© 2002  M. Yafizr                                                           Posted: 21 December, 2002

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

December  2002

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

 

 

ANALISIS KINERJA JASA TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA DI KOTA PEKANBARU

 

 

Oleh:

 

M.Yafiz

C.561020214

E-mail: m_yafiz_ipb@hotmail.com

 

 

 

RINGKASAN

 

            Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk dari desa ke kota Pekanbaru menuntut diperlukannya sarana transportasi angkutan kota yang memenuhi syarat kelancaran, kenyamanan, dan keamanan. Kondisi yang terjadi saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi angkutan kota, belum ditata secara maksimal sehingga pengaturan manajemen angkutan kota belum mampu menawarkan pelayanan yang mmemuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor, pertama, pengaturan rute dan jalur trayek angkutan kota belum didasarkan pada analisis kebutuhan pasar. Kedua, sikap dan kesadaran berlalu lintas para pengemudi, para penumpang dan juga para petugas terkait relatif masih rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis tentang kinerja manajemen angkutan kota yang terintegrasi.

            Untuk mengukur kinerja manajemen angkutan kota dievaluasi dari seluruh trayek yang ada di kota Pekanbaru yang berjumlah 16 trayek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakanempat analisis yaitu : analisis movement (perpindahan penumpang), analisis waktu perjalanan pulang pergi, analisis frekuensi dan varians, serta analisi load factor. Hasil penelitian dengan menggunakan metode survey diperoleh temuan bahwa : tingkat movement (perpindahan penumpang) relatif tinggi, yaitu rata-rata diatas 50%, padahal idealnya tingkat perpindahan penumpang sebesar 10%. Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa pengaturan rute/trayek belum efisien, karena lebih dari 50% penumpang angkutan kota harus berganti kendaraan untuk mencapai tujuan perjalanannya.

            Sementara itu kinerja jasa transportasi angkutan kota jika dievaluasi dari aspek waktu perjalanan pulang pergi dari tempat asal ke tempat tujuan memerlukan waktuyang relatif lama dan sangat bervariasi. Waktu perjalanan tergantung pada kecepatan dan panjang rute serta kondisi lalu lintas dan waktu tunggu di terminal. Hasil penelitian diketahui bahwa waktu perjalanan bolak balik dari setiap trayek sangat bervariasi, sementara itu tarif yang diberlakukan relatif sama, sehingga merugikan pengusaha jasa transportasi.

            Lebih lanjut kinerja jasa transportasi dapat dievaluasi dari aspek frekuensi dan varians. Hasil penelitian menunjukkan varians antar frekuensi kendaraan pada saat jam sibuk dan di luar jam sibuk relatif tinggi untuk setiap trayek. hAl tersebut menggambarkan adanya permintaan yang tidak stabil antara jumlah kendaraan dengan ketersediaan calon pengguna jasa angkutan kota. Evaluasi kinerja dari aspek load factor yaitu mengukur kapasitas penumpang setiap kali perjalanan apakah setiap trayek mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat rata-rata load factor dari seluruh trayek yang ada di kota Pekanbaru baru mencapai 50% dari kapasitas yang tersedia. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah armada angkutan kota sudah melebihi dari target yang ideal dan tidak diperlukan penambahan armada yang baru.

 

 

 

I.       LATAR BELAKANG

            Dalam sepuluh tahun ini Pekanbaru mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik disektor perdagangan, industri, pariwisata dan perhotelan. Bahkan diperkirakan Pekanbaru akan menjadi kota metropolis yang terbesar di Sumatera. Atas dasar pemikiran tersebut banyak penduduk yang menilai bahwa kota Pekanbaru menjanjikan harapan hidup yang lebih baik, terlebih lagi dari aspek posisi geografis yang dekat dengan pintu gerbang perdagangan sijori, menyebabkan semakin banyaknya migrasi ke kota Pekanbaru.

            Sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta semakin meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat menuntut diperlukannya sarana transportasi yang mampu mendukung mobilitas mereka dalam beraktifitas sehari-hari. Kondisi yang terjadi saat ini bahwa meningkatnya permintaan jasa transportasi angkutan kota sebagai dampak dari tingginya mobilitas penduduk dirasakan belum ditata secara maksimal, sehingga manajemen angkutan kota belum mampu menawarkan pelayanan yang lancar, tertib, aman dan memuaskan. Kondisi tersebut disebabkan dua faktor. Pertama, pengaturan rute dan jalur trayek angkutan kota belum didasarkan pada analisis kebutuhan pasar. Kedua, sikap dan kesadaran para pengemudi, para penumpang dan juga petugas yang terkait relatif rendah. Oleh karena itu sistem transportasi angkutan kota yang ada sekarang perlu ditata kembali menuju sistem transportasi yang terintegrasi, sehingga mobilitas penumpang dari dan ke tempat tujuan tertata secara baik, lancar dan memuaskan.

            Berdasarkan pada kajian awal penelitian bahwa angkutan umum di kota Pekanbaru mengalami perkembangan yang relatif cepat. Untuk lebih jelasnya data perkembangan angkutan kota selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

 

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Angkutan Kota di Kota Pekanbaru

No

Jenis Angkutan

Tahun/Jumlah

1996

1997

1998

1999

2000*)

1

Oplet

1.333

1.390

1.565

1.565

1.965

2

Taxi

112

127

147

147

147

3

Bajaj

75

75

75

75

75

4

Bis Kota

34

37

37

37

37

Jumlah

1.554

1.629

1.824

1.824

1.824

Sumber : DLLAJR Kota Pekanbaru

*) Data awal tahun

           

Berdasarkan pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa terdapat 4 jenis angkutan umum yang digunakan masyarakat untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Namun demikian dari keempat jenis angkutan umum yang ada, maka untuk jenis angkutan umum oplet mempunyai armada yang relatif banyak, sehingga memerlukan penanganan yang serius. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi apakah pengoperasiannya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar atau malah sebaliknya terjadi kelebihan. Atas dasar itulah peneliti mencoba untuk melakukan penelitian ini guna mengevaluasi kinerja jasa transportasi angkutan kota di Kota Pekanbaru.

 

II.     TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.       TUJUAN PENELITIAN

Secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah :

a.       Untuk melakukan identifikasi tentang kondisi manajemen angkutan kota yang terjadi pada saat ini.

b.      Untuk melakukan penataan manajemen angkutan kota yang diarahkan pada pola pengembangan sistem transportasi yang terintegrasi sesuai dengan peta kebutuhan daerah.

c.       Untuk melakukan evaluasi tentang efektifitas jalur transportasi angkutan kota, yang secara teknis dan ekonomis mampu menciptakan keuntungan.

2.       MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

a.       Terciptanya sistem manajemen angkutan kota yang memadai.

b.      Bagi pemerintah daerah dan pihak terkait, dapat dijadikan bahan masukan dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan manajemen angkutan.

c.       Terciptanya sistem transportasi yang mampu memenuhi permintaan di kota Pekanbaru.

 

III.        TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1.       KONSEP OPERASIONAL

a.       Manajemen Transportasi

Transportasi diartikan sebagai proses mengangkut atau membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari definisi tersebut dapat disimpilkan bahwa kegiatan transportasi akan terjadi apabila dipenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : (Muchtaruddin, 1990 :3)

-         Ada muatan yang diangkut.

-         Tersedia alat angkut yang memadai.

-         Terdapat fasilitas jalan dan jembatan yang akan dilalui.

Manajemen transportasi adalah sebagai usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan penghasilan jasa angkutan oleh perusahaan angkutan sedemikian rupa, sehingga dengan tarif yang berlaku dapat memenuhi kepentingan umum.

Pada umumnya manajemen transportasi menghadapi tiga tugas utama (Nasution, 1996 : 30) :

1.       Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi organisasi secara keseluruhan.

2.       Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.

3.       Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam mengoperasikan angkutan kota.

Masalah umum manajemen lalu lintas adalah bagaimana mencapai optimalisasi kapasitas angkutan. Kapasitas angkutan adalah kemampuan suatu alat angkut untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan terdiri dari :

·        Berat muatan

·        Jarak yang ditempuh

·        Waktu yang dibutuhkan

Untuk pemanfaatan maksimum dari kapasitas angkutan, manajemen lalu lintas harus mampu.

·        Mencapai efesiensi, operasional yang tinggi

·        Mencapai standar perawatan yang layak jalan dari kendaraan

·        Mencapai organisasi yang sehat dengan standar tanggung jawab manajemen yang tinggi

b.      Permintaan dan Penawaran Jasa Transportasi

1.       Permintaan jasa transportasi

Kebutuhan akan jasa transportasi ditentukan oleh barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan yang sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa, transportasi sebagai berikut : (Abbas Salim, 1993 : 15)

a.       Pertumbuhan penduduk

b.      Pembangunan wilayah dan daerah

c.       Industrialisasi

d.      Transmigrasi dan penyebaran penduduk

e.      Analisis dan proyeksi akan permintaan jasa transportasi

2.       Penawaran Jasa Transportasi

Penawaran jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap model transportasi mempunyai sifat karakteristik dan aspek teknis yang berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan. Dari sisi penawaran jasa angkutan dapat kita bedakan dari beberapa segi sebagai berikut : (Abbas,  1993 : 18)

-         Peralatan yang digunakan

-         Kapasitas yang tersedia

-         Kondisi teknis alat angkutan yang dipakai

-         Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkut

-         Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkut.

Sementara itu dari segi penyedia jasa memperhatikan benar-benar agar pengguna jasa angkutan merasa puas terhadap hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal berikut : keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan, kecepatan, kesenangan, dan kepuasan.

c.       Konsep Analisis Kinerja Operasi

Untuk melakukan evaluasi tentang kinerja operasi dari angkutan kota, khususnya mobil penumpang dapat dilakukan melalui beberapa peralatan analisis sebagai berikut :

a.       Perhitungan perpindahan penumpang

 

 

 


b.      Perhitungan faktor muat/load factor

 

 

 


c.       Variasi frekuensi

 

 

 


d.      Perhitungan armada yang beroperasi

 

 

 

 


2. HIPOTESIS

            Berdasar pada permasalahan dan kajian teoritis yang telah dikemukakan di atas, maka untuk lebih mempertajam hasil analisis dari penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Kinerja angkutan kota di kota Pekanbaru ditentukan oleh tingkat perpindahan penumpang (movement), waktu perjalanan kendaraan, frekuensi kendaraan dan variansinya, dan tingkat load factor.

 

IV.             METODE PENELITIAN

1.       LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Pekanbaru, khususnya pada beberapa wilayah kecamatan yang memiliki jalur/trayek transportasi dalam kota. Dengan demikian lokasi penelitian ini diarahkan pada beberapa daerah  yang memiliki jalur angkutan dari dan ke pusat perkotaan dan pembelajaan.

2.       DATA DAN SUMBER DATA

Sumber data dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah masyarakat pengguna jasa transportasi angkutan kota. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yakni Dinas LLAJR, Organisasi angkutan darat (Organda) dan lembaga lain yang terkait.

3.       METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan kuisioner.

4.       POPULASI DAN SAMPEL

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, penulis melakukan survey kepada para penumpang angkutan kota dari 16 trayek yang ada di Pekanbaru. Selanjutnya dari 16 trayek tersebut, masing-masing trayek diambil sampel 3 orang penumpang pada waktu sibuk dan 3 orang penumpang pada waktu tidak sibuk, sehingga sampel keseluruhan sebanyak 96 orang penumpang.

5.       ANALISA DATA

Penganalisaan data dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan perangkat analisis sebagai berikut : analisi movement, analisis waktu perjalanan pulang pergi, analisis varians frekuensi dan analisis load factor.

 

V.           HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja angkutan kota digunakan analisis sebagai berikut :

1.       Analisis perpindahan penumpang (movement)

2.       Analisis waktu perjalanan pulang pergi

3.       Analisis frekuensi kendaraan dan varians frekuensi

4.       Analisis load factor

Masing-masing peralatan analisis dapat diuraikan pada bagian berikut :

1.       Analisis Perpindahan Penumpang (Movement)

Secara umum pengguna jasa angkutan selalu berupaya untuk mencari alat angkutan yang cepat dan dengan biaya relatif murah, sehingga diupayakan dalam melakukan perjalanan tidak berpindah dari satu alat transpor yang lain. Perpindahan alat transpor lebih dari satu kali di samping biaya relatif tinggi, juga memerlukan waktu relatif lama dari sisi keamanan tidak terjamin.

Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap tingkat perpindahan penumpang dalam memanfaatkan sarana transportasi. Semakin banyak penumpang yang berpindah dari satu alat transportasi ke alat transportasi lain, maka dikatakan bahwa manajemen angkutan kota belum memadai, sebaliknya jika relatif sedikit penumpang yang berpindah dari satu alat transportasi ke alat transportasi lainnya, maka dikatakan bahwa jalur tersebut telah efisien.

Mengingat penumpang angkutan kota relatif banyak, maka untuk melakukan analisis terhadap tingkat perpindahan penumpang dilakukan dengan model survey secara acak, dimana survey dilakukan terhadap semua rute trayek angkutan kota yang ada di Pekanbaru yaitu sebanyak 16 trayek. Selanjutnya dari masing-masing trayek diambil sampel secara acak baik pada waktu peak (sibuk) maupun pada waktu tidak sibuk, dan setiap trayek diambil sampel sebanyak 6 penumpang yang terbagi-bagi atau waktu sibuk dan tidak sibuk.

Dari analisis perpindahan penumpang, dapat diketahui bahwa pelayanan dan pembukaan jalur yang baik adalah yang memungkinkan penumpang mengadakan perjalanan tanpa melakukan perpindahan dari tempat asal berangkat ke tempat tujuan yang diinginkan. Jika penumpang harus berpindah dari satu rute ke rute lainnya, atau dari mode angkutan satu ke mode angkutan lainnya akan menambah waktu perjalanan dan biaya.

Jika tingkat perpindahan penumpang tinggi menandakan rute tersebut tidak cocok bagi penumpang dan sebaliknya jika prosentase perpindahan rendah dikatakan rute tersebut relatif baik. Ukuran tingkat perpindahan penumpang dikatakan baik apabila hasil perhitungan perpindahan penumpang berada pada angka standar World Bank Technical (10%).

Hasil perhitungan tingkat perpindahan penumpang (berpindah satu kali dan lebih dari satu kali) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2

Tingkat Perpindahan Penumpang

(Sebanyak 1x) Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2000 (%)

 

 

No

No. Rute

 
Jurusan

Tingkat Perpindahan

 
Rata-rata

 

Jam sibuk

Luar jam sibuk

 

1

102

T. Rumbai-Rumbai

60

50

55

 

2

10

T. Rumbai-Senapelan

75

45

60

 

3

201

Senapelan-Tampan

80

70

75

 

4

202

Senapelan-Rintis

75

65

70

 

5

203

Senapelan-T. Rhu

65

57

61

 

6

204

Senapelan-T. Rhu

75

55

65

 

7

205

Senapelan-Sukajadi

60

54

57

 

8

207

T. Senapelan-L.Baru

65

61

63

 

9

208

T. Senapelan-L.Baru

65

57

61

 

10

210

T. Senapelan-Gobah

70

60

65

 

11

211

T. Senapelan-P. Angin

80

70

75

 

12

212

PS Senapelan-PS Dupa

65

59

62

 

13

301

Nangka-S. Panam

55

51

51

 

14

302

Nangka-Kubang

70

62

66

 

15

402

Hr Raya-A. Mayang

60

42

51

 

16

501

PS Pusat-Kulim

75

73

74

 

Sumber : Data olahan hasil penelitian

 

Berdasarkan pada tabel 1.2 di atas terlihat bahwa tingkat perpindahan penumpang untuk 1x dari setiap trayek dari jam sibuk rata-rata di atas 50%. Hal tersebut menandakan bahwa pembukaan jalur trayek secara keseluruhan belum efisien, dimana 50% dari penumpang masih melanjutkan perjalanan lebih dari satu kali. Menurut standar bahwa tingkat rata-rata perpindahan yang ditolelir (berdasarkan standar Bank Dunia) tingkat perpindahan penumpang maksimal 10 %. Hasil perhitungan di atas menandakan bahwa trayek yang ditujukan belum efisien.

Selanjutnya tingkat perpindahan penumpang lebih dari (satu kali) atau lebih besar dari 2 x dapat dilihat pada hasil pengumpulan data survey sebagai berikut :

 

 

Tabel 1.3

Tingkat Perpindahan Penumpang

Lebih dari 2 kali Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2000 (%)

 

 

No

No. Rute

 
Jurusan

Tingkat Perpindahan

 
Rata-rata

 

Jam sibuk

Luar jam sibuk

 

1

102

T. Rumbai-Rumbai

50

40

45

 

2

10

T. Rumbai-Senapelan

45

35

40

 

3

201

Senapelan-Tampan

30

20

25

 

4

202

Senapelan-Rintis

30

30

30

 

5

203

Senapelan-T. Rhu

40

38

39

 

6

204

Senapelan-T. Rhu

40

30

35

 

7

205

Senapelan-Sukajadi

45

41

43

 

8

207

T. Senapelan-L.Baru

40

34

37

 

9

208

T. Senapelan-L.Baru

40

38

39

 

10

210

T. Senapelan-Gobah

38

32

35

 

11

211

T. Senapelan-P. Angin

30

20

35

 

12

212

PS Senapelan-PS Dupa

42

34

38

 

13

301

Nangka-S. Panam

50

44

47

 

14

302

Nangka-Kubang

40

28

34

 

15

402

Hr Raya-A. Mayang

50

48

49

 

16

501

PS Pusat-Kulim

30

22

26

 

Sumber : Data olahan hasil penelitian

 

Berdasarkan tabel 1.3 tentang tingkat perpindahan lebih dari 2 x, dapat diketahui bahwa jumlah penumpang yang pindah relatif lebih sedikit prosentasenya dibanding mereka yang berpindah sebanyak 1 x. meskipun demikian perlu kiranya dikaji faktor apa saja yang menyebabkan kinerja angkutan kota di Pekanbaru relatif masih rendah, terlebih lagi masih belum maksimalnya pengaturan angkutan kota untuk masing-masing trayek yang ada di Kota Pekanbaru.

2.       Analisis waktu perjalanan pulang pergi (bolak-balik)

Untuk menentukan efektivitas waktu tempuh perjalanan angkutan kota khususnya jenis oplet, perlu dilakukan perhitungan waktu tempuh perjalanan bolak-balik dari tempuh asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal.

Waktu perjalanan bolak-balik ini tergantung pada kecepatan panjang rute, dan kondisi lalu lintas. Kecepatan diasumsikan bahwa kendaraan akan berjalan sesuai dengan kecepatan normal di jalan perkotaan yaitu 60 km/jam. Sementara itu panjang rute, artinya berapa jauh rute/trayek dari tempat asal sampai ke tempat tujuan. Semakin jauh jaraknya berarti semakin lama waktu tempuh untuk bolak-balik. Sedangkan kondisi lalu lintas diartikan bahwa kelancaran perjalanan sangat tergantung pada situasi dan kondisi jalan yang dilalui apakah terjadi hambatan atau tidak. Setiap penumpang menyukai apabila perjalanan mereka cepat sampai, sehingga atas dasar waktu perjalanan bolak balik tersebut dapat memperhitungkan berapa banyak kebutuhan kendaraan.

Waktu perjalan bolak-balik diasumsikan sebagai waktu perjalanan sekali putar dari tempat asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal, dengan memperhitungkan waktu tunggu di terminal.

Untuk lebih jelasnya, waktu yang ditempuh kendaraan untuk setiap trayek dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Tabel 1.4

Waktu Perjalanan Bolak-balik

dari Tempat Asal ke Rute Tujuan Tahun 2000 (menit)

 

No

Nomor

Frekuensi kendaraan per jam

Rata-rata

Peak Pagi

Peak Siang

Off Peak

1

102

27

30

25

27.33

2

104

45

46

41

44.00

3

201

42

35

34

37.00

4

202

41

43

38

40.67

5

203

43

44

41

42.67

6

204

40

41

37

39.33

7

205

48.5

55

50

51.17

8

207

39

39

35

37.67

9

208

36

37

34

35.67

10

210

45

44

43

44.00

11

211

42

43

40

41.67

12

212

53

84

64

67.00

13

301

67

71

69

69.00

14

302

65

67

63

65.00

15

402

36

37

33

35.33

16

501

85

80

76

80.33

Sumber : Data olahan hasil penelitian

 

Berdasarkan pada tabel 1.4 di atas dapat diketahui bahwa waktu perjalan bolak-balik dari setiap trayek relatif sangat bervariasi. Di satu sisi ada yang mempunyai waktu relatif singkat, dan disisi lain ada yang mempunyai waktu relatif lama, sementara itu tarif yang diberlakukan relatif sama dengan peraturan pemerintah daerah, kondisi tersebut tentunya berpengaruh pada penghasilan armada angkutan.

3.       Analisis Frekuensi Kendaraan dan Variansi Frekuensi

Analisis frekuensi penumpang dimaksudkan untuk mengukur kinerja angkutan kota dalam memberikan pelayanan pada penumpang. Secara umum para penumpang selalu mengharapkan cepat mendapatkan kendaraan untuk maksud perjalanannya, sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama dan cepat sampai ke tujuan. Untuk penelitianini mencoba untuk mengukur frekuensi kendaraan dari masing-masing trayek ke arah tujuan yang ditetapkan, baik pada waktu jam sibuk maupun di luar jam sibuk. Pada jam sibuk, frekuensi kendaraan dianjurkan 12 kendaraan tiap jam, dan pada jam sibuk frekuensi kendaraan dianjurkan paling sedikit 6 kendaraan tiap jam.

Pergantian jam sibuk, berarti pada waktu tersebut jumlah kendaraan yang dibutuhkan relatif banyak, karena banyak calon penumpang yang akan membutuhkannya untuk kepentingan berangkat kerja, berangkat sekolah/kuliah, maupun untuk keperluan bisnis. Sementara itu jam tidak sibuk, diartikan bahwa pada waktu tersebut relatif sedikit permintaan terhadap sarana angkutan, karena aktifitas calon penumpang relatif sedikit.

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh data tentang frekuensi kendaraan pada waktu jam sibuk dan di luar jam sibuk untuk masing-masing trayek. Teknik yang digunakan dengan cara mencatat semua kendaraan angkutan kota yang lewat dari setiap trayek dalam satuan waktu per jam. Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Tabel 1.5

Frekuensi Kendaraan dan Variansinya dari Setiap Rute/Trayek (Jam)

 

No

Nomor Rute

Frekuensi Kendaraan Per Jam

% Variansi (2:1)

Peak (sibuk)

(1)

Off Peak (di luar jam sibuk)

(2)

1

102

20

18

90

2

104

130

102

78,46

3

201

93

88

94,62

4

202

4

7

175

5

203

3

3

100

6

204

70

35

50

7

205

84

85

1001,19

8

207

68

85

125

9

208

25

15

60

10

210

69

63

91,30

11

211

78

83

106,41

12

212

140

118

84,29

13

301

102

96

94,12

14

302

3

2

66,67

15

402

66

72

109,09

16

501

35

30

85,71

Sumber : Data olahan hasil penelitian

           

Berdasarkan pada tabel 1.5 di atas dapat dinalisa bahwa variansi antara frekuensi kendaraan pada jam sibuk dan diluar jam sibuk relatif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi yang tinggi menggambarkan adanya permintaan yang tidak stabil antara jumlah kendaraan dengan ketersediaan calon pengguna jasa angkutan.

            Rute trayek dikatakan baik apabila variansi antara waktu di luar sibuk dengan waktu yang sibuk relatif sama, seperti misalnya untuk trayek 203, dimana waktu sepi dengan waktu sibuk jumlah frekuensi kendaraan sama.

            Dalam kenyataannya berdasarkan hasil suvey, diperolah temuan bahwa sebagian besar rute angkutan kota di Pekanbaru masih belum optimal, dimana pada saat sibuk kekurangan kendaraan, dan pada saat di luar jam sibuk banyak kendaraan yang menganggur. Hal itu menandakan bahwa manajemen angkutan kota untuk seluruh trayek perlu diperbaiki, karena banyak trayek yang tidak efisien lagi jika dianalisa dari aspek frekuensi dan variansinya.

4.       Analisis Load faktor.

Analisis load faktor ini dimaksudkan untuk mengukur kapasitas penumpang setiap kali perjalanan, sehingga dari data load faktor, nantinya dapat diketahui apakah setiap kendaraan dari setiap kendaraan dari setiap trayek mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas maksimal, berarti rute dari dan ke dalam tersebut tidak menguntungkan jika dievaluasi dari aspek kapasitas penumpangnya. Namun demikian apabila ditinjau dari kepentingan masyarakat pengguna jasa, Load faktor yang rendah akan menyenangkan karena yang bersangkutan lebih leluasa dan longgar memanfaatkan tempat duduknya. Akan tetapi bagi pengusaha jasa transportasi, load faktor yang rendah akan merugikan mereka, karena kapasitas angkut setiap trayek tidak maksimal. Untuk melakukan perhitungan load faktor, yang mendekati angka kebenaran, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap setiap penumpang baik penumpang yang turun maupun yang naik kendaraan. Selanjutnya perlu dianalisa perhitungan load faktor pada saat ramai (peak) dan pada saat off peak (sepi) dari masing-masing rute/trayek. Hasil perhitungan dapat dijadikan pedoman dalam penetapan kebijakan, baik bagi pemerintah maupun bagi pengusaha angkutan itu sendiri.

Hasil perhitungan load faktor untuk seluruh trayek angkutan kota (oplet) dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Tabel 1.6

Load Faktor untuk Rute

Angkutan Kota di Pekanbaru Tahun 2000.

 

No

Nomor Rute

Frekuensi kendaraan per jam

Rata-rata

Peak (sibuk) %

Off Peak (tidak sibuk) %

1

102

25.00

20.00

22.50

2

104

42.25

24.96

33.61

3

201

57.00

55.00

56.29

4

202

57.00

25.00

34.00

5

203

43.00

30.00

43.00

6

204

56.00

45.00

25.30

7

205

45.68

39.00

42.34

8

207

40.56

35.80

38.18

9

208

40.42

30.88

35.65

10

210

55.00

54.70

54.85

11

211

78.00

63.00

70.50

12

212

38.90

36.50

37.70

13

301

62.70

44.18

53.44

14

302

45.00

35.61

40.31

15

402

55.76

44.40

50.08

16

501

77.50

71.67

72.09

Sumber : Data olahan hasil penelitian

 

            Berdasarkan tabel 1.6 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat load faktor angkutan kota di Pekanbaru relatif masih belum efisien. Hal tersebut terbukti dari masih rendahnya angka load faktor untuk seluruh trayek sebesar 44,37. Angka tersebut relatif rendah, yang mana tingkat kapasitas penumpang setiap perjalanan hanya terisi 50% dari kapasitas yang tersedia. Hal itu membuktikan juga bahwa jumlah armada angkutan sudah sangat penuh, sehingga tidak diperlukan penambahan armada yang baru.

 

VI.               KESIMPULAN DAN SARAN

1.       KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diambil kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut :

1)       Optimalisasi permintaan jasa transportasi angkutan kota, khususnya untuk jenis angkutan oplet, ditentukan oleh beberapa indikator penting, yaitu tingkat perpindahan penumpang, analisis waktu pulang pergi kendaraan dalam operasional, analisis frekuensi dan variasi, analisis load factor dan analisis permintaan jasa transportasi.

2)       Tingkat perpindahan penumpang dari satu rute ke rute yang lain relatif tinggi, yaitu di atas 50%. Padahal ukuran idealnya perpindahan penumpang 10%. Hal ini menandakan bahwa rute angkutan kota yang ada sekarang ini belum mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi jika dilihat dari kepentingan masyarakat pengguna jasa transportasi.

3)       Ditinjau dari analisis frekuensi dan variasi disimpulkan bahwa frekuensi kendaraan dalam beroperasi antara waktu sibuk dengan di luar waktu sibuk menunjukkan variansi yang relatif tinggi.

4)       Ditinjau dari kapasitas penumpang, diperoleh temuan bahwa kapasitas penumpang rata-rata untuk seluruh rute belum mampu mencapai load faktor yang sesuai dengan ukuran standar.

5)       Ditinjau dari aspek analisis permintaan jasa transportasi, diperoleh temuan bahwa meskipun berada dalam waktu sibuk maupun di luar waktu sibuk, permintaan jasa transportasi rata-rata dari masyarakat relatif rendah. Artinya jumlah penumpang tidak sebanding dengan jumlah armada angkutannya. Hal itu disebabkan karena load faktor (kapasitas angkut) per kendaraan relatif masih sangat rendah.

2.       SARAN

Dengan informasi dan data hasil penelitian selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran yang perlu diambil pemerintah daerah dan khususnya instansi yang terkait dengan pengaturan manajemen transportasi angkutan kota.

1)       Mengingat kinerja angkutan kota relatif rendah, maka untuk meningkatkan kinerja yang dimaksud dapat ditempuh dengan jalan melakukan pengurangan jumlah armada yang diizinkan dengan cara mengalihkan izin operasi kendaraan pada rute yang masih bias dikembangkan atau membuat kebijakan membuka rute baru yang lebih efisien.

2)       Perlu kebijakan untuk melakukan penataan trayek baru untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antara rute yang satu dengan yang lain.

3)       Memperketat prosedur perizinan bagi pengusaha yang akan memasuki sektor jasa transportasi, sementaraa itu dari pihak instansi terkait, hendaknya harus meneliti ke lapangan tentang kemungkinan dibukanya izin trayek baru yang didasrkan atas perhitungan yang memenuhi syarat.

4)       Dalam jangka panjang perlu diupayakan bahwa untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan serta ketertiban lalu lintas di jalan raya, perlu dirancang agar penumpang tidak turun sekehendak dirinya sendiri. Akan tetapi penumpang baru bisa turun ditempat halte yang ditetapkan pemerintah.

5)       Semua pihak yang terkait dalam pengelolaan manajemen angkutan kota agar dapat meningkatkan kesadaran berlalu lintas secara baik dan bertanggung jawab sehingga tingkat keamanan relatif lebih terjamin.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Drs. H.A Abbas Salim, Manajemen Transportasi, PT. Grafindo Jakarta, 1993.

HMN. Nasution, M.STr, Manajemen Transportasi, Penerbi Ghalia Indonesia, Jakarta, 1996.

Muctarudin Siregar, beberapa Masalah Ekonomi dan Manajemen Pengangkutan, LPFE UI, Jakarta, 1990.

UU Nomor 14 Tahun 1992, tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.