© 2001. Rukmiasih
Posted 13 June 2001
(rudyct)
Makalah Falsafah Sains (PPs
702)
Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogor
Juni 2001
Dosen:
Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng
(Penanggung Jawab)
Prof Dr Ir Zahrial Coto
KESEJAHTERAAN TERNAK UNGGAS:
PERMASALAHAN DALAM PENERAPANNYA
Oleh:
PENDAHULUAN
Unggas merupakan sebagian dari species burung
yang telah didomestikasi dan dibudidayakan untuk diambil manfaatnya (daging dan
telur) sebagai pangan.
Produktivitas unggas dalam menghasilkan pangan
sangat tergantung pada lingkungan tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia
selaku pemanfaat ternak unggas selalu
berusaha memberikan lingkungan sedemikian rupa agar ternak unggas yang
dipeliharanya memberikan hasil yang baik, menguntungkan, ekonomis dan konsumen
dapat membeli produknya dengan harga yang lebih murah.
Untuk itu industri perunggasan terus
berkembang dan informasi tehnologi
terakhir yang mengintensifkan pembibitan, penanganan, pemeliharaan,
pemberian pakan dan lingkungan menimbulkan pro dan kontra mengenai kesejahteraan ternaknya. Kelompok
yang pro (intensivenest) beranggapan bahwa
jika ternak unggas mampu berproduksi sesuai dengan standar/potensi
genetiknya maka dianggap tidak ada masalah dengan kesejahteraannya,
sedangkan kelompok yang kontra (welfarest) beranggapan bahwa
agar ternak sejahtera maka harus dipelihara dalam lingkungan yang sama dengan
habitat alamnya (ekstensif)/ di sediakan halaman yang luas agar ternak leluasa
beraktivitas (Sainsbury, 1986).
Kesejahteraan ternak merupakan suatu istilah
yang luas yang mencakup kenyamanan kehidupan ternak baik secara fisik maupun
mental, keserasian antara ternak dengan lingkungannya, kemampuan ternak
beradaptasi dengan lingkungan tanpa menderita
dan perasaan ternak (Duncan dan Dawkins, 18983 dalam Duncan et al.,1993).
Pada mulanya istilah kesejahteraan ternak timbul di
beberapa negara di Eropa, kemudian berkembang di Inggris, Amerika dan beberapa
negara lain yang mengamati dan prihatin atas beberapa metode yang digunakan
dalam pemeliharaan ternak di Farm, dengan alasan:
1. Beberapa sistem pemeliharaan yang sangat
membatasi gerak hewan seperti ternak
unggas dalam sangkar dirasakan tidak
berperikemanusiaan karena jauh dari habitat aslinya.
2. Metode-metode yang membatasi gerak terlalu
berlebihan dan ternak terlalu berdesakan seringkali berpengaruh kurang baik
terhadap ternak dan timbul sifat jeleknya seperti kanibalisme, menggigit ekor
atau bulunya.
3. Beberapa sistem kandang menggunakan alas/
lantai beton, logam/metal atau plastik, kadang kadang bilah/lubang-lubang, dari
segi kenyamanan ternak beristirahat dan perikemanusiaan masih dipertanyakan.
4. Pengontrolan lingkungan seringkali tidak
difokuskan untuk menyamankan ternak dan kenyataannya mungkin lebih memfokuskan
keuntungan produktivitas dan mengorbankan kesejahteraan.
5. Beberapa sistem modern menyebabkan kesulitan
dalam pemeriksaan terhadap ternak. Contoh: Pemeriksaan ternak dalam jumlah
besar dalam satu pen/yard tanpa dipisahkan dalam kelompok-kelompok kecil adalah
sangat sulit dan pemeliharaan ternak dalam sangkar sampai 6 tingkat adalah
sangat sulit untuk pemeriksaan dan mendapatkan cahaya yang cukup.
6. Beberapa sistem peternakan membutuhkan
penggunaan obat-obatan yang terus-menerus atau vaksin untuk mempertahankan
kesehatan ternaknya. Hal ini membutuhkan biaya tinggi bahkan ironis karena untuk
memecahkan masalah kesehatan ternak dapat berakibat membahayakan kesehatan
manusia.
7. Kepercayaan yang penuh terhadap penggunaan
alat pengontrol lingkungan, pakan dan air minum secara mekanik, dapat menjadi
berbahaya bagi kesejahteraan ternak jika sistem tersebut gagal.
8. Tindakan membatasi gerak ternak menyebabkan
ternak tidak dapat mengurus atau mempercantik diri, yang keduanya adalah sifat
alami untuk kesejahteran dan kesehatan ternak yang tidak boleh
ditiadakan/ditanggalkan.
9. Dalam semua sistem peternakan seharusnya hewan
dipisahkan dari sisa buangan pernafasan dan ekskresi. Beberapa sistem modern
gagal melakukannya dan menimbulkan masalah manajemen, kesehatan dan
kesejahteraan bahkan gagal mendapatkan pekerja yang sehat.
Pada prinsipnya
persoalan praktis yang digarisbawahi kelompok welfarest adalah jangan
menyakiti ternak, dalam hal ini termasuk pemeliharaan ternak unggas dalam
sangkar, pemotongan paruh, pembatasan pemberian pakan, transportasi, metode
pemotongan dan penggunaan antibiotik.
JUSTIFIKASI KESEJAHTERAAN TERNAK
DARI SEGI PANDANGAN AGAMA
Agama Kristen
Kejadian 1:25-26 berbunyi Allah menjadikan
segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang
melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah
allah:" baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap
di bumi."
Keluaran 22:14 berbunyi Apabila seseorang meminjam seekor
binatang dari temannya, dan binatang itu patah kakinya atau mati ketika
pemiliknya tidak ada di situ, maka ia harus membayar ganti kerugian sepenuhnya.
Dalam ayat tersebut terlihat bahwa Al Kitab
memandang ternak sebagai ciptaan Tuhan yang dijadikan secara baik, untuk
dimanfaatkan manusia, tetapi harus diperlakukan
dengan baik pula.
Agama Islam
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin
(khalifah) di bumi (QS.2:30) dan Allah menciptakan semua makhluk hidup dan isinya untuk
kepentingan manusia (QS.2: 164).. Ternak diciptakan Allah untuk dimanfaatkan
oleh manusia, seperti yang tercamtum dalam surat An-Nahl 5 yang artinya"
…dan dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada bulu yang
menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebagiannya kamu makan" dan QS 16:7
yang atinya "…ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak
sanggup memikulnya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri.
Dalam memanfaatkan dan mengeksploitasi ternak yang tercantum dalam Al Qur'an surat An-Anaam 6:38 berarti" …dan tiadalah binatang-binatang
yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan
umat-umat seperti kamu juga".
Dari uraian di atas Tuhan-lah yang menciptakan
semua makhluk hidup yang ada di bumi dan
manusia diberi keleluasaan untuk mengelola alam semesta termasuk ternak
untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Namun demikiaan tidak berarti bahwa
manusia dapat mengeksploitasi dan memanfaatkan alam sekitarnya termasuk ternak
dengan sekehendak hatinya, karena justru hal tersebut akan merugikan manusia
itu sendiri. Oleh karena itu manusia harus mengelola alam dengan sebaik-baiknya
termasuk mensejahterakan ternaknya.
.
PETUNJUK PEMANFAATAN TERNAK
BERWAWASAN KESEJAHTERAAN
Perkandangan
Sistem pemeliharaan ayam petelur dalam sangkar
(cages) menimbulkan pro dan kontra.
Kelompok yang kontra (welfarest) melarang pemeliharaan ayam petelur
dalam sangkar karena beranggapan menyiksa ternak. Ternak dalam sangkar tidak bisa mengekspresikan
tingkah laku alaminya seperti mengepakkan dan merentangkan kedua sayapnya,
mengais, mandi debu, bertengger, mempercantik diri dan bertelur dalam sarang.
Hal-hal tersebut menurut kelompok welfarest adalah sangat penting bagi
kesejahteraan ternaknya (http://www.avar.org/farm-animals.html). Sebagai alternatifnya, sistem pemeliharaan
yang diperbolehkan adalah umbaran (free range), lantai kandang litter/serbuk
gergaji (deep litter/strawyard), lantai kawat/bilah (wire/slat floor), large
colony cages/aviary (http://www.awionline.org/farm/hens.htm). Hill (1987)
melaporkan kebutuhan luasan untuk sistem
pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut::
1. Umbaran : maksimum 1.000 ekor/ha tanah yang di
dalamnya terdapat salah satu kandang deep litter atau perchary.
2. Semi-intensif: maksimum 4.000 ekor/ha tanah
yang di dalamnya terdapat salah satu kandang deep litter atau perchary
3. Deep litter: maksimum 7 ekor/m2, paling
sedikit 1/3 luas lantai ditutup litter
4. Perchary/ban/aviary: maksimum 25 ekor/m2,
setiap ekor diberi ruang tenggeran 15 cm
(bila dihitung luasan yang harus disediakan adalah 800 cm2 per ekor).
Hasil pemeliharaan tersebut menurut para
peternak (welfarest) adalah berhasil, konsumen
(welfarest) bersedia membeli telurnya denga harga yang lebih tinggi dan mereka merasa heran mengapa di negara
lain tidak menguntungkan.
Sebaliknya, kelompok yang pro (intensivenest) berpendapat
bahwa pelarangan pemeliharaan dalam
sangkar lebih banyak bersikap politis daripada mensejahterakan ternak
Penelitian terakhir di Univ. of Berne,
Switzerland menunjukkan bahwa kesehatan
ayam petelur yang dipelihara secara
ekstensif (non sangkar) pada umumnya lebih jelek dan lebih menderita karena
terserang parasit, kanibal (pematukan bulu dan vent), coccidiosis, cacing
bulat, cacing pita, cappilaria, kutu (red mites), bubulan (bumble foot), kadar
amonia dan debu yang tinggi dalam kandang.
Selanjutnya Dr.R. Magensten dari univ. tersebut dalam simposium
kesejahteraan unggas ke4 di Eropa menyatakan bahwa 50 % konsumsi telur di Switzerland adalah
impor dan harga telur yang dipelihara dalam non sangkar 3 xlebih mahal dari
harga telur impor yang menurutnya
peraturan pelarangan memelihara ayam petelur dalam sangkar membuat peternak
dan ternaknya menderita (http://agri.gov.ns.ca/pt/lives/poultry/heath/welfare.htm).
Berdasarkan hal diatas, penggunaan sistem
perkandangan bagi ayam petelur perlu dilihat dari berbagai sudut. Ayam yang dipelihara harus nyaman, peternak
mendapat keuntungan, ekonomis dan
konsumen dapat membeli telur dengan harga yang terjangkau. Sangkar dapat
digunakan untuk pemeliharaan ayam petelur dengan syarat luasan per ekor memadai
minimum ternak dapat merentangkan kedua sayapnya, tinggi sangkar harus cukup
untuk kepala ayam bebas bergerak kemana saja dalam sangkar (http://webster.sk.ca/users/facs/poultry.htm), lantai sangkar terbuat dari bahan yang tidak
tajam dengan lubang yang kecil/ditaburi sekam yang dirasakan oleh ayam nyaman
untuk menopang tubuhnya (Dawkins, 1981
dalam Appleby et al., 1992), kisi-kisi samping sangkar tidak terlalu lebar yang
memungkinkan kepala ayam keluar, memutar dan terjepait diantara kedua kisi,
kecuali kisi bagian depan kandang tempat mengambil pakan dan air minum. Sangkar disusun tidak terlalu tinggi yang
memungkinkan pekerja sulit untuk menangani dan mengawasi kesehatan ayam.
Pemotongan paruh ayam menurut kelompok yang
kontra (welfarest) tidak boleh dilakukan karena menyakiti ternaknya, sedangkan menurut kelompok yang pro (intensivenest) pemotongan paruh boleh
dilakukan .
Pemotongan paruh yang diperbolehkan adalah
tidak lebih dari 1/3 bagian paruh atas atau paruh atas dan bawah dengan alat yang sesuai (Jenkinson, 1987).
Hasil
tinjauan mentaati larangan pemotongan paruh pada ayam petelur yang dipelihara dalam kandang
aviary di Sweden dan Norway tahun 1999
ternyata menimbulkan kanibalisme yang tinggi dan tidak dilakukannya pemotongan paruh justru
memperburuk keadaan tersebut
(http://agri.gov.ns.ca/pt/lives/poultry/health/welfare.htm).
Dengan demikian, dilakukan tidaknya pemotongan
paruh tergantung pada tujuan utamanya. Pada ayam petelur yang jangka
pemeliharaannya lama, pemotongan paruh harus dilakukan karena disamping untuk
mencegah kanibalisme juga untuk mempermudah ayam makan. Untuk mengantisipasi ayam kesakitan pada
saat pemotongan maka pemotongan paruh harus dilakukan pada saat ayam masih
muda, umur kurang dari satu minggu (North dan Bell, 1990) dan pisaunya tajam membara (untuk mencegah
perdarahan). Disamping itu sebelum dan sesudah pemotongan paruh diberikan antistres yang mengandung vitamin
K.
Bila pemeliharaan ayam dalam jangka
pendek, seperti pemeliharaan ayam
broiler yang dipanen pada umur muda (4-6
minggu), pemotongan paruh tidak perlu
dilakukan.
Pembatasan
Pemberian Pakan
Pembatasan pemberian pakan biasanya dilakukan
pada ayam petelur komersial maupun unggas bibit pada periode pertumbuhan atau
untuk peremajaan kembali.
Savory
et al (1993) dalam http:// www.ciwf.co.uk/Pubs/Briefings/ART6833.htm menyimpulkan
laporan kelompok welfarest bahwa pembatasan pakan pada ayam broiler bibit
adalah kelaparan yang kronis, frustasi dan stres . Pembatasan pemberian pakan dalam jangka waktu
yang lama adalah melanggar larangan pertama
dari lima kebebasan yang harus diterima ternak sejahtera dan undang-undang
pertanian 1968. Disamping itu, pada ayam
petelur menyebabkan meningkatnya Salmonella enteriditis yang beresiko pada
kesehatan manusia (http://www.fact.cc/SE_Ban_molt.htm).
Sebaliknya, kelompok intensivenest
berpendapat bahwa pembatasan pemberian
pakan pada ayam broiler yang tumbuh cepat harus dilakukan oleh industri
peternakan ayam broiler bibit. Hal ini
dengan alasan bahwa ayam broiler bibit
tidak bisa mengontrol konsumsi pakannya sehingga jika diikuti kehendaknya
ternak akan terlalu gemuk sehingga kesehatan (kaki, jantung dan paru-paru) dan
perkembangbiakannya akan terganggu bahkan dalam beberapa kasus keturunannya
mati sebelum dewasa (http://www.ciwf.co.uk/Pubs/Briefings/ART6833.htm)
Pembatasan
pemberian pakan pada ayam petelur dapat memperpanjang masa produksi unggas dan
memperlambat kebutuhan anak ayam baru sebagai pengganti.
Penanganan
dan Transportasi Unggas
Penanganan
dan transportasi unggas yang
berwawasan kesejahteraan berdasarkan UFAW handbook (1988) adalah sebagai
berikut:
1. Penangkapan unggas harus dilakukan dalam waktu
yang cukup, hati-hati (tidak kasar,
tidak menekan atau tidak melempar) untuk mecegah ternak stres, luka,
tercekik, memar, atau kerusakan lain yang serius
2. Selama transportasi ternak , kendaraan bagian atas tidak ditutup
kecuali bila hujan lebat, dan perjalanan melebihi 32 Km dan harus dibuka
segera setelah tiba di tujuan
3. Setelah tiba di tujuan, pelindung ternak harus segera dibuka, ditimbang dan diparkir di tempat khusus, segera
dibongkar dengan penanganan yang hati-hati tanpa melukai ternak. Ternak yang mati harus segera disingkirkan
dan yang sakit segera dipotong.
Untuk memberikan kenyamanan selama transportasi ternak, di daerah dingin, berdasarkan
Handbook Voor de Pluimveehouderij (1983)
adalah sebagai berikut:
1. Bobot badan unggas pere ekor kurang dari 1.6 kg
dibutuhkan ruangan 180 cm2/kg,
2. Bobot badan antara 1.6-3.0 kg dibutuhkan
ruanngan 150 cm2/kg;
3. Bobot badan antara 3.0-5.0 kg dibutuhkan
ruangan 110 cm2/kg; dan
4. Bobot badan lebih dari 5 kg dibutuhkan 100
cm2/kg
Pemotongan
Ternak Unggas
Pemotongan ternak dimaksudkan untuk memperoleh bahan pangan
yang aman. Oleh karena itu baik agama
Yahudi maupun Islam menganjurkan memperlakukan ternak dengan baik
pada saat sebelum, selama dan sesudah pemotongan unggas. Sebelum dipotong, unggas harus diperlakukan
dengan baik. Pada saat akan
dipotong (metoda Kosher), bagi Muslim,
harus membaca atas nama Allah, pisau
yang digunakan harus sangat tajam dan
tanpa cacat supaya tidak menyiksa ternak. Kepala ternak menghadap ke
bawah dan perdarahan harus sempurna
supaya karkas tidak kemerah-merahan
(berkualitas baik).
Perlakuan selama proses pemotongan yang menimbulkan perbedaan pendapat adalah
pemingsanan unggas sebelum dipotong.
Sebagian Muslim menerima pemingsanan
unggas dalam alat pemingsan sebelum dipotong dengan alasan tidak menyalahi peraturan yang tersirat dalam Al Qur'an. Alat tersebut
tidak sampai membunuh karena jantung unggas masih terus berdenyut sampai
melewati alat tersebut. Jika kemudian dipotong (metode Kosher) atas nama Allah,
pengeluaran darah sempurna dan ternak benar-benar mati maka dagingnya
halal untuk dimakan (Reference Book 262).
Antibiotik
Penggunaan antibiotik tertentu
pada pemeliharaan unggas dalam rangka mensejahtera-kan ternak terdapat pro dan
kontra (http://www.usaha.org/speeches/speech99/s99mille.html).
Kelompok yang pro (welfarest) berpendapat
bahwa pemakaian antibiotika pada tingkat yang rendah selain dapat meningkatkan
laju pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan, juga menurunkan tingkat
morbiditas dan mortalitas. Hal tersebut menunjukkan peranan antibiotik dam
meningkatkan kesejahteraan unggas.
Kelompok yang kontra berpendapat
bahwa penggunaan antibiotik tertentu dapat menyebabkan resistensi terhadap
manusia (http://www.guardianunlimited.co.uk/foos/Story/0%2C2763%2C391535%2C00.html).
Resistensi terhadap antibiotik tertentu menyebabkan
peningkatan jumlah kematian , yang sakit
dan biaya (http://www.usaha.org/speeches/speech99/s99mille.html;
http://www.silvergen.com/newpage1.htm)
Berdasarkan hal di atas perlu dikembangkan
suatu kebijakan dan pelaksanannya yang tepat atas penggunaan antibiotik
tertentu pada ternak dan manusia untuk menghindari resistensi lebih jauh.
KESIMPULAN
Penggunaan sangkar dalam
pemeliharaan ayam petelur dapat diterima
asal dirancang dengan baik, nyaman dan luasan yang disediakan masih
memungkinkan ternak mengekspresikan tingkah laku alaminya.
Perlakuan-perlakuan seperti pembatasan
pemberian pakan , pemotongan paruh,
pemingsanan unggas sebelum dipotong
dapat dilakukan selama lebih banyak manfaatnya baik bagi kelangsungan
ternak maupun peternaknya.
Penanganan yang kasar pada ternak selama
penangkapan, perjalanan, sebelum dan sesudah
pemotongan akan menurunkan kualitas karkas yang dihasilkan yang pada
akhirnya akan merugikan peternak .
Kunci keberhasilan peternak adalah
dengan mensejahterakan ternaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Appleby, M.C., B.O. Hughes and H.A. Elson.
L992. Poultry Production Systems. Behaviour, Management and Welfare. Redwood Press Ltd. Melksham. Great Britain. CAB International.
Duncan, I.J.H., J. Rushen and A.B. Lawrence.
1993. Conclusion and Implications of
Animal Welfare in Stereotypic Animal Behaviour: Fundamentals and Applications
to Welfare. CAB. International.
Handbook Voor de Pluimveehouderij. 1983.
Consulentschap in Algemence Dienst voor Pluimveehouderij, Zeist.
Hill, M. 1987.
Welfare and Poultry Production in Farm Animal Welfare. Agricultural Environment Research Group. Fac.
Of Agriculture. The Univ. Newcastle UponTyne. NE1 7RV.
http://agri.gov.ns.ca/pt/lives/poultry/health/welfare.htm. Poultry Welfare Research. Poultry Fact Sheet.
Department of Agriculture and Marketing. NOVASCOTIA. 7/28/99 2:31 PM.
http://www.awionline.org/farm/hens.htm. 1981 Swiss ban on battery cages: A success
story for hens and farmers.05/04/01.
http://www.wisc.edu/cias/pubs/briefs/046.html. Pastured poultry study addresses broad range
of issues. Research Brief # 46.
Center fo Integrated Agricultural Systems. 05/04/01.
http://www.ciwf.co.uk/Pubs/Briefings/ART6833.htm. Restricted feeding regimes. Comments on the farm animal welfare council's
report on the welfare of broiler breeders (1998). Compassion in world farming. The welfare of broiler breeders. 05/25/01.
http://www.avar.org/farm-animals.html. Ethical and practical considerations for
nonhuman animals used for food and fiber. 05/25/01.
http://www.usaha.org/speeches/speech99/s99mille.html.
Antibiotic usage in food animal production and resistence-- European
Perspective. United States Animal Health Association. 1999 Proceedings. 06/10/01.
http://www.guardianunlimited.co.uk/foos/Story/0%2C2763%2C391535%2C00.html. Poultry drug could put humans at risk. Guardian Unlimited. 06/10/01.
http://www.silvergen.com/newpage1.htm. Antibiotic resistance. SilverGen. 06/10/01.
http://www.silvergen.com/newpage1.htm. Recommended code of practice for the care and
handling of farm animals. Poultry from
hatchery to processing plant. 06/11/01.
Jenkinson, T.A. 1987. Farm Animal Welfare
Legislation in Farm Animal Welfare. Agricultural Environment Research Group.
Fac. Of Agriculture. The univ. Newcastle Upon Tyne. NE1 7RV.
North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed.Van Nostrand Reinhold, New
York.
Reference Book 262. 1985. Farm Animal Welfare Council. Report on the welfare of livestock when slaughtered by religious methods. London.
Sainsbury, 1986. Farm Animal Welfare. Cattle,
Pigs and Poultry. William Collins Sons & Co, Ltd. London
The UFAW Handbook. 1988. Management and
Welfare of Farm Animal. Beilliere
Tindall. London.