ANCAMAN MASUKNYA

© 2001.  Turni Rusli Syamsudin   Posted  9 June 2001  [rudyct]

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)   

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

Juni 2001

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof Dr Ir Zahrial Coto

 

 

 

ANCAMAN MASUKNYA PENYAKIT MULUT DAN KUKU DI INDONESIA

DAN DAMPAK KERUGIAN EKONOMI YANG DITIMBULKANNYA

 

 

 

 

 

Oleh :

 

TURNI RUSLI SYAMSUDIN

P. 18600008

E-mail: turni_rusli@yahoo.com

 

 

 

I.          PENGENALAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU

 

1. Sifat Umum

 

Penyakit mulut dan Kuku (PMK) dalam bahasa latinnya disebut Aphtae Epizooticae (AE) atau disebut juga Foot and Mouth Disease (FMD), adalah penyakit hewan menular yang akut, yang menyerang hewan berkuku genap yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, babi, gajah, jerapah, menjangan, kanguru, lama, yaks dan hewan lain yang berkuku genap. Hewan percobaan seperti kelinci, cavia, hamster dan mencit rentan terhadap penyakit mulut dan kuku. Secara klinis ditandai dengan pembentukan lepuh dan kemudian erosi pada selaput lendir mulut, diantara kuku, lekuk koroner kaki dan putting susu.

 

            Angka kematian tidak tinggi yaitu pada yang dewasa  +  2 % dan anak hewan  + 20 %. Dalam keadaan wabah yang hebat angka kematian bisa lebih tinggi yaitu pada dewasa + 5 % dan anak hewan bisa mencapai + 50 %. Walaupun PMK jarang menimbulkan kematian terhadap ternak yang diserangnya terutama tenak dewasa akan tetapi bila dilihat dari segi morbiditasnya, secara ekonomis sangat merugikan, yaitu dapat menyebabkan turunnya berat badan dan produksi susu. Selain itu yang terpenting dapat menyebabkan kemajiran dan hilangnya kemampuan daya kerja ternak.

 

2. Sifat Karier

 

Status karier dan daya hidup virus dalam tubuh hewan dapat bertahan lama. Diketahui ternak sapi dapat bersifat karier sampai 2 tahun, kerbau belum diketahui secara pasti, pada kambing dan domba hanya beberapa bulan. Banyak teori-teori hasil penelitian para ahli yang mengupas tentang sifat karier ini. Diantara teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

 

a. Setelah pelaksanaan vaksinasi massal secara teratur tiap tahun selama 3 tahun berturut-turut masih didapatkan kemungkinan ternak karier sebanyak 0,49% dari ternak yang telah divaksinasi (Anderson E.C. Cs.1974).

b. Ternak yang terserang PMK, 8 bulan setelah sembuh masih dapat mengeluarkan bibit penyakit (Loffler, 1909).

c. Dari ternak yang telah sembuh masih dapat ditemukan bibit penyakit pada oesophagusnya selama 6 bulan - 2 tahun (Hagger 1968).

d. Kemungkinan, terjadinya penularan PMK melalui angin dari satu tempat ke tempat lainnya yang berjauhan, sebab virus dapat ditularkan melalui angin yang tenang sejauh 2 - 3 mil, bahkan dalam keadaan angin yang kuat virus dapat ditularkan dalam jarak lebih dari 10 mil, dan infeksi virus maasih bisa terjadi setelah bibit penyakit tersebut berada 14 hari di udara (Hyslop. N. St. G. 1965).

e. Kemungkinan penularan melalui lalu lintas ternak dan ikutannya atau melalui manusia atau bahan lain yang tercemar yang berasal dari daerah yang masih belum bebas penyakit ke daerah lain yang masih bebas penyakit . (Hyslop. N. St. G. 1965).

f. Kemungkinan terdapatnya ternak yang sakit terselebung atau "occult form" pada ternak yang kelihatannya sehat (Falconer 1972).

g. Sifat khas epizootika dari penyakit mulut dan kuku yaitu mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan wabah dengan jenjang waktu 10 tahun. (Hyslop. N. St. G. 1965).

 

3. Agen Penyebab

 

Penyebab PMK adalah virus yang sangat kecil, ukurannya  + 10 - 24 millimikron, terbentuk dari asam inti-ribo yang diselubungi protein. Virus sangat labil, antigenitasnya mudah dan cepat berubah. Virus PMK sangat tahan terhadap macam-macam desinfektan, tetapi ada beberapa macam desinfektan yang dapat membunuh atau menghancurkan virus terutama yang bersifat asam atau basa. Virus akan hancur pada keadaan asam pH < 6 dan keadaan basa pH > 9.

Diantara beberapa desinfektan yang baik yang dapat dipakai penghapus hamaan yaitu : NaOH 2 %, KOH 2%, Sodium Carbonat/Soda ash 4%. Citrix Acid 0,5% atau ), 2%. Orthophosporic Acid 0,3%, Formalin BP 10%. Selain itu terdapat pula macam desinfektan yang menggunakan nama patent seperti: FAM 1 : 240, Resiugard F 1 : 80, Famosan 1 : 160, Dairy Iodicide 1 : 250, lodel X 1 : 130, Sani Squad 1 : 5, G.R. 250  1 : 10, Hygasan 1 : 20, Castrol Solvex ICD 109  1 : 150.

 

4. Virulensi Agen

 

Keganasan (virulensi) virus berbeda-beda tergantung pada umur hewan dan adaptasi suatu jenis hewan. Virus dari satu jenis hewan mungkin sangat ganas bagi hewan yang satu tetapi tidak ganas bagi jenis hewan lainnya.

 

5. Type dan Subtype

 

Secara immunologik virus PMK menjadi 7 type, yaitu type O (Oise) dan A (Allemagne) keduanya mula-mula dideterminir oleh Velbe dan Carre tahun 1922 di Rusia, type C ditemukan oleh Waldman dan Trautwein tahun 1929, type SAT1 (Southern African Teritories), SAT2  dan  SAT3  dideterminasi oleh Animal Virus Research Institute Pirbright yang materialnya berasal dari Afrika, serta typa ASIA1 yang berasal dari Timur Jauh. Masing-masing type terbagi lagi menjadi sub type yaitu type O menjadi 11 subtype, A menjadi 23 subtype, C menjadi 2 subtype. SAT1 menjadi 7 subtype, SAT2 menjadi 3 subtype, SAT3 menjadi 4 subtype  dan ASIA1 menjadi 3 subtype, maka jumlah seluruhnya 53 subtype. Jumlah ini kemungkinan bisa terus bertambah mengingat struktur antigen virus tersebut mudah berubah. Type tidak ada hubungannya dengan gejala penyakit, tiap-tiap type menunjukkan gejala klinik yang serupa. Subtype dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dikatakan pula sebagai galur. Di Indonesia terdapat virus PMK type O dengan subtype 11 atau mungkin sudah bertambah subtypenya, sebab berdasarkan galurnya sudah ada beberapa galur diantaranya O galur Bali 62 dan 73, O galur Java dan O galur Java 83. Kekebalan masing-masing type berbeda satu sama lain, demikian pula subtype kadang-kadang juga berbeda.

 

6. Gejala Penyakit

 

Tanda-tanda klinis pada ternak adalah lesu, suhu tubuh dapat mencapai 410 C, hypersalivasi, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, penurunan mendadak produksi susu, penyusutan berat badan, yang terjadi serentak pada suatu kelompok hewan dan hewan rentan jenis lain di dalam pekarangan yang sama. Tanda khas dari penyakit ini adalah lepuh-lepuh berupa penonjolan bulat yang berisi cairan seperti limfe. Lepuh primer mulai terlihat 1-5 hari setelah infeksi, satu atau lebih, bergaris tengah 0,5 - 10 cm, satu persatu atau beberapa lepuh menjadi satu, terdapat tersebar di ruang mulut, terutama pada lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, langit-langit dan sekali-sekali pada selaput lendir mata. Beberapa jam setelah lepuh primer tampak, suhu badan akan naik yang menunjukkan adanya viremi diikuti timbulnya lepuh-lepuh sekunder di bagian lain dari tubuh terutama yang sering mendapat tekanan seperti kaki dan putting susu. Lepu dapat juga ditemui pada  ambing, vulva, scrotum dan cungur. Lepuh-lepuh membesar mengakibatkan epithel yang menutupinya mengalami nekrosa dan mudah mengelupas sewaktu diadakan pemeriksaan manula atau akan pecah dengan sendirinya dalam waktu yang kurang dari 24 jam. Pengelupasan epithel akan meninggalkan luka erosi yang berdarah kasar. Luka-luka pada kaki menyebabkan hewan enggan berdiri dan kuku dapat terlepas. Sedangkan luka pada lidah menyebabkan hewan enggan makan. Gejala ini jelas pada sapi dan kerbau, sedangkan pada babi lepuh pada cungur lebih menonjol; pada kambing dan domba biasanya tidak jelas. Luka erosi cepat sembuh tetapi infeksi sekunder umumnya terjadi terutama pada kaki dan ambing. Akibat lain yang sering temui berupa gangguan pernapasan kronis, deformitas kaki, infeksi kronis pada kuku dan kadang-kadang hewan menjadi mandul. Luka pada lidah akan mengalami persembuhan yang kurang sempurna dan meninggalkan parut yang masih dapat dikenali dalam jangka waktu lama. Proses penyakit bervariasi mulai dari tanpa gejala (karier), ringan (di daerah enzootik) atau berat (di daerah wabah).

 

7. Cara Penularan

 

Masa inkubasi 1 -14 hari. Virus PMK dengan konsentrasi tinggi terdapat pada epithel lepuh dan cairan yang ada di dalamnya. Konsentrasi yang lebih rendah terdapat dalam darah, organ tubuh, sekresi. Konsentrasi virus yang paling banyak pada hewan penderita yaitu pada waktu hewan demam.

 

Penyebaran penyakit antar hewan terjadi karena kontak dengan hewan penderita, sekresinya, ekskresinya atau hasil-hasil hewani seperti air susu, semen dan daging. Penularan biasanya melalui alat pencernaan dan alat pernafasan. Bahan-bahan seperti makanan, kantong makanan, alas kandang, alat perabotan susu serta kandang mudah tercemari virus dan menjadi sumber penularan. Barang-barang lain seperti kendaraan, pakaian dan hewan-hewan yang secara alami tidak rentan seperti kuda, hewan piaraan, rodensia dan barang-barang kalau tercemar, dapat pula memindahkan virus secara mekanik.

 

Penyebaran penyakit antar hewan, antar kelompok dan antar daerah berjalan sangat cepat. Hewan-hewan sakit, atau karier merupakan sumber-sumber penularan. Pada saat menderita sakit, babi adalah sumber penularan yang produktif, walaupun babi bukan karier. Hewan yang sembuh dari penyakit sering merupakan sebagai sumber penularan, karena hewan tersebut akan menjadi karier penyakit 2-3 tahun lamanya. Hewan kelihatan sembuh dari penyakit tetapi pada kerongkongan masih mengandung virus yang sewaktu-waktu bisa berbahaya.

 

Dengan cara memperdagangkan daging yang berasal dari hewan yang sakit hal ini akan membahayakan. Waktu daging tersebut dijual masih mengandung virus, walaupun daging sudah mengalami fermentasi, kemungkinan adaanya virus tetap ada. Disamping itu yang tetap berbahaya yaitu pengangkutan alat-alat jeroan dan daging yang bertulang sebab dalam sumsum tak terjadi pembentukan asam (fermentasi) sehingga virus tidak mati. Maka untuk menjaga hal tersebut memasukkan atau mengimpor daging, baik berupa daging segar maupun yang diolah berasal dari daerah atau negara berjangkit PMK harus dicegah. Hal ini sangat penting untuk penolakan terutama bagi masuknya PMK galur lain.

 

8. Cara Diagnosa

 

Penentuan PMK didasarkan atas epizootiologi, gejala klinik, kelainan pasca mati dan dikukuhkan hasil pemeriksaan Pusat Veterinaria Farma. Adanya virus ditunjukkan dengan isolasi dan membiakkannya pada jaringan buatan atau hewan percobaan kemudian identitasnya diketahui dari hasil uji serologik. Diagnosa ini didasarkan atas adanya virus yang masih hidup dalam bahan pemeriksaan. Oleh karena itu larutan pengawet serta cara pengiriman harus menjamin hidupnya virus dalam bahan pemeriksaan yang dikirim. Epithel lepuh dan cairan lepuh yang mengandung virus berkonsentrasi tinggi dapat diuji secara serologik yaitu dengan Uji Fiksasi Komplemen  terhadap adanya antigen PMK. Hasil Uji fiksasi Komplemen yang positif sudah cukup mengukuhkan, tetapi bila negatif harus menunggu hasil pemeriksaan uji yang lain. Adanya zat kebal diperiksa, dengan Uji Netralisasi.

 

Cara pengambilan spesimen adalah epithel lepuh seberat lebih kurang 3 gram (3 - 4 lepuh) diambil secara aseptik dimasukkan ke dalam botol (vial) yang berisi larutan pengawet Gliserin-Phosphat Buffer; atau dapat pula dikirim cairan lepuh sebanyak 1 - 2 cc yang dimasukkan dalam botol tanpa larutan pengawet. Untuk pemeriksaan zat kebal diperlukan 5 cc serum yang dimasukkan dalam botol tanpa bahan pengawet. Kemasan agar diusahakan sedemikian rupa sehingga bahan pemeriksaan tidak rusak selama dalam perjalanan dan dikirim ke Pusat Veterinaria Farma Surabaya. Pengiriman dilakukan secepat mungkin dengan disertai surat pengantar yang memuat keterangan bahan, nama dan alamat pemilik, signalemen, berita singkat mengenai riwayat dan kejadian penyakit serta vaksinasi.

 

Penyakit-penyakit yang menyerupai gejala PMK sebagai diagnosa banding yang penting ada 4 macam yaitu: Vesicular Stomatitis, Vasicular exanthema, Rinderpest, Mucosal Disease. Keempat penyakit tersebut belum pernah dilaporkan di Indonesia.

 

II. ANCAMAN MASUKNYA  PMK  KE WILAYAH  R.I.

 

1. Perkembangan Situasi PMK di Dunia

 

Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office Internationale des Epizooties) yang berkedudukan di Paris, Perancis yang beranggotakan + 157 negara, dimana Indonesia telah menjadi salah satu negara anggotanya. Apabila disuatu negara anggota OIE terjadi wabah (outbreak) PMK, maka lembaga berwenang di nagara tersebut berkewajiban membuat laporan ke OIE dalam kesempatan pertama dalam 24 jam. Laporan tersebut sudah merinci lokasi kejadian, hewan apa yang terserang, type dan subtype agen virus penyebab, jumlah ternak yang mati serta langkah-langkah yang telah diambil.

 

Atas dasar informasi tersebut OIE berkewajiban mencatat dan menyebarkan informasi kejadian wabah PMK ke seluruh anggota OIE. Selain itu kejadian tersebut dilaporkan dalam bentuk buku situasi kesehatan hewan dunia secara tahunan.

 

Dalam 3 (tiga) tahun terakhir 1999 - 2001, situasi wabah PMK didunia makin sering terjadi baik di negara Asia dan Eropa dapat terlihat dari informasi resmi yang dikeluarkan oleh OIE dan publikasi internet. Negara-negara yang secara resmi statusnya bebas PMK dalam waktu yang lama lebih dari 10 -50 tahun juga tertular. Negara-negara yang telah terjadi wabah antara lain Jepang, China, Korea, India, Inggris, Irlandia, Perancis, Belanda, Argentina, Brazilia, Uruguay dan negara di Afrika yaitu Afrika Selatan

 

2. Penularan PMK Antar Negara

 

Masuknya PMK ke suatu negara yang sebelumnya diketahui berstatus bebas PMK, telah banyak di identifikasi dan dipublikasikan. Sebagai contoh timbulnya wabah PMK di Jepang terbawa oleh pakan ternak yang dipergunakan untuk ternak sapi berupa hay (rumput kering) yang diimpor dari luar Jepang. Selain itu peran garbage (sisa-sisa makanan) dari pesawat terbang yang dimanfaatkan untuk pakan ternak babi.

 

Secara epidemiologi bahwa penularan PMK telah diketahui dapat langsuung atau tidak langsung. Tidak langsung dapat melalui hewan ternak yang karier (terlihat sehat tetapi berstatus karier atau membawa bibit penyakit) bahan asal hewan yang berasal dari hewan terserang PMK berupa tulang daging, susu, kulit. Selain itu dapat pula melalui hasil bahan asal hewan (produk olahan) yaitu keju, mentega, sosis dan lain-lain serta dapat melalui alat atau kemasan yang tercemar. Selain itu biji-bijian sebagai bahan pakan ternak, jagung, kedelai diduga kuat dapat menjadi media pembawa PMK

 

Ringkasnya penularan PMK antar negara dapat melalui komoditi perdagangan yang berupa hewan atau produk yang berasal dari hewan.

 

3. PMK Berdampak Terhadap Perdagangan Dunia

 

PMK yang merupakan salah satu dari 3 penyakit hewan menular utama yang paling ditakuti dunia. Karena sifat PMK yang dapat ditularkan melalui komoditi baik hewan maupun produk hewan, maka  suatu negara yang berstatus bebas PMK akan sangat tinggi resikonya apabila mengimpor hewan atau produk hewan dari negara tertular PMK. Dengan demikian apabila suatu negara atau timbul wabah secara mendadak, maka arus perdagangan akan dihentikan oleh negara pengimpor, sehingga dampak ekonomi bagi negara tertular PMK sangat besar karena, komoditi bersangkutan tidak laku atau turun drastis permintaan dan harganya.

 

 

FALSAFAH

ONTOLOGI

Uraian yang menjelaskan apa itu penyakit mulut dan kuku  (PMK), disebabkan oleh mikroorganisme apa, bagaimana struktur dan berapa ukuran mikroorganisme-nya serta berbagai macam type dan subtype. Hewan apa yang diserang oleh PMK, bagaimana tanda klinis, mekanisme penularan.

 

EPISTOMOLOGI

Uraian yang menjelaskan bagaimana mengetahuinya ancaman dan faktor-faktor yang timbul yang dapat menyebabkan kemungkinan masuknya PMK ke wilayah RI. Bagaimana mengidentifikasi dan menghitung dampak kerugian yang dapat timbul apabila PMK masuk dan menyebar di wilayah RI.

 

AKSIOLOGI

Uraian yang menjelaskan bahwa pengetahuan yang diperoleh bermanfaat untuk mencegah masuknya PMK ke wilayah RI. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan status bebasnya Indonesia dari PMK. Sehingga dapat terhindar dari kerugian ekonomi

 

III. DAMPAK EKONOMI YANG DAPAT DITIMBULKAN PMK

 

Dampak ekonomi PMK dapat dihitung dari tingkat kemungkinan terjadinya wabah dikalikan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemberantasan ditambah dengan beban ekonomi yang timbul sebagai akibat kehilangan pendapatan peternak maupun kehilangan peluang ekspor. Memperkirakan tingkat kemungkinan kejadian wabah PMK merupakan suatu hal yang perlu dikaji secara cermat, oleh karena jalur masuk potensial PMK ke negara-negara yang statusnya bebas telah mulai berubah dalam tahun-tahun terakhir ini (Ekboir, 1999). Secara tradisional diasumsikan bahwa sumber penularan yang paling mungkin adalah importasi hewan dan produk hewan, akan tetapi penerapan peraturan impor dan pengawasan lalu lintas hewan dan produk hewan yang ketat telah berhasil mengurangi resiko sampai ke tingkat yang dapat diabaikan. Di lain pihak, peningkatan jumlah wisatawan internasional, peningkatan volume perdagangan dan percepatan transportasi telah membentuk sumber penularan baru potensial yang harus dikaji secara lebih mendalam.

 

            Sumber Kerugian Akibat PMK

 

Meskipun PMK tidak dipandang sebagai masalah kesehatan manusia, akan tetapi lebih dipandang sebagai sumber penyebab kerugian ekonomi yang tinggi. Kerugian ekonomi potensial akibat PMK dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu : biaya pemberantasan, kehilangan produksi dan pembatasan perdagangan.

 

a. Biaya pemberantasan meliputi biaya pemusnahan, kompensasi untuk pemusnahan ternak dan bahan-bahan yang berkaitan dengan hewan tertular, pembersihan dan desinfeksi (P&D) dari peternakan-peternakan yang tertular dan pelaksanaan peraturan karantina.

b. Kehilangan produksi yang timbul sebagai kehilangan pendapatan dari peternakan-peternakan yang didepopulasi dan industri yang terkait dengan sektor peternakan seperti supplier input, rumah pemotongan hewan, atau industri pengolahan makanan. Tingkat kematian akibat PMK cukup tinggi pada hewan muda, sedangkan pada hewan dewasa hanya menyebabkan penurunan produksi susu dan berat badan. Angka kematian : dewasa  + 2%, anak  + 20 %, Dalam keadaan wabah :   dewasa  + 5 %, anak  + 50 %,

 

c. Sampai dengan saat ini, negara-negara yang tertular PMK tidak dapat melakukan ekspor hewan hidup atau produk hewan yang tidak diolah ke negara-negara yang bebas PMK. Oleh karena adanya pembatasan ini, pasar internasional daging sapi tersegmentasi menjadi dua yaitu pasar bebas PMK dan endemik PMK.  Perbedaan harga antara kedua segmen pasar daging sapi dengan kualitas yang sama tersebut dapat mencapai 50% (Ekboir, 1999). Perubahan peraturan perdagangan yang timbul akhir-akhir ini (perjanjian Sanitary and Phytosanitary WTO) mengizinkan negara-negara tertular PMK untuk mengekspor ke pasar bebas apabila ekspor tesebut berasal dari zona bebas PMK dan apabila penyakit tersebut dapat dibatasi dalam suatu kawasan karantina. Meskipun demikian, beberapa negara seperti Jepang, Korea dan termasuk Indonesia sendiri belum mengakui prinsip regionalisasi seperti ini khususnya untuk penyakit-penyakit hewan menular yang termasuk dalam Daftar A  OIE.

 

IV. LANGKAH-LANGKAH MENCEGAH MASUKNYA PMK KE

WILAYAH R.I.

 

Setelah mengetahui situasi perkembangan terjadinya wabah PMK di dunia dan pola penularan antar negara serta mengidentifikasi hewan, produk olahan yang dapat berperan dalam sebagai media penyebaran PMK, maka dapat dirumuskan langkah-langkah antisipasi pencegahan masuknya PMK.

 

Langkah-langkah tersebut dirumuskan oleh Departemen Pertanian, Cq. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan berupa :

 

1. Memonitor secara terus menerus perkembangan situasi PMK didunia dengan membentuk Pusat Pemantauan Krisis PMK.

Yang bertugas menghimpun informasi dan menganalisa resiko ancaman bagi Indonesia dan menyampaikan ke pembuat keputusan dalam hal ini Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.

 

2. Mengadakan pengawasan pemasukan komoditi yang berasal dari luar negeri yang dapat berperan sebagai media pembawa PMK, dengan cara penetapan pelarangan komoditi masuk/di impor ke Indonesia dari negara yang tertular PMK.

 

3. Menggerakkan kesiagaan dan pengetatan pengawasan di pintu-pintu masuk (airport, seaport dan kantor pos) oleh petugas karantina.

 

 

4. Berkoordinasi dengan instansi terkait yang terlibat dalam pengawasan komoditi perdagangan seperti, Departemen  Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Bea & Cukai, dll

 

5. Menginformasikan setiap ada kebijakan atau keputusan pelarangan masuk komoditi hewan, produk hewan dan benda lain dari luar negeri, ke berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk pelaku ekonomi agar masyarakat dapat memahami dan pada gilirannya diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan masuknya PMK ke wilayah RI.

 

 

V. PENUTUP

 

Dengan telah diketahuinya perkembangan situasi PMK di dunia dan besarnya resiko kemungkinan masuknya PMK ke Indonesia dan luasnya dampak kerugian ekonomi apabila PMK masuk  ke Indonesia, maka sudah sewajarnya Pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai antisipasi upaya-upaya yang telah diambil oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian sudah tepat dan maksimal untuk mencegah masuknya PMK ke Indonesia. Pelarangan pemasukan hewan, produk atau benda lain ke wilayah RI yang berasal dari negara-negara yang sedang terjadi outbreak (wabah) PMK sudah tepat dan sesuai dengan alasan teknis, sehingga negara asal (pengekspor) komoditi yang dilarang dan pelaku ekonomi (importir) dapat memahaminya.

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

 

 

1. Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S. Chan, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

 

2. Karnen Garna Baratawidjaja, 2000, Imunologi Dasar. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

 

3. Wesley A. Volk dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta.

 

4. Danuwidjaja D. Partadiredja M. dkk. 1985. Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia Berbagai Aspek Dan Pengendaliannya. Direktorat Kesehatan Hewan.
            Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

 

5. Anonim, 2001. Perhitungan ekonomi Penyakit Mulut dan Kuku, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Jakarta.

 

6. Anonim, Animal Health Year Bokk 1999 - 2000, Office Internationale des Epizooties (OIE), Paris, France.

 

7. Anonim, Animal Health Code 2000, OIE, Paris, France.