ã 2002 Gunarto Latama                                                                       Posted  2 October 2002

Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pasca Sarjana

Instutut Pertanian Bogor

Oktober  2002

 

Dosen :

Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

 

CESTODA: PARASIT CACING PADA IKAN DAN  KE MANUSIA

 

 

 

 

 

Oleh:

 

 

Gunarto Latama

NRP. C061020021

E-mail:  gunlatipb@yahoo.co

 

 

 

 

 

Pendahuluan

          Cestoda adalah salah satu klass dari Phyllum Plathehelminthes, yang merupakan salah satu kelompok parasit pada ikan dan juga pada manusia.  Parasit ini menyebabkan kerugian secara ekonomi terutama pada penurunan kualitas hasil perikanan, dan dapat merugikan kesehatan manusia.  Studi tentang parasit cestoda pada ikan yang berhubungan dengan siklus hidupnya dan kesehatan manusia telah banyak dilakukan dinegara maju yang berada didaerah sub tropis.  Di daerah tropic yang terdiri dari negara-negara yang berkembang penelitian ini sangat kurang (Palm 1997).   Dilain pihak usaha negara berkembang untuk meningkatkan eksport produk perikanan diusahakan agar meningkat dari tahun ke tahun.  Persyaratan eksport terutama pada tujuan negara maju yang menuntut produk dengan standart kualitas yang tinggi.  Keadaan ini menuntut negara pengeksport untuk mempelajari dan menerapkan pengetahuan yang bisa menjaga kualitas produk perikanan.

          Pada parasit cacing dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau ikan yaitu:

1.                  Cacing dapat menyebabkan penyakit dengan cara: (a). Melukai secara mekanik, (b). Mengambil nutrien yang dibutuhkan oleh inangnya, (c). Meracuni inangnya. (d). Memfasilitasi masuknya microorganisme patogen ke dalam tubuh inang.

2.                  Adanya parasit cacing dalam tubuh ikan menyebabkan terjadinya reaksi jaringan tubuh berupa pembengkakan jaringan yang dicirikan dengan “encapsulation” dari cacing pada jaringan tubuh ikan.

3.                  Stress lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen.

4.                  Kegiatan manusia yang memasukkan cacing dari satu habitat kehabitat yang lain kemungkinan dapat menyebabkan tersebarnya penyakit(Epizootic) dan mortalitas pada populasi setempat.

5.                  Parasit cacing adalah umum terdapat pada ikan laut , tetapi biasanya  memperlihatkan status patogen yang jelas apabila kehadirannya dalam jumlah yang besar pada setiap induvidu inangnya (Sinderman, 1990).

 

Taxonomi

Klas Cestoda merupakan terdiri dari dua subklas yaitu Cestodaria dan Eucestoda.  Subklas Cestodaria terdiri dari 2 (dua) orde yaitu Amphilidae dan Gyrocotylidae.  Subklas Eucestoda terdiri dari 5 (lima) orde yaitu Tetraphalidae, Proteocephalidae, Tryphanorhyncha, Pseudophyllidae dan Cyclophyllidae (Hickman 1967).

Dari kedua Subklas cestoda tersebut Euscestoda yang banyak didapatkan baik parasit pada ikan dan manusia. Mereka tidak mempunyai mulut dan intestine.  Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut scolex dan bagian tubuh yang disebut strobila.  Strobila terbentuk dari segmen yang tersusun dari proglottid.  Makanan diambil diambil melalui tegument. Cestodaria mempunyai ciri berupa strobila yang berbentuk daun, seperti yang ditemukan pada ratfish dan Sturgeon untuk species Gyrocotyle urna, dengan ukuran dapat mencapai 1,2 cm (Möler dan Anders 1986).  Sedangkan eucestoda  mempunyai strobila yang panjang, dapat mencapai 12 m,  pada species Diphylobothrium latum  yang dapat menginfeksi manusia sebagai final host.  Selain manusia, mamalia lainnya yang memakan ikan dapat diinfeksi oleh parasit ini seperti kucing, anjing, babi dan beruang (Schistosome Research Group Cam.University 1998).  Bagian tubuh yang digunakan untuk membedakan species Cestoda adalah: Scolex length (SL), Scolex width at level of pars bothridialis (SW), pars bothridialis (pbo), pars vaginalis (pv), pars bulbosa (pb), pars postbulbosa (ppb), appendix (app), velum (vel) dan oriantasi dari tentakel (Palm 1997).

Studi tentang identifikasi species telah menemukan banyak spesis-spesis baru utamanya didaerah tropik.  Penelitian ini juga dilakukan untuk spesis yang belum teridenfikasi di mesium-mesium.  Palm dan Thorsten (2000), berhasil mengindetifikasi 17 spesis yang ada di musium nasional d’Histoire naturale.  Pada studi di perairan Australia di dapati genus baru dari orde Triphanorhincha (Cestoda) yaitu Kotorelliella (Palm dan Beveridge, 2002).  

 

Siklus hidup

          Siklus hidup pada Cestoda yang menginfeksi ikan, membutuhkan lebih dari satu inang perantara untuk mencapai “final host” yaitu mamalia atau vertebrata.  Parasit ini pada final host hidup di dalam intestin dan lambung inangnya.  Cestoda adalah hewan yang hemaprodit.  Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan yang disebut strobila.  Strobila merupakan deretan segmen yang disebut proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel kelamin jantan dan betina dan dapat melepaskan/menghasilkan telur.  Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglottid yang sama, perkawinan antara proglottid yang satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglottid dari strobila yang berbeda (Hickman 1967).  Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh satu ekor cacing seperti pada D. latum dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah proglottid yang dapat mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari 10 m. Telur yang  terbawah oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas dan membentuk Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas.  Copepoda yang ada diperairan kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang berubah menjadi procercoid.  Procercoid termakan oleh ikan bersama Copepoda dan berubah menjadi Plerocercoid.  Apabila ikan ini termakan oleh manusia atau hewan yang memungkinkan Cestoda tersebut dapat hidup, seperti ikan yang tidak dimasak atau setengah matang sehingga larva cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda akan menjadi dewasa dan siklus akan berlanjut.  Jika ikan tersebut dimakan oleh ikan lain maka parasit tersebut pindah dan dapat hidup pada ikan tersebut tetapi tidak mengalami perkembangan. Sehingga ikan tersebut berfungsi sebagai paratenic host (inang transport) (Gambar 1).

 

 

 
 Gambar 1. Siklus hidup Diphylobothrium latum

                (Dikutip dari: Cam.University Schistosome Research Group, 2002)

 

Meskipun pada contoh diatas final host adalah mamalia, ada pula yang ditemukan dengan final host adalah ikan.  Diantaranya Proteocephalus longicollis (Cestoda: Proteocephalidae), yang diteliti di Republik Check dan menginfeksi ikan-ikan salmon yang menjadi final hostnya dengan prevalensi 17-36% dan intensitas 1-6.  Pada kasus ini, ikan salmon terinfeksi karena memakan ikan Sculpins, Cottus gobio L. (Prevalensi 60%, intensitas 1-11 [rata-rata 5]) atau karena kanibalisme berupa salmon yang berukuran lebih kecil yang mengandung parasit cacing tersebut dimangsa oleh yang berukuran besar.   Sculpins mendapatkan parasit tersebut dari copepoda (Moravek 2001). 

 

Zoogeograpy

Penyebaran Cestoda pada populasi di alam, ada yang kosmopolitan dan ada yang penyebaranya dilakukan secara tidak langsung oleh manusia.  Penyebarannya yang kosmopolitan misalnya Diphylobothrium latum yang menyebar utamanya di daerah Boltik, Rusia dan daerah disekitar Great Lake USA (Schistosome Research Group Cam.University 1998).  Sedangkan penyakit Diphyllobothriasis didapatkan menginfekasi manusia mulai dari Eropa, NIS Soviet Union, Amerika utara, Asia, Uganda dan Chile.

Bothriocephalus acheilognathi telah menyebar di Asia yang berasal dari Siberia.  Penyebarannya ini terjadi melalui penyebaran ikan mas, Cyprinus carpio (Hickman 1967).   Bahkan laporan terakhir menunjukan bahwa parasit ini telah menyebar ke bagian Selatan dan Barat Amerika Serikat yang masuk bersama ikan “grass carp” dan telah menginfeksi berbagai spesis cyprinids.  

Penyebaran dialam dapat terjadi secara luas seperti dua tempat yang sangat berjauhan misalnya pada hasil studi identifikasi Cestoda yang ada di Northeast Brazil dan Afrika Barat yang menemukan 5 (lima) spesis Cestoda: N. lingualis, N. rougetcampanae, Poecilancistrum caryophyllum, Tentacularia coryphaenae dan Callitetrarhynchus gracilis  terdapat pada ke dua daerah tersebut (Palm 1997).  Studi parasit cestoda pada ikan laut di Indonesia telah mulai dilakukan dalam bentuk indentifikasi spesis.  Dari hasil studi di dapatkan spesis baru dan juga spesis yang merupakan rekort baru (Palm 2000).  Penelitian yang telah dilakukan pada cestoda bukan hanya pada identifikasi dengan menggunakan morfologi tetapi juga dengan menggunakan analisa genetik.  Bahkan studi terhadap cestoda telah meluas dalam berbagai aspek yang meliputi juga penggunaan cestoda sebagai indikator biologi terhadap pencemaran.

 

Interaksi parasit dan inang

Parasit Cestoda pada ikan bisa didapatkan dalam bentuk dewasa misalnya Bothriocephalus scorpii mempunyai final host yaitu “flatfish” atau dalam larva dan mempunyai final host pada mamalia misalnya Diphylobothrium latum (Möler dan Anders 1986).   Dalam menginfeksi ikan, satu species dapat menginfeksi lebih dari satu spesis ikan misalnya Callitetrarhynchus gracilis dapat menginfeksi 10 species dari ikan dengan prevalensi tertinggi 72% (Palm 1997).

Infeksi Cestoda dapat memperlihatkan adanya ketergantungan ukuran dan umur seperti pada larva Trypanorhychus; Poecilancistrium caryophylum yang menginfeksi ikan Sciaenid di daerah perairan Pantai Texas di dapatkan bahwa ikan yang berumur kurang dari satu tahun tidak diinfeksi oleh parasit ini, dan penurunan prevalensi terjadi pada ikan yang berumur lebih dari 3 (tiga) tahun. Pada ikan trout laut, infeksi tidak di temukan pada ukuran kurang dari 140 mm dan infeksi dapat mencapai 40% dari populasi (Sindermann 1990).  Untuk ikan sculpins yang terinfeksi adalah ikan yang berukuran 6-9 cm (Moravek 2001).

Apabila parasit ini berada dalam tubuh ikan dalam jumlah yang banyak, dapat menyebabkan terjadinya perubahan patalogi pada pada tubuh ikan.  Seperti respon imflamasi pada otot dan luka yang meluas pada permukaan tubuh dilaporkan terjadi pada ikan “striped bass”, Morone saxatitlis di perairan California yang disebabkan oleh Lacistorhynchus tenuis.  Infeksi pada organ tubuh penting lainnya seperti tulang insang (gill arches) di laporkan di Australia terjadi pada ikan Scomberomorus commersoni yang menyebabkan imflamasi, melanisasi dan erosi tulang (Sindermann 1990).  Fenomena ini juga terjadinya pada ikan “Blue shark”, Prionace glauca (L.)  yang diinfeksi oleh Tentacularia sp. menyebabkan terjadi luka pada usus sehingga infeksi sekunder untuk penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisma karena terjadi kerusakan sel/jaringan secara mekanis (Borucinska dan Dunham 2000).  Kematian bahkan terjadi pada spesis yang menginfeksi organ yang penting seperti jantung pada ikan “Brown trout” dan “Sea trout” yang diinfeksi oleh cestoda Diphyllobothrium dendriticum di Muonio Fish Farm (Rahkonen 1998).

Selain aspek negatif diatas didapatkan pula kasus tertentu dimana ikan yang mengandung parasit dapat tumbuh lebih cepat.  Hal ini terlihat pada ikan “stickleback”, Gasterosteus aculeatus yang diinfeksi oleh cestode Schistocephalus solidu (Arnott et all. 2000).  Pengaruh parasit cestoda pada ikan “stickleback” hanya terjadi pada waktu tertentu yang menyebabkan perut ikan tersebut mengalami pembengkakan perut yang membuat kemudahan dalam pemangsaan dan parasit tersebut sudah siap untuk berkembang menjadi dewasa pada final host (Barber  1997).  Percobaan pada ikan ini juga memperlihatkan bahwa ada satu mekanisme khusus yang terjadi pada pengolmpokkan ikan-ikan yang mengalami parasit dengan yang tidak mengalami parasit.  Dimana ikan yang sehat akan menghidari untuk bergabung dengan kelompok ikan yang terinfeksi parasit (Barber et al. 1998).

          Pada final host Cestoda dapat mencapai ukuran sangat panjang dan dapat mencapai dengan umur 30-35 tahun,  misalnya Dibothriocephalus latus (Pseudophylidae) dengan demikian dapat menghambat proses pencernaan (Hickman 1967).  

 

Pengaruh Ekonomi

Kerugian yang diakibatkan oleh Cestoda pada parasit ikan utamanya, pada industri perikanan.  Di teluk Meksiko banyak dijumpai parasit Poecilancistrium robustum (Tetrarhynchoidea) yang menginfeksi ikan ekonomis penting seperti “ikan drum” (Pogonius cromis),  “Sea trout” (Cyanoscion nebulosus).  Setiap ekor ikan yang terinfeksi terdapat ratusan cacing pada ototnya sehingga cestoda ini biasa disebut “spaghetti worms” (Sindermann 1990).  Contoh yang lain adalah Gymnorhynchus gigas dan di Australia, G. thyrsitae di Afrika Selatan (Sinderman 1990).  Pada budidaya ikan-ikan salmon yang diinfeksi oleh Eubothrium spp. sering mendatangkan masalah pada hatchery dan keramba jaring apung (net culture).  Pada budidaya ikan “Brown trout” dan “Sea trout” yang diinfeksi oleh cestoda Diphyllobothrium dendriticum di Muonio Fish Farm diperkirakan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 5-10% dari total populasi (Rahkonen 1998).

Infeksi yang terjadi pada manusia seperti pada Cestoda dari ikan air tawar, Diphylobothrium latum dapat menyebabkan terjadi anemia dan kekurangan vitamin B12, bahkan dapat menghambat saluran pencernaan.  Obat yang digunakan jika terinfeksi penyakit cacing ini adalah Praziquantel, dan pemberian vitamin B12 mungkin dibutuhkan untuk menutupi kekurangnya. Untuk menghindari parasit ini, ikan sebaiknya dimasak sempurna sehingga mematikan cacing yang terikut (Schistosome Research Group Cam.University 1998). 

Di Brasil, pada daerah ini juga ditemukan dua spesis yang hidup diotot ikan yaitu Pterobothrium kingstoni dan Callitetrarhynchus gracilis yang menginfestasi jenis ikan masing-masing Citharichthys spilopterus dan Hyporhamphus aurolineatum (Palm 1997). 

Organ lain yang mungkin diserang adalah sel-sel reproduksi yang dapat menyebabkan ikan menjadi steril, misalnya  Proteocephalus amploplitis pada ikan “Bass”.


Daftar Pustaka

 

Arnott SA, Barber I & Huntingford FA 2000.  Parasite-associated growth enhancement in a fish-cestode system. Proc. Roy. Soc. B. 267: 657-663.

 

Barber I, Downey LC and Braithwaite VA.  1998.  Parasitism oddity and mechanism of shoal choice.  Journal Fish Biology. 53:1365-1368.

 

Barber I 1997.  A non-invasive morphometric technique for estimating cestoda plerocercoid burden in small fersh water fish.  Journal Fish Biology 51:654-658.

 

Borucinska dan Dunham A. 2000.  Blue shark, Prionacea glauce infected by Tentacularia sp.  Journal of fish diseases.  23:353-359.

 

Hickman CP 1967.  Invertebrates.  The CV. Mosby Company. Kiel.  Germany.

 

Möler H and Anders A. 1986.  Diseases and parasites of marine fishes.  Verlag Möler.

    

Moravek F 2001.  Common sculpin Cottus gobio as natural paratenic host of Proteocephalus longicollis (Cestoda: Proteocephalidae), a parasite salmonids, in Europe. Dist. Aquat. Org.  Vol. 45:155-158.

 

Palm HW 1997. Trypanorhynch Cestodes of Commercial Fishes from Northeast Brazilian Coastal Waters. Memórias do Instituto Oswaldo Cruz.Vol. 92(1): 69-79.

 

Palm HW 2000.  Trypanorhynnch cestodes from Indonesian coastal waters (East Indian Ocean). Folio Parasitologica. 47:123-134.

 

Palm HW and Overstreet RM 2000.  New records of trypanorhynch cestodes from the Gulf of Mesxico, including Kartorella pronosoma (Stossich, 1901) and Hyteronybelinia palliata (Linton,1924) comb.n. Folio Parasitologica. 47:293-302.

 

Palm HW and Walter T 2000.  Tentaculariid cestodes (Trypanorhyncha) from the Muséum national d’histoire naturalle, Paris.  Zoosysterma.  22(4): 641-666.

 

Palm HW and Beveridge, 2002.  Tentaculariid cestodes of the order Trypanorhyncha (Plathyhelminthes) from the Australian region.  Records of the South Australian Museum. 35(1):49-78.

 

Rahkonen R 1998. Interactions between a gull tapeworm Diphyllobothrium dendriticum (Cestoda) and trout (Salmo trutta L.) [Abstrak].

 

Schistosome Research Group Cam.University 1998.  Diphylobothrium latum. http//www.pact.cam.ac.uk/˜schisto/. [15 Septerber 2002].

 

Sindermann CJ 1990.  Principal diseases of marine fish and shellfish. Ed ke-2. New York: Academic Press, Inc.