu ton),
ikan demersal (1.786,35 ribu ton), ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang
peneid (74,00 ribu ton), lobster (4,80 ribu ton), dan cumi-cumi (28,25 ribu
ton). Dari potensi tersebut sampai pada tahun 1998 baru dimanfaatkan sekitar
58,5 persen. Bila tingkat pemanfaatan maksimum dimungkinkan sampai 90%, berarti
masih tersedia peluang pengembangan sebesar 31,20 % dari potensi sumberdaya
atau sebesar 1,95 juta ton per tahun.
Selain potensi perikanan tangkap, potensi lain yang
dapat dioptimalkan adalah perikanan budidaya, baik budidaya pantai (tambak)
maupun budidaya laut. Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan pesisir
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang
tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya
(ikan banden dan udang windu) sekitar 356.308 ha (Dahuri, et al., 1996). Sementara itu, potensi pengembangan budidaya laut
untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan lain-lain),
kerang-kerangan dan rumput laut, yaitu masing-masing 3,1 juta ha, 971.000 ha,
dan 26.700 ha. Sedangkan potensi produksi budidaya ikan , kerang-kerangan dan
rumput laut adalah 46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. Secara
keseluruhan potensi perikanan budidaya laut tersebut yang baru direalisasikan
sekitar 35% (Dirjen Perikanan, 1997 dalam Dahuri, 2000). Untuk
memanfaatkan potensi perikanan budidaya tersebut perlu diciptakan suatu sistem
informasi perikanan sehingga pengguna dapat mengakses dan memanfaatkannya secara lebih efisien dan efektif.
Salah satu sifat sumberdaya ikan adalah sangat
dinamis yang dapat berubah dengan cepat sesuai dengan ruang dan waktu dan
dengan kondisi lautan yang sangat luas, maka untuk pengelolaan sumberdaya ikan
diperlukan informasi yang lebih spesifik baik secara temporal maupun secara
spasial. Masih banyak informasi mengenai sumberdaya perikanan yang belum
tersedia misalnya dimana ikan berada, kapan, jenis apa saja, berapa banyak,
daerah mana yang belum dimanfaatkan, bagaimana pengaruh kondisi oseanografi
terhadap sumberdaya dan sebagainya.
Melihat potensi perikanan yang begitu besar maka
diperlukan adanya upaya pengelolaan dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya
perikanan. Upaya tersebut diharapkan dapat membantu nelayan dan pengguna lain
(stakeholder) untuk meningkatkan hasil tangkapan dan produksi budidaya dengan
tidak mengganggu potensi kelestarian sumberdaya di perairan serta menghindari
terjadinya kerusakan stok sumberdaya perikanan seperti penangkapan berlebihan (overfishing) dan mencegah sedini mungkin
penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan bahan yang bersifat merusak,
seperti penangkapan ikan karang dengan alat muroami dan penggunaan potasium
dalam penangkapan ikan-ikan karang, karena cara penangkapan yang demikian dapat
berdampak terhadap kerusakan lingkungan.
Pengelolaan sumberdaya
perikanan secara bertanggung jawab dapat dilakukan melalui suatu sistem
informasi. Informasi tersebut akan menjadi bahan dasar dalam usaha memperoleh
gambaran tentang kondisi sumberdaya yang terdapat di perairan secara
kuantitatif dan kualitatif. Informasi sumberdaya dalam bentuk kuantitatif
sangat ditentukan oleh ada-tidaknya data dasar seperti data hasil tangkapan,
upaya tangkap, musim penangkapan dan penyebaran dari setiap sumberdaya
perikanan.
2.1 Pengertian Sistem Informasi
Sistem adalah
kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan informasi
adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang
(Davis, 1999). Informasi dapat
menggambarkan kejadian nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Sumber
dari informasi adalah data yang dapat berbentuk huruf, simbol, alfabet dan lain
sebagainya.
Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu
data yang menyediakan informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana
mengoperasikan sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan
masalah, membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut.
Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan
memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi
tersebut ke lingkungan
Model dasar sistem adalah masukan, pengolahan,
dan pengeluaran. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data
yang telah dikumpulkan dan diolah dalam waktu periode sebelumnya. Oleh karena
itu pada model sistem informasi ditambahkan pula media penyimpan data (data
base) maka fungsi pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi
informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan lanjutan.
Skema dasar sistem
informasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1 (Davis, 1999).
Model dasar ini berguna dalam memahami bukan saja
keseluruhan sistem pengolahan informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan
informasi secara tersendiri. Setiap penerapan dapat dianalisis menjadi masukan,
penyimpanan, pengolahan dan keluaran.
Keberhasilan suatu sistem informasi sangat
bergantung pada sistem basis data. Semakin lengkap, akurat dan mudah dalam
menampilkan kembali data yang ada dalam sistem basis data maka akan semakin
tinggi kualitas sistem informasi tersebut.
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data
yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras
komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu
disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut.
Dengan ditambahkannya penyimpanan data, fungsi pengolahan infomasi bukan lagi
mengubah data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk penggunaan
lanjutan (Jogiyanto, 1999).
2.2 Pengertian Perikanan
Perikanan didefinisikan sebagai
suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya hewan atau
tanaman air yang hidup bebas di laut atau perairan umum. Secara umum, perikanan
dibagi atas perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap adalah
kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman
air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas sedangkan perikanan
budidaya adalah kegiatan ekonomi yang mencakup pembudidayaan hewan dan
tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum
3.1 Tantangan
dan Permasalahan
Dengan terbuka peluang permintaan terhadap produksi
perikanan Indonesia, maka tuntutan untuk meningkatkan produksi perikanan juga
akan semakin meningkat. Sayangnya dalam berbagai hal, terdapat permasalahan
yang dihadapi khususnya dalam menerapkan pemanfaatan sumberdaya perikanan
secara berkelanjutan. Oleh karena itu untuk memenuhi permintaan tersebut maka
tantangan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan perikanan
adalah: (1) Peningkatan kualitas SDM perikanan dan penguasaan IPTEK untuk
mendukung peningkatan produksi; (2) Pengembangan teknologi perikanan yang
berwawasan lingkungan sebagai upaya untuk menjaga kualitas produksi dan
kualitas lingkungan; dan (3) Menjaga dan mengamankan keberlanjutan sumberdaya
perikanan baik dari ancaman pencurian maupun over-eksploitasi sumberdaya yang
berlebihan.
Tantangan dalam pengembangan usaha perikanan di Indonesia
adalah lemahnya sistem data dan informasi perikanan yang berpengaruh terhadap
akurasinya dan ketepatan waktunya. Kelemahan ini dapat mengakibatkan salah
perencanaan yang pada akhirnya bermuara pada kegagalan usaha, sehingga dimata
para bankers usaha perikanan dianggap berisiko pada masa lalu padahal
sumberdaya perikanan masih belum banyak yang digali. Namun pada masa sekarang
dimana sumberdaya tersebut telah dimanfaatkan dan keadaan lingkungan yang
semakin memburuk ketepatan data dan timingnya menjadi sangat menentukan.
Tantangan lain adalah kualitas sumberdaya manusia.
Untuk membangun suatu sistem informasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang
berkualitas yang mampu menguasai teknologi sistem informasi dan
mengoperasikannya dirasakan sangat rendah / sedikit bahkan mungkin tidak ada
samasekali di daerah-daerah tertentu yang potensi perikanan-nya melimpah.
Salah satu permasalahan pembangunan perikanan
Indonesia adalah keterbatasan data dan informasi yang dapat dijadikan rujukan
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Ketersediaan data dan
informasi perikanan yang akurat hingga saat ini masih dipandang sebagai hal
yang tidak begitu penting dan mendesak dalam pembangunan perikanan nasional.
Hingga saat ini, belum ada lembaga yang menangani penyediaan data dan informasi
secara menyeluruh, melainkan masih dilakukan oleh masing-masing instansi sesuai
dengan kebutuhan. Akibatnya sering terjadi perbedaan data dan informasi
perikanan. Sebagai contoh dalam perhitungan potensi lestari perikanan nasional
hingga saat ini masih terdapat perbedaan. Padahal ketersediaan data dan
informasi perikanan yang akurat merupakan faktor penting dalam penyususnan
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya perikanan, khususnya dalam merencanakan
pembangunan perikanan yang optimal dan berkelanjutan, serta menghindari
terjadinya over-eksploitasi sumberdaya perikanan.
Suatu sistem informasi yang bersifat lintas sektor
mempunyai suatu beban yang berat yaitu bagaimana menyelaraskan seluruh instansi
agar tidak ada yang merasa dirugikan, bahkan seluruhnya diharapkan mempunyai
inisiatif untuk bergabung demi tercapainya sistem informasi menyeluruh yang
handal.
Kendala dalam
pengimplementasian sistem informasi yang terintegrasi adalah keberagamannya macam sistem yang telah
ada sejak lama yang tersebar di berbagai instansi baik pemerintah maupun
swasta, baik sipil maupun militer, baik di daerah maupun di pusat. Keberagaman
ini bertambah parah dikarenakan pada kenyataannya tidak seluruh peralatan
penunjang pengumpul data bekerja penuh secara elektronik, akan tetapi masih
banyak pula yang semi-elektronik dan bahkan non-elektronik, sehingga hal ini
benar-benar akan menimbulkan kesulitan di dalam pengintegrasiannya nanti. Jika
semua peralatan harus diubah menjadi elektronik secara keseluruhan sesuai
dengan tuntutan jaman informasi, maka salah satu kendala yang utama adalah
mahalnya harga peralatan elektronik tersebut yang rata-rata memang masih
merupakan barang impor. Hal ini mendorong kemadirian didalam
peralatan-peralatan ini sudah mutlak diperlukan.
3.2 Data dan Informasi Yang Diperlukan
Hingga saat ini informasi tentang perikanan
Indonesia diperoleh dari berbagai sumber informasi baik merupakan instansi
pemerintah, swasta dan masyarakat. Instansi pemerintah yang dapat memberikan informasi
tentang perikanan adalah departemen dan non-departemen. Departemen yang
langsung berhubungan dengan perikanan adalah Departemen Kelautan dan Perikanan
dan Dinas-dinas Perikanan di daerah, sementara departemen lain yang secara
tidak langsung berhubungan dengan informasi perikanan adalah Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja,
Departemen Keuangan, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan
Keamanan/Polri dan Departemen Hukum dan Perundang-Undangan. Sedangkan instansi
non-departemen yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan perikanan
adalah lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian seperti BPPT, LIPI,
BAKOSURTANAL, dan LAPAN, serta Universitas-Universitas.
Dari pihak swasta, informasi perikanan dapat
diperoleh dari perusahaan-perusahaan atau industri-industri yang bergerak dalam
bidang perikanan. Di Indonesia perusahaan-perusahaan atau industri-indutri ini
sangat banyak dan bervariasi serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Mereka mempunyai kantor-kantor perwakilan di daerah-daerah.
Dari pihak masyarakat, informasi perikanan dapat
diperoleh dari koperasi-koperasi unit desa (KUD) yang berusaha dalam bidang
perikanan. Mereka ini berada dalam jumlah yang banyak dan tersebar di daerah-daerah
yang mempunyai potensi perikanan. Disamping itu terdapat juga lembaga-lembaga
sosial masyarakat (LSM) yang berusaha di bidang Perikanan.
Bila dilihat dari jalur
infomasi perikanan dari daerah sampai ke pusat, secara fungsional sistim
informasi perikanan Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) bagian. Di tingkat pusat,
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) hanya berfungsi sebagai koordinasi,
sedangkan di tingkat provinsi dapat bersifat melakukan monitor, dan di tingkat
kabupaten/kota dan kecamatan bersifat aktif. Di tingkat kecamatan atau
kota/kabupaten pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan fasilitasnya
dibangun. Di tingkat pusat sendiri, DKP
juga merupakan salah satu bagian dari jaringan informasi perikanan yang
nantinya diharapkan dapat bersifat koordinatif terhadap sistem-sistem lain yang
ada pada jaringan tersebut. Seperti pada perguruan-perguruan tinggi,
pusat-pusat penelitian, lembaga-lembaga pemerintah non-departemen, LSM-LSM, dan
lain-lain. Hubungan antara lembaga-lemabaga di atas dapat dilihat pada gambar
2.
Pembentukan sistem informsi perikanan memerlukan
informasi perikanan. Informasi perikanan
yang diperlukan dikelompokkan dalam informasi perikanan tangkap dan informasi
perikanan budidaya. Informasi perikanan tangkap yang diperlukan meliputi:
(1) distribusi spasial dan temporal
jenis-jenis sumberdaya perikanan, (2)
potensi lestari setiap jenis sumberdaya perikanan, (3) persyaratan
ekologis bagi kehidupan dan pertumbuhan setiap jenis sumberdaya perikanan, (4)
trophodynamics (transfer energi dan materi antar trophic level) dalam suatu
ekosistem perairan dimana sumberdaya perikanan yang dikelola hidup, (5) dinamika populasi sumberdaya perikanan,
(6) sejarah hidup dari sumberdaya
perikanan, (7) kualitas perairan dimana
sumberdaya hidup, dan (8) tingkat penangkapan/pemanfaatan terhadap sumberdaya
perikanan, dalam bentuk upaya tangkap secara berkala. (9) Jumlah armada
penangkapan ikan dari berbagai ukuran baik yang artisanal maupun modern secara
spasial dan temporal serta jumlah nelayan yang memang benar-benar melakukan
kegiatan sebagai nelayan.
Sementara kegiatan
perikanan budidaya merupakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
perairan untuk membesarkan biota air (hewan maupun nabati) secara optimal. Agar
kegiatan perikanan budidaya dapat berkelanjutan maka pemilihan lokasi harus
dilakukan secara benar dan kegiatan/proses produksi hendaknya dilakukan menurut
kaidah-kaidah ekologis dan ekonomis. Secara garis besar informasi utama yang
diperlukan pada saat pemilihan lokasi adalah tentang kondisi biofisik (dari
mulai kuantitas dan kualitas air, topografi, jenis tanah), pemilihan benih dan
kondisi iklim. Sementara pada proses produksi, selain aspek lain yang
menyangkut nutrisi, hama dan penyekit, genetika, pertumbuhan, dan interaksi
ekologis biota yang dibudidayakan serta kualitas air, juga konversi pakan yang
ditambahkan menjadi limbah yang terbuang ke perairan umum.
Dalam upaya mendapat sistem
informasi perikanan yang terpadu, sistem informasi perikanan Indonesia dikembangkan
dengan konsep sebagai berikut:
1) Sistem informasi perikanan
Indonesia dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan.
2) Mendayagunakan
sistem-sistem yang sudah ada – baik sistem informasi maupun sistem komunikasi
secara maksimal.
3) Dalam langkah pendayagunaan
tersebut, maka usaha intervensi dan atau modifikasi sistem informasi yang telah
ada ditekan seminimal mungkin.
4) Pemanfaatan
teknologi-teknologi mutakhir, yang cocok dengan spesifikasi di atas.
Sistem informasi perikanan Indonesia pada dasarnya
berfungsi sebagai sebuah infrastruktur informasi yang dapat digunakan untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang ada dan mengakomodir semua tujuan yang
diharapkan. Sistem ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berbasis
multimedia kepada penggunanya.
Sesuai dengan tujuannya,
prinsip pengembangan sistem informasi perikanan Indonesia adalah (1)
mengembangkan dan menyatukan sistem informasi tentang perikanan Indonesia yang
sudah ada menjadi sebuah sistem “network” perikanan, (2) mendisain dan membangun sistem informasi
yang belum tersedia kemudian menyambungkannya dalam sistem network perikanan,
(3) mendisain dan membangun pusat-pusat pelayanan data informasi, dan (4)
merekayasa sebuah “protokol” bagi sistem “network” perikanan Indonesia.
Sebuah sistem informasi yang terintegrasi, sebagai
realisasi akan adanya kebutuhan suatu sistem pemantau, harus dibangun untuk
memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Sistem ini yang dinamakan Sistem
Informasi Perikanan Indonesia mempunyai
kegunaan antara lain:
a) Mendukung terciptanya
suasana sinergis antara sistem-sistem informasi yang berkaitan dengan perikanan
baik yang sudah ada, yang sedang dikembangkan, maupun yang sedang direncanakan.
b) Menekan pemborosan akibat
adanya duplikasi data yang berkaitan dengan perikanan, sekaligus menjadi saling
melengkapinya.
c) Menciptakan suatu sistem
pendataan yang efisien dan sederhana hingga mudah dimengerti oleh berbagai
pihak.
d) Mengsyaratkan data-data
yang berkaitan dengan perikanan sehingga mudah dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat maupun instansi yang memerlukan.
e) Menyediakan data-data yang
berkaitan dengan perikanan secara cepat.
f) Mendidik masyarakat untuk
dapat mengerti karakteristik perikanan Indonesia.
g) Menciptakan rasa
kepemilikan yang bertanggung jawab terhadap perikanan Indonesia pada masyarakat
Indonesia secara umum.
h) Menyediakan informasi yang
dibutuhkan secara lebih valid dan lengkap untuk menjadikan kebijakan lebih
efektif.
Keuntungan yang diperoleh
dari ketersediaan sistem informasi perikanan Indonesia dapat dilihat dari 3
(tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai pengambil keputusan, dan
sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data keuntungan diperoleh dengan
adanya pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang menjual informasi dengan
dimensi lebih luas. Sisi pengambil keputusan memperoleh manfaat di dalam
peningkatan pelayanan, pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, maupun
kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan dari sisi
pengguna informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas tindakan yang
tidak tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan.
Sebagai negara kepulauan, Indoensia sudah seharusnya
mempunyai Sistem Informasi Perikanan Indonesia. Sistem informasi ini akan
memberikan manfaat yang besar terutama didalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
secara berkelanjutan. Keterpaduan dari berbagai elemen sistem informasi
perikanan secara sinergis akan memberikan atau menciptakan kondisi yang
kondusif dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara arif dan bijaksana
dengan berpedoman pada aspek konservasi.
Di era otonomisasi, sistem informasi perikanan akan
memberikan dampak yang positip bagi pembangunan daerah. Sistim informasi
perikanan daerah akan disempurnakan dengan berbagai informasi dari sumber lain
yang sehingga daerah dapat melakukan perencanaan dan pengelolaan
potensi sumberdaya perikanan secara terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena
itu kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan akademisi baik ditingkat pusat
maupun di daerah perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi ini akan memicu tumbuhnya
rasa kepedulian terhadap perikanan.
Pengembangan
data dan informasi sebagai bahan perencanaan pembangunan perikanan haruslah
mengintegrasikan data-data lainnya seperti aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi. Sehubungan dengan sifat yang dinamis dan kompleksitas dari sumberdaya
perikanan, maka ketersediaan data yang akurat dan terpecaya menjadi penting.
Dalam mengembangkan sistem
informasi perikanan, maka beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah (1)
penyempurnaan metode dan kerangka survei statistik perikanan, (2) penyempurnaan
buku pedoman survei statistik perikanan, (3) pengembangan sistem data
statistik, (4) pelatihan enumerator dan supervisor pengumpulan data serta
pengolah data, (5) uji coba pedoman survei statistik perikanan dan (6)
sosialisasi sistem data statistik.
Dampak dari adanya Sistem
Informasi Perikanan Indonesia adalah meningkatnya kesejahtraan masyarakat
Indonesia dari waktu ke waktu. Dengan kesejahtraan yang meningkat, lingkungan
sumberdaya perikanan akan lestari pula.
Burch,
J.G., F.R.Strater, and G.Grundnitski. 1979. Information
Systems: Theory And Practice. Wiley & Sons. News York, USA.
Cholik,
F. 2000. Kondisi Perikanan Peluang dan
Tantangan. Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan Talk Show Marine
Techno and Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Dahuri, R. 1993. Model Pembangunan Sumber Daya
Perikanan Secara Berkelanjutan. Dalam Prosiding
Simposium Perikanan Indonesia I. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan, Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Perikanan
Indonesia bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency. Jakarta,
Indonesia. hal 297 - 316.
Dahuri, R., J.Rais, S.P.Ginting dan M.J.Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri, R. 2000. Otonomi
Daerah, Peluang dan Tantangannya Dalam Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan Talk Show Marine Techno and
Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Dahuri, R. 2000. Pengembangan IPTEK Kelautan Untuk
Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Dalam Prosiding
Seminar Kelautan 2000 Peranan Ilmu Ilmiah Dalam Eksplorasi, Eksploitasi, dan
Pelestarian Sumber Daya Laut. Pusat Studi Kelautan FMIPA Universitas
Indonesia bekerjasama dengan Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta, Indonesia.
hal 33 – 48.
Davis, G.B. 1999.
Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I Pengantar. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta, Indonesia.
Jogiyanto, H.M. 1992. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Tersruktur Teori dan
Praktek Aplikasi Bisnis. Andi Yogyakarta. 887 hal.
KOMNAS KAJIS KANLAUT (Komisi Nasional Pengkajian
Sumber Daya Perikanan Laut). 1998. Potensi,
Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumber Daya Ikan Laut di Perairan
Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta, Indonesia. 251 hal.
Pasaribu, B.P. 2000. Pengembangan Riset dan Teknologi Pada Sektor Kelautan dan Perikanan.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan Talk Show Marine Techno and
Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Pharmasetiawan, B., R.Mastra, B.P.Resosudarmo, S.Hakim
Ad Dairi dan Y.Budiyanto. 2000. Sistim
Informasi Kelautan Terpadu, Sebuah Sumbangan Konsep Untuk Pembangunan Pusat
Data Kelautan di Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional dan
Talk Show Marine Techno and Fisheries 2000, Jakarta. 8 – 9 Agustus.
Purwaka, T.H. 1993. Peranan Monitoring, Control dan
Surveillance (MCS) Dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Prosiding
Simposium Perikanan Indonesia I. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan, Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Perikanan
Indonesia bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency. Jakarta,
Indonesia. hal 317 – 330.
Sari, T.E.Y. 2000. Pengembangan Sistem Informasi
Perikanan di Perairan Bengkalis Propinsi Riau. M.Si Thesis Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Indonesia.
Tahir, A. 2000. Kebutuhan Data dan Informasi Bagi
Perencanaan Pembangunan Perikanan. Warta
Pesisir dan Lautan II (04):
8-10. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, Indonesia.