© 2001 Zulyusri                                                                          Posted:   9 Nov. 2001   [rudyct]  

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)   

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

November 2001

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

 

 

PERANAN MUSUH ALAMI  DALAM MENEKAN HAMA KEDELAI,

Nezara viridula L. (HEMIPTERA; PENTATOMIDAE)

 

 

 

Oleh:

 

Zulyusri 

Nrp. :A426010031

E-mail: Zulyusri2001@yahoo.com

 

 

I. Pendahuluan

 

Tanaman kedelai merupakan  komoditas  penting bagi Indonesia bahkan menjadi sasaran swasembada pangan  (Christianto, 1990). Sampai saat ini  produksi kedelai Indonesia  baru berkisar  0,7-0,9 ton/ha. Hasil tersebut  jauh lebih rendah  jika dibandingkan dengan  Amerika Serikat  yang produksi kedelainya  mencapai 2 ton/ha (Baharsyah, et al.  1997). Faktor penting yang  mengakibatkan rendahnya  produksi kedelai  adalah serangan  hama penggerek polong N. viridula  (Hemiptera: Pentatomidae) (Kalshoven 1981 cit.  Suparta & Susila, 1997; Correa-Fereira et al. 1994; Van Den Berg et al. 1995; Stam  et al. 1987; Sand & Coombs, 2000; Orr et al. 1986; Clarke, 1992).

N. viridula  tersebar luas di seluruh dunia, menyerang  leguminosae   terutama kedelai, tomat dan kacang hijau (Clarke, 1992), kacang jogo, kacang panjang dan buncis (Rusdi 1986 cit.  Christianto, 1990). Pada tanaman kedelai,  N. viridula (nimfa dan imago) menyerang bagian generatif tanaman yang mempunyai gizi tinggi (Van Den Berg et al 1995) seperti bagian batang, bunga, polong  dan  biji kedelai (Tengkano, 1997 cit. Suparta dan Susila,  1997). Akibat serangan tersebut polong menjadi berbintik-bintik, biji mengempis  dan mengering karena kekurangan  cairan (Suparta dan Susila, 1997), pucat salah bentuk, kerdil dan keriput (Water house dan Norris, 1987 cit. Coombs dan Sands, 1999). Intensitas  pengisap polong ini dapat mencapai 79,5% (Suparta dan Susila, 1997).

Kelangsungan hidup  N. viridula ditentukan oleh banyak hal  seperti musuh alami (parasitoid dan predator) (Hokyo, 1962 cit. Stam et al. 1987; Clarke, 1992), inang non crop (semak), migrasi dan  iklim,  (Clarke, 1992; Hokyo, 1962 cit. Stam et al. 1987). Selain itu kepadatan populasi dan makanan juga merupakan factor  yang mempengaruhi  dinamika populasi N. viridula (Hokyo, 1962 cit. Stam et al. 1987). Musuh alami  mempengaruhi populasi N. viridula pada berbagai tingkatan,   tetapi pengaruh utama  terdapat pada tingkat  awal perkembangan N. viridula. Sehingga mempengaruhi perkembangan populasi N. viridula secara keseluruhan.

Sejauh ini di Indonesia pengendalian  hama  ini masih tergantung pada  penggunaan pestisida, sebab pestisida  mempunyai daya bunuh yang tinggi  dan hasilnya segera diketahui.  Walaupun pada dasarnya  pestisida dapat menimbulkan  berbagai dampak negatif  baik bagi lingkungan (musuh alami) maupun bagi manusia itu sendiri  (Suparta dan Susila, 1997).  Sejalan dengan  berkembangnya konsep pengendalian hama terpadu  (PHT) yang mengedepankan  prinsip  pemahaman dan pengelolaan  ekosistem (Rauf, 1996), maka penggunaan  musuh alami  terutama parasitoid dan  predator dari N. viridula  patut mendapat perhatian. Tulisan ini mencoba menelusuri berbagai potensi yang dimiliki oleh parasitoid dan predator dalam mengendalikan N. viridula berserta kendala pelaksanaannya.

 

II. Musuh alami  N. viridula

Predator dan parasitoid  sebagai musuh alami N. viridula, memainkan peranan yang penting  dalam mengendalikan populasi hama tersebut.  Kombinasi kedua  musuh alami ini  dapat menimbulkan   kerusakan 100%  pada telur N. viridula  yang diletakkan pada tanaman yang sama.  Pada saat  predator N. viridula tidak ada,  tingkat parasitoid mencapai  lebih dari 70% dan sebaliknya  pada saat predasi  mencapai 80%,  tidak ditemukan adanya predator. Predator dan parasitoid menekan populasi N. viridula, dalam berbagai tingkatan tahap kehidupan  N. viridula, baik telur, larva maupun pupa (Van Den Berg et al. 1995).

Dalam mengemukakan peranan predator dan parasitoid terhadap N. viridula, terdapat beberapa kontroversi, terutama dalam menentukan mana yang lebih berperan apakah predator atau parasitoid.   Van Den Berg et al. (1995) mengemukakan bahwa tingkat kematian N. viridula  sampai akhir instar pertama mencapai 50-87%, dimana  18-85%  terjadi pada tahap telur dan  pada umumnya disebabkan oleh predator, hanya 2-26 % disebabkan parasitoid. Sementara itu Kiritani (1964a cit. Van Den Berg et al. 1995) mengemukakan bahwa parasitoid telur pada umumnya yang   dianggap sebagai agen pengendali hayati utama  N. viridula. Jones (1995) mengatakan bahwa predator lebih efisien dalam  menekan  telur N. viridula  (8,8% lebih efisien dari pada parasitoid, 18,7% lebih efisien dari T. basalis dan 26,6% lebih efisien dari Anastatus sp. Tingkat deteksi oleh predator  36,7-92,6% pada berbagai lokasi. Predator jauh lebih penting  darpada T. basalis  dalam membatasi populasi N. viridula pada tahap telur. (Nishida, 1996; Seymour dan Sarel 1993 cit. Jones (1995) juga mengatakan bahwa Predasi jauh lebih penting dari pada T. basalis dalam menekan populasi N. viridula pada  tahap telur. Predator utama adalah semut, tetapi serangga lain  juga penting. P.megacephala  merupakan penyebab utama kematian telur  N. viridula.  Adanya perbedaan pandangan ini bukan merupakan masalah utama, karena yang paling penting diperhatikan adalah bahwa dengan adanya predator dan parasitoid  di lapangan sudah cukup untuk menekan populasi N. viridula

Shepard et al. (1994), mengemukakan bahwa tingkat keberhasilan N. viridula  dari telur  menjadi imago   pada kedelai akibat adanya parasitoid dan predator  hanya 0,5 % pada fase V-R2 (fase berbunga penuh), tetapi  meningkat menjadi 38% pada fase R5-R6 (mulai berbiji dan berbiji penuh). Augmentasi  dan perlindungan  populasi parasitoid dan predator  pada agroekosistem kedelai dapat  memberikan pengaruh secara reguler terhadap  telur N. viridula

 

a. Jenis dan Potensi  Parasitoid N. viridula

20  spesies dari   micro hymenoptera  merupakan predator telur N. viridula terutama  dari famili scelonidae, encyrtidae, eurytomidae dan pteromalidae, dengan tingkat predatorasi mencapai 62%. Diantara serangga pada famili-famili tersebut, T.  basalis  merupakan parasitoid yang paling sering berasosiasi dengan N. viridula (98%) (Correa-Ferreira dan Moscardi, 1995). Di samping itu Trichopoda giacomegalli  (Blanchord) juga  sering ditemukan mempredatori telur N. viridula (Shephard et al. 1994; Sand dan Coombs,  1999: Coombs, 2000) selanjutnya ditemukan juga  T. pilipes (F) dan T. pennipes  sebagai parasitoid N. viridula. T. pennipes   merupakan parasitoid  N. viridula yang penting di Italia (Colazza et al.   1996 cit. Coombs dan Sands, 1999).  Telenomus podisi  Ashmead juga merupakan parasitoid  yang paling sering berasosiasi   dengan telur N. viridula (Coombs, 2000).

Dalam pengendalian N. viridula sangat banyak yang melaporkan tingkat keberhasilan berbagai jenis parasitoid terhadap N. viridula. Tood, (1989) mengemukakan bahwa  pengendalian N. viridula  yang paling sukses adalah  dengan menggunakan  parasitoid telur T. basalis dan T. pennipes . T. pennipes menyerang imago dan  nimfa N. viridula. Sementara itu Sands dan Coombs (1999) mengemukakan bahwa T. giacomelli juga merupakan  parasitoid N. viridula penting  sehingga T. giacomelli direkomendasikan   sebagai agen potensial yang menjanjikan  dalam pengendalian biologi  N. viridula.  Van Den Berg et al. (1995) mengemukakan bahwa Parasitoid utama N. viridula adalah T. basalis (Wallaston).      

           Efektivitas berbagai jenis parasitoid juga bervariasi. T. pennipes (F) mempenetrasi N. viridula  melalui  supernumeri  oviposisi, dengan 19-25 telur pada  1 species N. viridula (McPherson et al. 1982), sementara keefektifan T. Giacomelli sebagai agen pengendali biologi dalam menurunkan N. viridula  pada tahap nimfa 84% (Coombs dan Khan, 1998). Parasitoid   menekan pematangan telur,  menurunkan fecundity  sampai 70%  pada imago betina..   Selama periode perkembangan  larva, kemampuan hidup  telur tidak terpengaruh, tetapi jumlah telur yang matang menurun sekitar 50%. Bila parasitoid mencapai  dewasa 84%,  betina gagal bereproduksi (Coobs dan Khan, 1998).

 

Jenis dan Potensi Predator N. viridula       

Van Den Berg et al.  (1995) mengemukakan bahwa sejumlah predator yang  ditemui potensial  dalam mengendalikan N. viridula,   terutama pemangsa telur adalah Dolichoderus sp. (Himenoptera; Formicidae), Gryllidae (Orthoptera), Lygaedidae, Anthocoridae, Heteropsila, semut api Solenopsis  invicta  Buren, N. viridula  (kanibalisme) dan Coeoris spp.  (Hemiptera; Lygaeidae). Sementara Stam et al. (1987),  mengemukakan bahwa 16 ordo  dan 19 famili  serangga merupakan predator dari N. viridula pada ekosistem kedelai  di Lousiana. Menurut Van Den Berg et al. (1995), diantara predator-predator tersebut,  S. germinata  merupakan predator N. viridula yang paling  umum, diikuti oleh Paedorus  sp. dan laba-laba. Gryllidae sp. cukup jarang ditemui, tetapi hal ini  mungkin disebabkan karena     Gryllidae sp.  merupakan hewan nocturnal, sedangkan menurut Stam et al. (1987) S. invicta  Buren  merupakan predator  dominan selama   fase pertumbuhan vegetatif kedelai, sementara kanibalisme  telur oleh imago dan nimfa N. viridula  juga sering ditemui. Belalang juga merupakan  pemakan telur yang penting selama fase reproduktif  perkembangan tanaman. Di samping itu  juga ditemui  predator seperti kumbang, semut dan laba-laba (Rags Dale, et al. 1981 cit. Van Den Berg et al. 1995). Jones, (1995) juga menemukan  semut Monomorium floricola (Jerdon) dan  Pheidole  megacephala (F) memangsa telur secara reguler.

 

Van Den Berg  et al. (1995) menemukan ciri-ciri yang bervariasi akibat serangan  predator terhadap N. viridula. Kumbang-kumbang penghisap telur menyebabkan telur menjadi  kosong  dan cangkang telur menjadi rusak. Predator lain  seperti Crikets dan Staphylinids, secara bertahap memindahkan  sebagian telur. Pada kasus lain, Soleonopsis  geminata  membawa seluruh tumpukan masa telur  sehingga hanya meninggalkan  bekas peletakan telur.    

Dalam menekan  populasi N. viridula di lapangan, predator  memiliki potensi   yang berbeda baik untuk  setiap fase perkembangan N. viridula, maupun untuk setiap fase tanamannya. Tekanan predator  terhadap populasi N. viridula  tergantung pada  tinggi rendahnya  populasi predator di lapangan. Van Den Berg et al. (1995) menemukan bahwa  pada wilayah yang memiliki populasi predator rendah  mempunyai tekanan  predasi yang rendah terhadap N. viridula  dan sebaliknya,  wilayah yang mempunyai  populasi predator yang tinggi  juga mempunyai tekanan yang tinggi terhadap N. viridula. Kerapatan tinggi predator berkaitan dengan  tingginya tingkat kehilangan telur  N. viridula di lapangan (Clarke, 1992).

Tingkat predasi pada berbagai  fase kehidupan  N. viridula  juga berbeda. Van Den Berg et al. (1995) menemukan  bahwa pada  pertanaman kedelai yang tidak mendapat aplikasi pestisida, tingkat predasi pada telur berkisar 19-63%,  33,6% diantaranya disebabkan oleh predator, terutama pada fase telur sampai  akhir instar pertama.  Menurut Stam et al. (1987),  tingkat predasi  pada N. viridula 4 kali lebih banyak selama fase telur dari pada periode instar 1 sampai instar 2. Tingkat predasi lebih rendah  pada tahap awal fase nimfa dari pada fase telur (Hans dan Todd, 1980 cit.  Van Den Berg et al. 1995. Tingkat predasi telur N. viridula  pada tanaman kedelai di Lousiana bervariasi dari 19-63%. Dari 114 kasus feeding  pada fase telur  oleh kompleks spesies  didominasi  oleh S. invicta, N. viridula (kanibalisme) dan Coocons spp (Stam et al. 1987). S. invicta  makan lebih banyak  pada waktu telur,  sebelum tanaman  berbunga daripada  saat berbunga, sehingga  mempunyai pengaruh  yang terbatas  terhadap populasi N. viridula. 30 dari 77 kasus predasi  yang ditimbulkan S. germinata dan Dolichoderus sp., paling tinggi pada saat akhir musim tanam. Kuantitas predasi oleh S. invicta  juga  cukup tinggi. Dari 49.8% telur yang hilang  sebagian besar dimakan oleh S. invicta.

Dalam menentukan  tipe serangga yang paling berperan menekan N. viridula juga terdapat banyak pendapat.  Yeargan (1979) mengemukakan bahwa  predator yang mempunyai mulut tipe pengunyah umumnya merusak lebih banyak telur  N. viridula pada  setiap crop dibandingkan  dengan tipe pengisap. Sementara Stam et al. (1987) mengemukakan bahwa  tingkat predasi  serangga penggigit hanya  berkisar 18,2%.

                                  

III. Kendala  penggunaan  parasitoid dan predator  dalam menekan  N. viridula

Dalam menggunakan parasitoid dan predator untuk pengendalian N. viridula  sangat banyak  kendala yang ditemui terutama pada tingkat petani.  Van Den Berg et al. (1995) mengatakan bahwa di Indonesia tidak ada parasitoid dan predator  yang efektif. Hal ini disebabkan karena  intensifnya penggunaan pestisida  yang diduga tidak membunuh imago  N. viridula  tetapi lebih memacu  serangga tersebut untuk  pindah dan menyebar  pada plot lain di dekat tanaman utama. Lagipula penggunaan pestisida dapat mengurangi   populasi predator, dimana pada 3 minggu  sebelum panen, aplikasi  Phyrethroid  menurunkan rata-rata kepadatan populasi predator  semut, laba-laba  dan preator lainnya. Aplikasi  Monochrotopos dengan cepat mengurangi   predator dari keluarga yang sama  pada tanaman muda. Dengan demikian  aplikasi  insektisida selama  fase berbunga penuh – berbiji penuh (R2-R6) sangat mengurangi jumlah  predator di lapangan.

Disamping intensifnya penggunaan pestisida, pengetahuan petani dalam  menerapkan penggunaan dan konservasi  musuh alami ini juga sangat terbatas. Dengan adanya permasalahan pada tingkat petani tersebut, maka upaya reguler untuk menggunakan musuh alami guna menekan pertumbuhan N. viridula  terasa cukup sulit untuk dilakukan. Lagi pula upaya pemantauan keberadaan hama dan predator ini juga sangat sulit untuk dilakukan.

Mengingat predasi dan predatorasi merupakan factor penentu dalam  menekan populasi hama N. viridula maka  setiap usaha  harus dibuat  untuk  mengkonservasi  populasi predator  (seperti  menghindari  aplikasi insektisida yang  tidak perlu) untuk mengendalikan spesies hama lain.  Besarnya variable di alam, dalam lahan ke lahan  bahkan dari tanaman dalam areal pertanaman  dengan adanya makan  dan tekanan  yang mempengaruhi populasi  N. viridula memaksa  untuk  memantau keberadaan atau perkembangan  mulai dari awal sampai tahap pematangan tanaman (Stam, 1987).

IV. Kesimpulan

            Dalam menekan hama N. viridula,  parasitoid dan predator memegan peranan yang sangat penting. Keberadaan parasitoid dan predator  secara alamiah  dapat menekan populasi N. viridula pada level yang cukup rendah. Dengan demikian keberadaan parasitoid dan predator  perlu dipertahankan. Untuk itu diperlukan upaya konservasi keberadaan musuh alami ini di lapangan.

Upaya konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan berbagai cara terutama dengan mengurangi  penggunaan pestisida, karena sejalan dengan berkembangnya  konsep pengendalian hama terpadu, maka penggunaan pestisida harus diminimalkan kalau perlu ditiadakan. Dengan demikian upaya mengurangi keberadaan N. viridula  pada tanaman kedelai dapat berjalan secara alami dan keseimbangan alam tetap terjaga dengan baik.  

 

          

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

Baharsyah, Justika. S., Didi Suardi  dan Irsal Las. 1997. Hubungan Iklim  dengan  Pertumbuhan Kedelai. Prosiding Seminar Nasional PEI.

 

Christianto, Bonifasius Rudy. 1990. Biologi  Piedorus rubrofasciatus Fabr. (Hemiptera; Pentatomidae) Pada Kedelai ( Glycine max (L.) Merill, Buncis (Phaseolus vulgaris L.); Kacang Jogo ( Phaseolus vulgaris L.)  dan  Kacang Panjang (Vigna serquipedalis (L.) Fruw.  Skripsi.  Jurusan Hama dan Penyakit  Tumbuhan  Fakultas Pertanian  Bogor. 34 hal.

 

Clarke, Anthony, R. 1992. Current Distribution  and Pest Status  of Nezara viridula (L.) (Hemiptera; Pentatomidae) In Australia. Journal  Australia Entomology. Vol. 31. 289-297.

 

Coombs, M.T.  and Shama Khan. 1998. Fecundity and  Longevity of Green  Vegetable Bug  Nezara viridula Following  Predatorism by Trihcopoda giacomelli. Biological Control, Vol.12. 215-222.

 

__________  2000. Seasonal Phenology, Predatorism and Evaluation  of Mowing  as a Control  Measure  For Nezara viridula    (Hemiptera; Pentatomidae) in Australia  Pecans. Environmental Entomology  Vol. 29 (5). 1027-1033.

 

Correa-Ferreira, B.S. dan F. Moscardi. 1995.  Seasonal Occurrence  and Host Spectrum of Egg  Parasitoids Assosiated With Soybean Stink Bug. Ecological Control Vol. 5. 196-202.

 

Jones, Vincent P. 1995. Reassessment of The Role of Predator and Trisolcus basalis in Biological Control of Southern  Green Stink Bug (Hemiptera; Pentatomidae) in Hawaii. Biological Control. Vol. 5. 556-572.

 

McPherson, R.M., J.R. Pitts, L.D. Newsom, J.B. Chapin and  D.C. Herzog.  1982.  Incident of Tachinid Predatorism  of Several  Stink Bug (Heteroptera; Pentatomidae) Species Associated  With Soybean.  Journal of Economic Entomology. Vol. 75 (5). 783-786.

 

Orr, D.B.,J.S. Russin, D.J. Boethel and W.A.Jones. 1986. Stink Bug (Hemiptera; Pentatomidae) Eggs Predatorism in Lousiana  Soybean. Environmental Entomology. Vol. 5 (6), 1250-1254.

 

Rauf, Aunu. 1996. Analisis Ekosistem dalam  Pengendalian Hama Terpadu. Makalah.  Pelatihan Peramalan Hama dan Penyakit  Tanaman Padi dan Palawija  Tingkat  Nasional . Jatisari  2-19  Januari 1996. 10 hal.

 

Sands, D.P.A. dan M.T. Coombs. 1999. Evaluation of  the Argentinian Parasitoid Trichopoda giacomellii (Diptera: Tachinidae), for Biological Control  of Nezara viridula  (Hemiptera; Pentatomidae) in Australia. Biological Control. Vol. 15. 19-24.

 

Shepard, B.M., K. D. Elsey, A.E. Muckenfuss and H.D. Justo, Jr. 1994. Predatorisme and Predation  on Eggs Masses of The Southern  Green Stink Bug  Nezara viridula (L.) (Heteroptera; Pentatomidae) in Tomato, Okra, Cowpea, Soybean,  and wild Radhish. Clemson University. Coastal Research  and education Center. USA. 375-381.

 

Stam, P.A., L.D. Newson and E.N.  Lambremont. 1987. Predation and  Food as Factor Affecting  Survival of  Nezara viridula L. (Hemiptera; Pentatomidae) in Soybean  Ecosystem. Environmental Entomology. Vol.16 (6). 1211-1216

 

Suparta, I.W. dan I.W. Susila. 1997. Predatorisme Ooencyrtus malayensis Ferr. Terhadap telur Nezara viridula L. dan Riptortus linearis L.  Prosiding Seminar Nasional PEI .

 

Todd, J.W. 1989. Ecology and Behavior of Nezara viridula. Annual Review Entomolosgy. Vol. 34. 273-292.

 

 

Van Den Berg, H., A. Bagus, K. Hassan, A. Muhammad dan S. Zega.  1995.  Predation and Predatorisme  on Eggs of Two Pod- Sucking Bug, Nezara viridula and  Piezodorus hybneri in Soybean. International Journal of Pest Management. Vol. 41 (3). 134-142.

 

Yeargan, V. Kenneth, . 1979. Predatorisme and Predation of Stink Bug Egg in Soybean and Alfalfa  Fields. Environmental entomology. Vol. 8 (4). 715-719.