Pendahuluan

  © 2001 Fajar Basuki                                                                    Posted 27  May 2001  [rudyct]  

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof Dr Ir Zahrial Coto

 

 

 

TINJAUAN FALSAFAH ILMU TERHADAP

TRANSGENIK IKAN

 

 

 

Oleh :

 

Fajar Basuki

P11600002

fajar_basuki2001@yahoo.com

 

 

 

Pendahuluan.

Manusia secara alamiah telah membawa kemampuan yang diberikan  berupa daya cipta, karsa, dan rasa,  ketiga hal tersebut berkembang karena manusia harus hidup dan harus mampu mencukupi kebutuhan hidupnya didunia ini, untuk itu manusia harus mengolah dan mempertajam daya cipta, karsa dan rasanya sehingga tercipta dan berkembanglah iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Sebagai contoh dalam iptek bidang perikanan terutama budidaya ikan telah berkembang mencapai iptek trangenik pada ikan, dan  sampai saat ini telah dilakukan transgenik GH (Growth Hormone), iptek ini berkembang dilatar belakangi oleh hasil kajian empiris endokrin atau hormonal, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan atau hewan  sangat dipengaruhi oleh GH (Growth Hormone) atau hormon pertumbuhan, untuk membuktikan hipotesis tersebut telah dilakukan berbagai penelitian dengan penerapan berbagai cara agar GH dapat disekresikan sehingga kadar GH daram darah dapat ditingkatkan atau dapat dihambat, dengan efek, apabila GH dirangsang sehingga kadarnya didalam darah meningkat dapat meningkatkan pertumbuhan, dan sebaliknya apabila GH dihambat maka pertumbuhannya akan menurun, menurut Peter dan Marchant (1995) dari hasil berbagai penelitian pada ikan menunjukkan bahwa ada beberapa hormon yang berperan dalam menstimulasi sekresi GH yaitu dopamin, tirotropin-releasing hormon, GH releasing faktor, Gn-RH, neuro peptide Y, noreepineprin, dan ada pula hormon yang berperan didalam menghambat sekresi GH yaitu serotonin, somatostatin.  Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan kemajuan bidang iptek  biologi molekuler juga telah membawa bidang perikanan khususnya budidaya perairan dalam bidang teknologi transgenik.

Pada tulisan ini akan dikaji perkembangan transgenik berdasarkan filsafat ilmu pengetahuan meliputi kajian ontologi yang akan membahas apa dan bagaimana iptek transgenik pada ikan, selanjutnya kajian epistemologi yang akan membahas  tentang metoda atau proses yang digunakan dalam pengembangan iptek transgenik pada ikan tadi, adapun kajian aksiologi yang membahas manfaat iptek transgenik pada ikan, serta kajian teleologi yang akan membahas harapan dari ipteks transgenik pada ikan dimasa yang akan datang.

 

Tinjauan Ontologi

        Didalam studi ini kajian ontologi akan membahas apa dan bagaimana iptek transgenik pada ikan.

Definisi transgenik pada ikan atau hewan ternak pada umumnya adalah memasukkan DNA rekombinan yang telah dikendalikan kedalam genom, sehingga DNA yang dimasukkan ini dapat mengembangkan salah satu aspek dari produktivitas, juga DNA dan efeknya dapat diturunkan kepada anaknya (Palmiter dan Brinster, 1985 dalam Hovath dan Orban, 1995), adapun teknik penerapan transgenik gen GH pada prinsipnya memindahkan gen GH yang telah dikendalikan dengan tujuan agar kelenjar endokrin sebagai penghasil GH akan  mensekresi hormon tersebut lebih banyak, dengan kenaikkan kadar hormon GH dalam darah ini secara teoritis akan memacu tingkat pertumbuhan ikan.

 

Tinjauan Epistimologi.

Kajian epistemologi  pada studi ini akan membahas  tentang metoda atau proses yang digunakan dalam pengembangan iptek transgenik pada ikan, sebagai beikut.

 

Growth Hormon (GH) dan Perananannya.

a. Sintesis GH.

Growth Hormon (GH)  atau hormon pertumbuhan disintesis dalam somatotrop, yakni sub kelompok sel asidofilik hipofise, somatotrop merupakan sel yang paling melimpah jumlahnya didalam kelenjar hipofisa.

Konsentrasi GH dalam hipofisa adalah 5-15 mg/g, yang jauh lebih tinggi dari pada jumlah mikrogram per gram hormon hipofise lainnya.  GH merupakan polipeptida tunggal dengan masa molekul sekitar 22 kDa pada semua spesies mamalia (Granner., 1997). Sedang pada ikan mas GH terdiri dari 188 asam amino dengan 5 residu sistein, sebaliknya pada ikan lain hanya berisi 4 residu sistein (Chang et al , 1992 dalam Peter dan Marchant 1995).

 

b. Reseptor GH.

       Didalam aksi selulernya GH memerlukan reseptor hormon, dan menurut Granner (1997) menyatakan bahwa reseptor hormon GH merupakan anggota superfamili reseptor sitokinin-hematopoitin, reseptor ini berupa protein dengan berat molekul 70kDa dan memiliki domain perentang membran yang tunggal. Pengikatan hormon GH didalam dinding sel akan mengakibatkan aktivasi enzim dengan demikian akan terjadi komunikasi silang hormonal pada tingkat respon biologiknya.

Sedangkan pada ikan Japanese eel menunjukkan bahwa penyuntikan eksogen GH berperanan penting untuk meningkatkan jumlah GH reseptor dalam waktu 3-5 hari setelah disuntik, namun sebaliknya penyuntikan GH pada ikan coho salmon yang dihipofisektomi ternyata justru terjadi pengurangan jumlah hepatik GH reseptor pada 6-24 jam setelah penyuntikan (Gray et al , 1992 dalam Peter dan Marchant., 1995).

 

c. Peran Fisiologik dan Biokimia GH.

       Seperti telah diketahui bahwa GH merupakan hormon yang esensial bagi pertumbuhan postnatal dan metabolisme normal protein, karbohidrat, lipit, dan mineral. Namun efek kerja yang berhubungan dengan pertumbuhan terutama terjadi dengan perantara IGF-I (Insuli Like Growth Factor-I) dan IGF-II (Insuline Like Growth Factor - II), dengan demikian apabila kadar GH normal sampai tinggi namun tingkat IGF-I maupun IGF-II rendah keduanya atau salah satunya, maka tretmen eksogen dengan penambahan GH ternyata tidak memberikan respon yang berarti , sebaliknya apabila GH rendah dan IGF-I dan IGF-II rendah maka treatmen eksogen GH akan memberikan respon dan dapat tumbuh nomal kembali (Granner., 1997).

       Hasil penelitian yang terbaru dalam Peter dan Marchant (1995). menunjukkan bahwa suatu subtansi yang mirip dengan IGF telah dapat dideteksi pada beberapa ikan teleostei, penelitian pada ikan mas menunjukkan terdapat suatu substansi yang mempunyai aktivitas mirip dengan IGF, dan hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa suatu substansi yang aktivitasnya mirip dengan IGF tadi juga terdapat pada serum ikan mas, ikan koki. 

       Seperti telah dijelaskan diatas bahwa  GH sangat berperanan didalam proses metabolisme oleh Granner (1997) dijelaskan sebagai berikut:

a.       Sintesis Protein ,  GH akan meningkatkan transportasi asam amino kedalam sel dan juga meningkatkan sintesis protein lewat mekanisme yang terpisah dari efek pengangkutan.

b.      Metabolisme Karbohidrat, GH umumnya melawan efek insulin, peningkatan GH didalam darah menyebabkan penurunan pemakaian glukosa dan peningkatan produksi glukosa didalam hati melalui proses glukoneogenesis sehingga akan meningkatkan glikogen hati.

c.       Metabolisme lipid, GH mendorong pelepasan asam lemak bebas dan gliserol dari jaringan adiposa, meningkatkan kadar asam lemak bebas yang yang beredar dalam darah, dan menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak bebas dalam hati.

d.      Metabolisme Mineral, GH meningkatkan keseimbangan positip kalsium, magnesium, serta fosfat dan menimbulkan retensi Na+; K+ serta Cl- sehingga efek utama dari GH adalah meningkatkan pertumbuhan tulang panjang dan tulang rawan.     

 

Konsep Transgenik .

       Keberhasilan penemuan sejumlah teknik yang sangat sensitip kini telah dapat diaplikasikan pada transgenik, misalnya  pengisolasian serta penentuan karakteristik gen, dan  penentuan kuantitas produk gen.

Sebuah konsep yang bersifat fundamental dan merupakan inti teknik transgenik menurut Granner., (1997) yaitu pasangan basa komplementer membentuk ikatan hidrogen antara satu sama lain –A dengan T dan G dengan C. Dalam kloning DNA, segmen DNA tertentu dikeluarkan dari lingkungan  normal dengan menggunakan salah satu diantara banyak enzim restriksi endonuklease.  Segmen ini kemudian diligasikan kedalam salah satu dari beberapa vektor dimana  segmen DNA dapat diperbanyak dan diproduksi dengan jumlah yang berlebihan. Relatip mudah dilakukan pengisolasian DNA yang sudah diklonkan dan kemudian dirangkai serta digunakan sebagai pelacak (probe) dalam beberapa tipe reaksi hibridisasi untuk mendeteksi segmen DNA lainnya yang berhubungan atau yang berada didekatnya , atau digunakan  untuk menentukan kuantitas produk gen seperti mRNA.  Manipulasi DNA untuk mengubah struktur ini yang disebut rekayasa genetik merupakan unsur penting dalam proses kloning (misalnya pembentukan molekul kimerik) dan dapat pula digunakan untuk meneliti fragmen DNA tertentu  serta menganalisis cara gen diregulasi.  Molekul DNA kimerik dimasukkan kedalam sel untuk membuat sel yang telah ditranfeksikan  atau disisipkan kedalam oosit yang telah dibuahi untuk membuat hewan trangenik.

       Penyisipan molekul DNA kimerik pada oosit yang telah dibuahi dapat dimengeti karena pada tahap ini sel baru akan memulai siklus sel (Cell cyclus) didalam fase siklus sel meliputi dua tahap yaitu fase persiapan dan pembelahan, fase persiapan sendiri meliputi periode  M, G1, S dan G2.

       Menurut Yatim (1996) dan Bolander (1994)  menyatakan bahwa G  berarti gap atau senggang  atau masa persiapan, G1 dimana sel sedang aktip mensintesa RNA atau transkripsi dan protein atau transalansi, sedangkan  S berarti masa sintesis DNA dengan cara replikasi A dari DNA lama mensintesis T DNA baru,  C dari DNA lama mensintesis G dari DNA Baru, maka A lama berpasangan dengan T baru, C lama berpasangan dengan Gbaru, sedangkan basa Tnya ditempati U, gulanya ribosa dan tiap benang adalah tunggal. Sedangkan M adalah mitosis yang meliputi profase, metafase, anafase dan telofase. Kondisi sel fase G1, S dan G2 berpeluang untuk disisipkan DNA baru sebagi usaha rekonstruksi DNA yang diinginkan.

 

Tinjauan Aksiologis.

Tinjauan aksiologi pada studi ini akan membahas manfaat iptek transgenik  ikan pada peningkatan pertumbuhan dan efisiensinya didalam pemanfaatan pakan yang diberikan.

a.      Gen GH Yang Disisipkan.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa transgenik pada ikan telah dimulai semenjak tahun 1985 sehingga sudah banyak perkembangan dan hasil yang didapatkan, menurut Hovath dan Orban (1995) menyatakan bahwa pada tabel 1 dibawah ini merupakan hasil dari berbagai penelitian transgenik pada ikan cyprinid yang telah dilakukan.

 

Tabel . Hasil Penelitian Gene Transfer Pada Ikan Cyprinid.

Spesies

Promoter

Gene

PP

Peneliti

Carassius auratus

Labeo rohita and

Cirrhinus mrigala

Carassius auratus

Carassius auratus

Carassius auratus

Cyprinus carpio

 

Cyprinus carpio

Cyprinus carpio

mMT

mMT

 

RSV

RSV

b-act

RSV

RSV

mMT

RSV

hGH

hGH

 

neo

CAT

CAT

rtGH

csGH

hGH

rtGH

+

N/A

 

B/T

B/T

B/T

+

+

+

B/T

Zhu et al. (1985)

Alok dan Khillian (1989)

 

Yoon et al.(1989)

Hallerman et al. (1990)

Liu et al. (1990)

 

Zhang et al. (1990)

Zhu (1992)

Powers et al. (1992)

PP = peningkatan pertumbuhan; mMT = mouse matallothionein promoter; RST= Rous sarcoma virus long terminal repeat; b-act =b-actin; hGH=human growth hormone; neo=neomycin resisten; CAT=chloramphenicol acetyltransferase; rt=rainbow trout; cs=coho salmon; B/T=belum terbukti

 

Sedangkan gen GH yang telah digunakan untuk gen GH transgenik pada ikan tilapia menurut Rahman dan Maclean (1999) adalah kontruksi gen growth hormone OPAFPcsGH (Ocean Pout Anti Freeze Promoter chinook salmon Growth Hormone) berisi suatu chinook salmon growth hormone cDNA, adapun pemotongannya dengan menggunakan BamHI , serta gen reporternya adalah CarpbAlacZ, yang dimaksud dengan gen reporter adalah suatu zat yang akan memberikan tanda  biasanya perubahan warna apabila reaksi kontruksi gen yang dikehendaki telah terbentuk.

 Teknik penyisipan gen growth hormone OPAFPcsGH kedalam oosit tilapia yang baru saja (2,5 jam) setelah dibuahi  atau dalam pertumbuhan 1-2 sel menggunakan mikro injektor,  dan konsentrasi stok DNA yang  disuntikkan  sebanyak 105 kopi/nl (Rahman dan Maclean, 1992), teknik mikroinjeksi telur fase fertilisasi ini telah berhasil untuk memproduksi ikan transgenik,  ikan transgenik selain pada ikan tilapia juga telah berhasil dilakukan pada ikan medaka/Oryzias latipes (Kinoshita et al., 1996), pada ikan mud loach / Misgurnus mizolepis (Nam et al., 1992), pada ikan Cyprinus carpio (Hinits dan Moav., 1999).

 

b. Manfaat Transgenik Pada Sekresi GH Serum.

Hasil analisis ekspresi GH didalam serum darah hasil penelitian Rahman dan Maclean (1999) menunjukkan bahwa ikan non transgenik antara 0,1 – 0,25 ng/ml, sedangkan ikan transgenik berkisar antara 1,02 – 1,3 ng/ml, dari data tersebut  menunjukkan bahwa ikan transgenik telah mensekresikan GH jauh lebih besar dibandingkan ikan non transgenik, bahkan sekresi GH telah mencapai 12 kali lebih besar dibandingkan dengan ikan nontransgenik.

Sebagai pembanding pada penelitian terdahulu dengan penyuntikan eksogen GH pada hasil penelitian Lin et al (1995) menunjukkan bahwa penyuntikan intra peritonial   recombinan tuna GH (r-tGH) pada ikan grass carp (Ctenopharyngodon idellus) sebanyak 0,1 atau 1,0 m g/g berat tubuh setiap minggu selama 4 minggu  telah dapat meningkatkan level GH pada serum darah dan pertumbuhan baik berat maupun panjangnya. Sedangkan pada ikan Japanese eel menunjukkan bahwa penyuntikan eksogen GH berperanan penting untuk meningkatkan jumlah GH reseptor dalam waktu 3-5 hari setelah disuntik, namun sebaliknya penyuntikan GH pada ikan coho salmon yang dihipofisektomi ternyata justru terjadi pengurangan jumlah hepatik GH reseptor pada 6-24 jam setelah penyuntikan (Gray et al , 1992 dalam Peter dan Marchant., 1995).

 

c. Manfaat Transgenik Pada Pertumbuhan dan Food Conversi Rationya.

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian transgenik pada ikan telah memberikan hasil yang positip pada pertumbuhan ikan dan terbukti bahwa gen luar yang ditranfer telah mampu berintregrasi dengan genomnya, hal ini dapat dilihat dari hasil pertumbuhan keturunannya yang cukup meyakinkan yaitu sekitar 4-6 kali lipat pada ikan salmon.

Sedangkan  hasil analisis berat badan ikan non transgenik dan transgenik pada ikan tilapia menurut Rahman dan Maclean (1999) menunjukkan bahwa keturunan F2 (keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1 dengan betina alam),  ikan transgenik menghasilkan berat berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang padaikan non transgenik menghasikan berat berkisar antara  20-30 gram/individu,  dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan kontrol.

Adapun FCR(food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar 1,02, ini berarti bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging  satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan,   dengan demikian menunjukkan bahwa didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.

 

Kajian Teleologi.

       Tinjauan teleologi pada studi ini akan membahas harapan keberadaan iptek transgenik ikan dimasa yang akan datang didalam meningkatkan produksi ikan hasil budidaya perairan.

a.    Iptek Upaya Peningkatan Pertumbuhan Ikan Saat Ini.

   Untuk meningkatkan pertumbuhan ikan telah dilakukan upaya peningkatan  mutu benih dengan berbagai cara, antara lain  telah dilakukan persilangan antar varietas maupun antar spesies, dan  juga telah diterapkan teknologi yang cukup baru yaitu rekayasa chromosom atau chromosome set manipulation yaitu andogenesis, ginogenesis, triploid dan tetraploid. Upaya yang paling akhir untuk meningkatkan pertumbuhan ikan adalah melalui transgenik gen growth hormone (GH) atau gen hormon pertumbuhan.

  Ginogenesis dan andogenesis, dimaksudkan untuk menghasilkan individu galur murni yang mempunyai karekteristik tertentu, dengan menghasilkan individu galur murni yang mempunyai kharakteristik tertentu tadi kemudian akan diramu untuk menghasilkan benih ikan unggul yang dikehendaki. Teknik ginogenesis untuk menghasilkan benih berkelamin betina sedangkan teknik androgenesis untuk menghasilkan benih yang berkelamin jantan.

   Sedangkan pembentukan individu triploid dan tetraploid adalah usaha untuk memperbanyak chromosom didalam sel dengan harapan semakin banyak kromosom yang terdapat didalam sel, ikan akan mampu tumbuh lebih cepat, mengingat bahwa krromosom merupakan mesin pertumbuhan sel.

   Sedangkan untuk memelihara pertumbuhan ikan dengan cara mencegah kawin dini maka telah dilakukan teknik sex reversal atau pembelokkan kelamin ikan, dengan cara ini dapat diproduksi populasi mono sex yaitu populasi ikan berkelamin jantan atau berkelamin betina semuanya.    

   Semua teknologi yang telah dikembangkan tadi berupaya agar ikan dapat tumbuh lebih cepat, namun dengan diterapkannya iptek transgenik menunjukkan   bahwa ikan tumbuh lebih cepat dan dalam pemanfaatan pakan lebih efisien.

 

b.      Harapan Transgenik Ikan Dalam Meningkatkan Produktivitas Ikan.

Budidaya ikan dilahan perkolaman masih memberikan hasil yang sangat rendah, dari kajian diatas telah menunjukkan bahwa ikan transgenik mampu tumbuh 3-4 kali lebih cepat dibandingkan dengan kontrol, dan FCRnya yang sangat rendah, hasil ini cukup memberikan harapan bahwa akan terjadi penurunan kompetisi antara pakan ikan dengan makanan manusia, karena ikan  dalam memanfaatkan pakan lebih efisien.

Walaupun sampai saat ini teknologi ini masih sangat mahal,  memerlukan peralatan dan ketrampilan tehnik yang tinggi, serta dampak negatipnya terhadap manusia belum banyak dikaji,  namun dengan kemajuan teknologi maka akan terjadi penyempurnaan teknologi transgenik pada ikan terus menerus dengan harapan akan dihasilkan teknologi yang lebih mudah, murah dan aman bagi manusia, sehingga dimasa yang akan datang diharapkan teknologi transgenik dibidang perikanan ini akan memberikan sumbangan bagi peningkatan produksi ikan serta peningkatan produktivitas kolam budidaya perairan.

      

Daftar Pustaka.

Bolander, Franklyn F. 1994. Moleculer Endocrinology. Academic Press, Inc. pp : 63 -98

Granner, Daryl.,  1997.  Hormon Hipofise dan Hipothalamus dalam  Biokimia Harper.  Edisi 24. oleh Robert K. Murry., Daryl K. Granner.,  Peter A. Mayes., Victor W. Rodwell.   Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 535-546 

_____________.,  1997.  Teknologi DNA Rekombinan dalam  Biokimia Harper.  Edisi 24 oleh Robert K. Murry., Daryl K. Granner.,  Peter A. Mayes., Victor W. Rodwell.   Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal : 476-492 

Hinits, Yaniv and Boaz Moav., 1999. Groth performance studi in transgenic Cyprinus carpio.  Aquaculture 173 : 285-296.

Hovath, L dan L. Orban., 1995. Genome and gene manipulation in the common carp. Aquaculture 129 : 157-181.

Kinoshita, Masato., Haruhiko Toyohara.,  Morihiko Sakaguchi.,  Koji Inoue., Shinya Yamashita.,  Mikio Satake., Yuko Wakamatsu., Kenjiro Ozato., 1996. A stable line of transgenic medaka (Oryzias latipes) carrying the CAT gene.  Aquaculture 143 : 267-276. 

Lin, H.R., Q. Zang., R.E. Peter., 1995. Effect of recombinant tuna growth hoemone (GH) and analologs of gonadotropin-releasing hormone (GnRH) on growth of grass carp (Ctenopharyngodon idellus). Aquacultur 129 : 342.

Nam, Yoon Kwon., Choong Hwan Noh., Dong Soo Kim., Transmission and expression of an integreted reporter construct in three generations of transgenic mud loach (Misgurnus mizolepis).  Aquaculture 172 : 229-245.

Peter, R.E. and T.A. Marchant., 1995. The endocrinology of groth in carp and releted species.   Aquaculture 129 : 299-321.

Rahman, Md. Azizur and Norman Maclean., 1999. Growth performance of transgenic tilapia containg an exogenous piscine growth hormone gene. Aquaculture 173 : 333-346.

_____________________________________., 1992.  Production of trans-genic tilapia (Oreochromis niloticus) by one-cell-stage microinjection.  Aquaculture 105 : 219-232.

Yatim, Wildan., 1996. Biologi Modern : Biologi Sel. Tarsito – Bandung. hal :274-290