© 2001. Faizah Hamzah Posted 15 June2001 [rudyct]
Makalah Falsafah Sains (PPs 702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
April 2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)
Prof Dr Ir Zahrial Coto
RANCANGAN PENELITIAN:
TEKNIK BIOFLOKULASI Alcaligenus latus PADA INDUSTRI TEPUNG UBI KAYU UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Oleh:
FAIZAH
HAMZAH
IPK/P.14600011
E-mail: fh1960@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Tulisan ini dengan judul TEKNIK BIOFLOKULASI Alcaligenus latus PADA INDUSTRI TEPUNG UBI KAYU UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN disusun sebagai tugas individu dalam mata kuliah Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS 702).
Pengambilan judul tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa :
Indonesia sekarang ini berada pada tahap awal pelaksanaan otonomi daerah yang diperkirakan akan menghadapi beberapa persoalan salah satunya yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan hasil industri.
Aspek pengelolaan dan pengolahan bahan-baku ubi kayu yang dipermasalahkan limbahnya dalam penerapan produksi bersih dengan teknologi bioflokulasi mikroorganisme oleh karena itu selain untuk memenuhi tugas mata kuliah, proposal ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan masukan oleh pihak yang berkepentingan.
Terima kasih kepada yang terhormat Prof.Dr.Ir. Rudy C. Tarumingkeng dan Prof.Dr.Ir. Zahrial Coto sebagai dosen pengasuh mata kuliah Falsafah Sains yang telah memberikan pengetahuan tentang mata kuliah ini. Dengan demikian penulis menyusun berupa proposal penelitian dan juga salah satu tugas dari Tri Darma Perguruan Tinggi (bidang penelitian) sebagai tugas dosen yang akan dilaksanakan. Akhirnya saya sebagai penulis membuat semaksimal mungkin yang ada tersirat tinjauan isi falsafah sains yang dimaksud. Semoga tulisan proposal ini ada manfaatnya.
I.1. Latar Belakang
Industri tepung ubi kayu di Sumatera merupakan penghasil bahan makanan relatif cukup banyak juga merupakan salah satu jenis industri pertanian (agro Industri) yang cukup banyak tersebar di Indonesia. Untuk lokasi di Sumatera produksi ubi kayu saat ini tercatat 5.039.009 ton dari keseluruhan produksi ubi kayu Indonesia yang mencapai 11.337.750 ton (Biro Pusat Statistik, 1998).
Industri ubi kayu saat ini kondisinya banyak menimbulkan masalah lingkungan, akibat kegiatan industri tersebut, sehingga sudah selayaknya diperhatikan dan dikendalikan, seandainya tidak ditangani dengan seksama akan menimbulkan potensi besar mencemari lingkungan, dimana sebahagian bekas industri ini masih banyak berlokasi dekat pemukiman yang penduduknya padat dan ditepi sungai, sehingga terjadi keluhan-keluhan, kritikan-kritikan dari masyarakat luas sekitar areal pabrik. Kalau tidak ditanggapi serius bisa menimbulkan kerusakan fatal yang tidak diinginkan.
Produksi bersih yaitu suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat perventif dan berintegrasi untuk mencegah atau mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya atau lebih tepatnya keseluruhan siklus pembuatan suatu produk.
Kemudian sehubungan menerapkan produksi bersih ini akibat kegiatan industri ubi kayu yang tumbuh makin cepat perlu dikendalikan. Pengendalian tersebut makin cepat perlu dikendalikan. Pengendalian tersebut dimulai tahap pemilihan bahan baku hingga akhir produksi. Dibutuhkan pula informasi pemilihan bahan baku yang bersih dari bahan pencemar, teknologi proses yang bersih dan mampu menghasilkan limbah yang sedikit efisien proses yang tinggi serta didukung teknologi daur ulang bahan buangan dan penanganan limbah.
I.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalahnya, sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia terus melaksanakan berbagai pembangunan disegala bidang baik dibidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Pembangunan berbagai industri sebagai sarana dalam pembangunan ekonomi suatu negara, juga menimbulkan akibat samping yang tidak diinginkan terhadap lingkungan karena dapat merusak keseimbangan sumber daya alam, kelestarian dan daya dukung lingkungan.
Awalnya strategi pengolahan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Konsep daya dukung ini kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala yang timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan yang kemudian tercemar dan rusak, sehingga memerlukan biaya tinggi.
Konsep strategi pengolahan lingkungan akhirnya berubah menjadi upaya pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan hidup bisa lebih ditingkatkan.
Cara ini kurang efektif karena membutuhkan lahan yang lebih luas, waktu dan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan pengendalian limbah secara preventif mulai dari awal proses produksi.
Walaupun demikian masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan masih terus berlangsung, sehingga saat ini strategi pengolahan lingkungan berubah menjadi upaya preventif atau pencegahan dan dikembangkan menjadi prinsip produksi bersih (cleaner production) sebagai suatu stategi preventif yang operasional dan terpadu.
1.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran. Upaya minimisasi limbah dari proses pembuatan tepung ubi kayu salah satunya memanfaatkan kembali limbah padat industri ubi kayu yaitu ampas, setelah mengalami hidrolisis, sebagai sumber carbon untuk pertumbuhan mikroba Alcaligenes latus yang akan nantinya menghasilkan bioflokulan pada kegiatan metabolismenya.
Bioflukulan yang diproduksi digunakan untuk memflokulasi bahan padatan teruspensi dalam limbah cair industri tapioka. Dengan demikian penggunaan bahan flokulasi sintetik dapat merusak lingkungan dan merupakan sumber pencemar yang sangat berbahaya bagi generasi yang akan datang. Penggunaan bioflokulan yang dapat didegradasi secara biologis akan meminisasi kerusakan lingkungan dan resiko bagi kesehatan manusia.
Biopolimer dari Alcaligenus latus merupakan salah satu micro organisme penghasil bioflokulan, menunjukkan aktifitas flokulasi yang baik pada bahan padatan organik dan anorganik terlarut dalam larutan, seperti liat kaolin, limbah cair kosmetik serta dapat secara efisien menflokulasi emulsi minyak, upaya penanganan limbah cair industri ubi kayu merupakan upaya untuk memperoleh nir limbah atau zerro emission.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan penerapan produksi bersih dengan teknik bioflokulasi Alcagenus latus pada industri tepung ubi kayu untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
Umumnya
minimisasi limbah industri tepung ubi kayu dengan berupaya untuk mencegah
mengurangi dan menghilangkan terbentuknya limbah, sehingga dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan efisiensi penggunaan sumberdaya alam
dan energi.
Khususnya, limbah padat industri ubi kayu manfaatnya sebagai sumber karbon untuk memproduksi bioflokulan, dan bioflokulan dapat menangani limbah cair industri ubi kayu .
1. Mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari industri ubi kayu (limbah padat dan limbah cair).
2. Limbah padat dijadikan sumber carbon sebagai substrat untuk memproduksi bioflokulan Alcaligenes latus
3. Teknik bioflokulasi dapat memflokulasi bahan padatan organik tersuspensi dalam limbah cair yang dihasilkan oleh industri ubi kayu.
4. Teknik bioflokulasi menyebabkan limbah cair aman dibuang keperairan.
Penelitian ini ada tiga tahap :
1.
Penelitian dilapangan (lokasinya daerah Riau) guna memperoleh :
a.
Data kualitas dan kuantitas limbah cair dan limbah padat ubi kayu
diseluruh daur proses produksi
b.
Untuk mengetahui sejauhmana penerapan produksi bersih industri ubi kayu
di lapangan.
2.
Penelitian kajian pemanfaatan limbah padat sebagai substrat Alcaligenus latus untuk menangani limbah cair, dilakukan
dilaboratorium.
3.
Uji bioassay (Lc50) limbah cair terhadap ikan dilakukan di laboratorium.
Tahapan penelitian
1.
Survey dilapangan
Metode penelitian lapangan merupakan penelitian pendahuluan yang
meliputi pengukuran dan pengamatan lapangan serta wawancara, untuk mengumpulkan
data primer dan data sekunnder industri didaerah Riau. Data diperoleh dengan
observasi lapangan untuk mengetahui kondisi dan lokasi industri.
1.1.
Pengkajian proses produksi dan teknologi yang diterapkan oleh industri
1.2.
Identifikasi bahan kimia yang digunakan dan klasifikasi menurut potensi
pencemaran
1.3.
Identifikasi metode atau cara penyimpanan,
pemindahan dan penggunaan bahan-bahan kimia yang berpotensi dan berbahaya
terhadap lingkungan maupun bagi kesehatan.
1.4.
Identifikasi sumber dan karakteristik limbah
1.5.
Identifikasi cara-cara minimisasi limbah yang telah dijalankan oleh
industri dalam hal ini ubi kayu, evaluasi efektivitas, masalah, hambatan,
keuntungan, kerugian dari cara-cara minimisasi limbah yang dijalankan oleh
industri ubi kayu.
2.
Kajian pemanfaatan limbah
2.1.
Pembuatan gula sederhana dari ampas tapioka sebagai substrat Alcaligenus latus (metode juanbaro dan pigjaner, 1996)
2.2.
Produksi bioflokulan (juanbaro dan Puigjaner, 1996) mulai perbanyakan sel,
penyegaran sel dan propagasi).
2.3.
Uji bioflokulan pada liat kaolin (Kurane, 1996).
Aktifitas
Flokulasi = 1/A – 1/B
Keterangan
: A = OD pada 550 nm dari contoh
B
= OD pada 550 nm dari blanko
2.4.
Uji bioflokulan pada limbah cair ubi kayu (metode kurane, 1996) parameter
yang akan diamati yaitu aktivitas floulasi, dosis bioflokulan, CaCl2
dan alum yang optimum), kualitas limbah cair ubi kayu yang telah diberi
perlakuan dengan bioflokulan, dianalisis pH, kekeruhan, BOD5, COD,
muatan padatan tersuspensi (MPT), CN.
3.
Uji bioassay (LC50) limbah cair terhadap ikan
Bahan
: ikan, limbah cair industri yang sudah diberi bioflokulasi larutan KMnO4
20 ppm yang digunakan desinfektan pada wadah pengujian, bahan – bahan yang
digunakan dalam pengukuran parameter air yaitu BOD5, COD dan Sianida.
Alat-alat : wadah pengujian, blower, water beater otomatis
Prosedurnya mulai persiapan percobaan, ikan diuji dan media uji berupa limbah cair pada konsentrasi tertentu didalam air (Komisi Pestisida, 1993).
Rancangan Percobaan
Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 11 taraf
konsentrasi dan dua ulangan. Jumlah ikan yang mati dicatat pada 8 waktu yang
berbeda (2-96 jam). Selanjutnya
untuk mendapatkan nilai LC-50 pada waktu pemaparan 2,4,8,16, 24,48,72, dan 96
jam dilakukan analisis data dengan program komputer EFFL 2,0.
1.
Analisis hasil survey menggunakan analisis gerombol dan uji – t (metode
pautan tunggal dan jarak euclidian)
D
=
Keterangan :
D = Jarak euclidian antara titik X dan Y
Xi = Nilai amatan titik X pada peubah ke I
Yi = Nilai amatan titik Y pada peubah ke I
Tujuannya : dasar untuk melakukan pemilihan industri ubi kayu untuk keperluan pengambilan sampel limbah.
2.
Analisis Konsentrasi Gula Sederhana dan Lama Waktu Fermentasi. Parameter
yang diukur aktivitas flokulasi (OD). Perlakuan konsentrasi gula 3 taraf (5,10
dan 15 gr/l) dan lama waktu 6 taraf (0,60;72;84;96 dan 108 jam) dalam RAL
faktorial.
Model : Yijk = m + Ki + Fj + (KF)ij + Sijk
Keterangan : I = 1,2,3 ; J = 1,2 ….6 ; K = 1,2 ;
Tujuannya : untuk mengetahui konc gula sederhana dan waktu fermentasi optimum yang akan digunakan pada tahap percobaan selanjutnya.
3.
Analisis Konsentrasi Bioflokulan (RAL) dengan perlakuan bioflokulan
dengan 6 tarap volume (2; 3,5; 5; 6,5; 8 dan 9,5 ml)
Parameter
: diukur kekeruhan (FTU)
Model
: Yij = m
+ Vi + Sij
Keterangan
: I (perlakuan bioflokulan 6 tarap vol (ml)
J (ujud limbah) i =
1,2,3,…. 6; j = 1,2.
Tujuannya : untuk menentukan konc bioflokulan optimum yang akan
digunakan pada tahap percobaan selanjutnya.
4.
Analisis Konsentrasi CaCl2, digunakan RAL dengan perlakuan
konsentrasi CaCl2
40 % 6 taraf (1,2 …..6 ml).
Parameter yang diukur kekeruhan (FTU)
Model
: Yij = m
+ Vi + Sij
Keterangan
: i = 1, 2 ……. 6 j
= 1, 2;
Tujuannya : untuk menentukan vol CaCl2 40 % optimum yang akan
digunakan pada tahap percobaan selanjutnya.
5.
Analisis Konsentrasi Bioflokulan dan CaCl2
RAL
faktorial dengan perlakuan bioflokulan 2 taraf (2,5 dan 9,5 ml) (CaCl2 40 % 3 taraf (1; 3; 6 ml) dengan kelompok
hari yang berbeda. Parameter yang diukur yaitu kekeruhan (FTU).
Model
= Yijk = m + Ki + Bj + Ck + (BC) jk + Sijkl
Keterangan
: i = 1,2; j = 1,2,3 ; k = 1,2,3; l = 1,2;
Tujuannya : untuk menentukan volume bioflokulan dan CaCl2 40
% optimum yang akan digunakan tahap
percobaan selanjutnya.
6.
Analisis Konsentrasi Alum
RAL
dengan perlakuan konc Alum 5 %, 6 taraf vol parameter yang diukur adalah
kekeruhan (FTU)
Model
= Yij = m + Vi + Sij
Keterangan
: i = 1,2,3 …6 j = 1,2;
Tujuannya : untuk menentukan vol ulum 5 % opt yang akan digunakan pada
tahap percobaan selanjutnya.
7.
Analisis Konsentrasi Bioflokulan CaCl2 dan Alum
RAL
contoh dengan perlakuan :
kontrol (blainko), limbah cair tidak diberikan perlakuan CaCl2
bioflokulan dan alum
limbah cair dengan perlakuan bioflokulan dan CaCl2
limbah cair dengan perlakuan alum
limbah cair dengan perlakuan CaCl2 bioflokulan dan alum
limbah cair dengan perlakuan bioflokulan dan alum
Parameter
yang diukur : FTU, MPT, BOD5, COD dan sianida (mg/l). Limbah cair
dari beberapa industri yang berbeda. Setiap perlakuan dicobakan pada 2 unit
limbah Masing-masing limbah diberi 5 perlakuan yang berbeda dan 2 ulangan setiap
perlakuan.
Model
= Yijk = m +Pi +Bj + Cij + Sijk
Keterangan
: i = 1,2,3, ….n ; j = 1,2, …5
; k = 1,2;
Tujuannya : untuk menentukan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap parameter yang diukur.
Dua
sumber keragaman yang menyumbang pada ragam untuk pembanding nilai tengah
perlakuan antara lain :
a.
Keragaman antar limbah cair industri yang diberi perlakuan sama dengan
kata lain merupakan keragaman antar limbar cair dalam perusahaan tepung ubi kayu
yang sama. karena perlakuan yang berbeda dikenakan pada perusahaan yang berbeda
pula maka keragaman antar limbah cair akan muncul dalam perbandingan nilai
tengah perlakuan.
b.
Keragaman antar limbah cair ubi kayu
dalam perusahaan yang
berbeda tetapi mendapatkan perlakuan yang sama, dengan kata lain keragaman antar
perusahaan dalam perlakuan yang sama.
Kedua keragaman merupakan galat penarikan contoh
(sampling error) dan galat percobaan (experimental error), bila keragaman yang
keduanya tidak ada, maka penarikan kuadrat tengahnya kira-kira akan sama. Galat
penarikan contoh yang besar, menunjukkan bahwa limbah yang digunakan belum
terlalu seragam (Gasperz. V, 1987).
8.
Analisis Pengenceran (Dilution)
RAL
dengan perlakuan :
kontrol (blanko) limbah cair tidak diberikan perlakuan bioflokulasi
maupun pengenceran
limbah cair dengan bioflokulasi pengenceran 0 %
limbah cair dengan bioflokulasi dan pengenceran 25 %
limbah cair dengan biflokulasi dan pengenceran 50 %
limbah cair dengan bioflokulasi dan pengenceran 75 %
Parameter yang diukur : FTU, MPT, BOD5, COD dan Sianida (mg/l)
Model = Yij = m + Vi + Sij
Keterangan : I = 1,2, …5, j = 1,2;
Tujuannya : untuk menentukan perlakuan yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diukur.
9. Uji Bioassay terhadap Komoditi (contohnya : ikan)
RAL dengan perlakuan konsentrasi limbah cair yang telah dilakukan biflokulasi 11 taraf (0; 10; 15; 20; 25; 35; 50; 65; 75; 80 dan 100 %). Parameter yang diukur adalah jumlah ikan yang mati. Respon dicatat 8 waktu pengamatan yang berbeda. (2; 4; 8; 16; 24; 48; 72; dan 96 jam).
Tujuannya : untuk menentukan nilai lethal concentration (LC-50) dengan metode trimmed spearman – Karber untuk setiap waktu pemaparan
Model : Yij = m + Vi + Sij
Keterangan : i = 1,2, ……..11 : j = 1,2;
10. Analisis pengenceran dan aerasi
RAL dengan perlakuan :
Kontrol (blanko). Limbah cair industri tidak diberikan perlakuan bioflokulasi, aerasi maupun pengenceran
Limbah cair dengan bioflokulasi
Limbah cair dengan bioflokulasi, aerasi dan pengenceran 0 %
Limbah cair dengan bioflokulasi aerasi dan pengenceran 50 %
Limbah cair dengan bioflokulasi aerasi dan pengenceran 75 %
Parameter yang diukur adalah kekeruhan (FTU), MPT, BOD5 , COD dan sianida (mgr/l).
Model : Yij = m + Xi + Sij
Keterangan : i = 1,2 …….5; j = 1,2;
Tujuan : Percobaan ini adalah untuk menentukan perlakuan yang memberikanpengaruh yang nyata terhadap parameter yang diukur.
Bapedal, 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Tapioka di Indonesia, Buku Panduan Jakarta
Bapedal, 1997. Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Dampak Lingkungan
Biro Statistik, 1998. Produksi Tanaman Bahan Makanan di Indonesia. Jakarta
Gasperz, V, 1987. Metoda Rancangan Percobaan, CV ARMICA, Bandung
Juanbaro, J dan L. Puigjaner, 1996. Saecharification of con centrated brewing baggase Slurries with dilute sulfuric acid for producing aceton butanol by Clostridium acetobutylicum. Biotech and bioeng.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995. Keputusan Menteri Negara LH No. KEP.51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
Komisi Pestisida, 1993. Pedoman umum pengujian laboratorium toksisitas letal pestisida ikan untuk keperluan pendaftaran. Komisi pestisida Departemen Pertanian, Jakarta.
Kurane, R., 1996. Culture conditions for productions of microbial flocculant by Rhodococcus erythopolis Agri, Biol. Chem 55 (11), 3333 – 3433.
Lampiran 3. Komposisi Ampas Tapioka
Komponen |
Persen
(%) |
Lemak Protein Serat
Kasar Air Karbohidrat |
0,22
– 0,3 1,45
– 1,70 9,42
– 10,54 19,70
– 20,30 67,93
– 68,30 |
Sumber : BPPI Semarang (1997)
Lampiran 4. Karakteristik Limbah Cair pada Berbagai
Industri Tapioka (rata-rata)
Karakteristik |
Satuan |
|
Industri |
|
|
|
Kecil |
Menengah |
Besar |
Bahan baku Debit BOD5 COD MPT PH Sianida (CN) |
Ton/hari M3/hari ppm ppm ppm -- ppm |
5.00 22.00 5055.82 16202.30 3415.45 5.50 0.1265 |
20.00 80.00 5439.45 25123.33 3422.00 4.50 0.117 |
200 – 600 1200.00 3075.84 5158.78 1342.00 500 0.200 |
Sumber : BPPI Semarang (1997)
Parameter |
Kadar maximum |
Beban Pencemaran max (kg/ton produk) |
BOD5 COD MPT Sionida (CN) PH |
200.0 mg/L 400.0 mg/L 150.0 mg/L 0.500 mg/L 6 - 9 |
12.0 24.0 9.0 0.003 -- |
Sumber : Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara LH No.Kep 51/ MENLH / 10 / 1995