ã 2003  Nurhasanah                                                                              Posted  11 May, 2003

Makalah Falsafah Sains (PPs 702)

Program Pasca Sarjana /S3

Institut Pertanian Bogor

Mei 2003

 

Dosen:

Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Dr Bambang Purwantara

 

 

 

KONSUMSI ENERGI, EMISI DAN PEMANASAN GLOBAL

 

 

Oleh :

Nurhasanah

P 062020061

Email : Nurhasanah_aziz@yahoo.com

 

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

          Atmosfer memiliki banyak fungsi yang sangat vital sebagai sistem pendukung kehidupan di bumi.  Namun akhir-akhir ini kemampuan atmosfer dalam memberikan fungsinya menjadi terganggu dengan masuknya bahan-bahan pencemar ke udara hasil kegiatan manusia.  Oleh karena itu perlindungan terhadap kapasitas dari fungsi atmosfer menjadi suatu isu lingkungan yang amat penting bagi Indonesia dan negara-negara lainnya.  Salah satu isu tersebut adalah perubahan iklim global akibat adanya efek rumah kaca.

          Efek rumah kaca terjadi akibat gas-gas dalam atmosfer menyerap gelombang panas.  Gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca, diantaranya adalah : CO2, CO, CFC, Methan dan (NOx); dan CO2 merupakan gas penyebab efek rumah kaca yang terpenting, umumnya dihasilkan dari penggunaan energi oleh manusia.

 

Tujuan Penulisan

          Paper ini dibuat untuk memberikan gambaran problem lingkungan yang kemungkinan besar akan dihadapi Indonesia dan masyarakat dunia di masa mendatang akibat peningkatan emisi gas rumah kaca terhadap pemanasan global serta mengajukan beberapa kegiatan yang dipandang tepat baik secara teknis, ekonomis dan sosial untuk mendukung pengambilan keputusan bagi Indonesia maupun negara-negara di dunia dalam usaha mengadopsi pencegahan terhadap pencemaran udara yang menyebabkan pemanasan global yang selanjutnya berdampak pada perubahan iklim global.

 

EFEK RUMAH KACA

          Efek rumah kaca (green house effect) merupakan suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang yang memiliki sifat penyerap panas yang ada ke lapisan atmosfer kita.  Salah satu gas rumah kaca terpenting adalah CO2.  Menurut Soedomo (1999) bahwa panjang gelombang yang dapat diserap dan terperangkap oleh gas rumah kaca adalah panjang gelombang yang lebih besar dari 1200Ao (sinar infra merah).

          Pada mulanya keadaan CO2 dalam atmosfer bumi adalah tinggi hasil dari pernafasan, pembusukan, pembakaran bahan organik maupun hasil kegiatan manusia lainnya, hal ini akan menyebabkan efek rumah kaca tinggi, akibatnya suhu bumi menjadi tinggi.  Namun dengan adanya rosot karbon oleh tanaman menyebabkan kadar CO2 dalam atmosfer turun.

 

 

Tabel 1. Perkiraan emisi gas rumah kaca di Indonesia tahun 1988 (juta metrik ton)

Sumber

CO

CO2

NO2

CH4

ENERGI

Batubara

Minyak Bumi

Gas Alam

Biomassa

NON ENERGI

Sawah

Peternakan

Timbunan Sampah

 

1,97

15,96

0,15

5,28

 

 

 

19,72

79,79

14,95

29,63

 

0,002

0,012

3,3 x 10-5

0,102

 

2,61 x 10-4

0,065

0,002

0,008

 

34,014

0,690

0,024

Jumlah

23,36

144,09

0,12

34,87

Sumber : Soedomo et al. (1990)

 

          Penyusutan luas hutan menyebabkan kapasitas rosot karbon juga menurun.  Karbon yang terikat dalam biomassa terlepas dan masuk ke atmosfer mengakibatkan CO2 dalam atmosfer naik. Kenaikan kadar CO2 dipercepat dengan berkembangnya tehnologi yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti : batubara, minyak bumi dan gas alam sebagai bahan bakar.  Dengan naiknya CO2, maka bahaya yang mungkin terjadi adalah kenaikan intensitas efek rumah kaca sehingga suhu permukaan bumi akan naik.  Selain itu kegiatan manusia khususnya yang berkaitan dengan energi mencakup konversi energi dan konsumsi energi dalam sektor transportasi, industri dan rumah tangga juga menyebabkan terjadi peningkatan CO2 di atmosfer.

          Perkiraan kontribusi relatif efek rumah kaca berdasarkan sektor dan gas tahun 1980 sampai tahun 2030 disajikan pada Tabel 2.

 

Tabel 2. Perkiraan kontribusi relatif efek rumah kaca menurut sektor dan gas, 1980 - 2030

Sektor

CO2

Metana

Ozon

Nitrat Oksida

Kontribusi

Sektoral

Energi

Penggundulan Hutan

Pertanian

Industri

35

10

         3

         2

4

4

8

0

6

0

0

2

4

0

2

0

49

14

13

24

Persentase

60

      16

8

6

      100

Sumber : UNEP/Beijer Institute, 1989.

          Dengan menggunakan gas CO2 sebagai acuan dasar maka total emisi gas rumah kaca setara dengan CO2 yang berpotensi terhadap pemanasan bumi disajikan pada Tabel 3.

 

Tabel 3. Emisi total gas rumah kaca dan potensinya terhadap pemanasan bumi

Gas

Rumah

Kaca

1980

1985

1988

Emisi Absolut

Ekivalen

CO2

Emisi

Absolut

Ekivalen

CO2

Emisi

Absolut

Ekivalen

CO2

CO

CO2

N2O

CH4

CFC

10,87

56,03

       0,0018

29,17

-

33,51

56,03

       5,22

   612,57

-

17,760

  103,460

      0,060

32,730

-

      53,28

103,46

      19,40

687,33

-

      23,36

144,09

        0,12

      34,87

-

    70,08

144,09

     14,80

732,27

-

Total

96,08

   707,33

  154,016

863,47

202,70

981,24

Sumber : Soedomo et al., 1990.

          Kegiatan antropogenik mengalami peningkatan sejak 2 abad terakhir mengakibatkan peningkatan penggunaan energi yang diperlukan untuk kegiatan antropogenik terutama industrialisasi, intensifikasi budidaya tanaman dan kegiatan jasa komersial maupun non komersial; di perkotaan yang sangat pesat.  Hal ini akan menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global.

           Laju peningkatan tahunan dari gas rumah kaca di atmosfer bumi seperti yang disajikan pada Tabel 4.

 

Tabel 4. Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer bumi

 

Gas Rumah Kaca

Konsentrasi

Pra-Industri

Konsentrasi

Atmosferik

(1990)

Laju

Peningkatan

Tahunan (%)

CO2

CH4

CFC-12

CFC-11

N2O

Ozon Troposfer

275 ppm

0,75 ppm

0

0

289 ppb

  30 ppb

351 ppm

1,65 ppm

430 ppt

230 ppt

305 ppb

   35 ppb

1,4 ppm (0,4)

17 ppb (1,0)

19 ppt (5,0)

11 ppt (5,0)

0,6 ppb (0,2)

0,01 ppb(1,8)

Sumber : World Resources, 1990.

 

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

          Pengaruh pemanasan global dalam setengah abad mendatang diperkirakan meliputi :

1.                            kenaikan permukaan laut akibat pencairan es di kutub;,perubahan pola angin meningkatnya badai atmosferik; bertambahnya populasi dan jenis organisme penyebab penyakit yang berdampak pada kesehatan masyarakat; perubahan pola curah hujan dan siklus hidrologi; dan perubahan ekosistem hutan, daratan dan ekosistem lainnya.

          Semua itu akhirnya akan mengarah pada meningkatnya kepunahan berbagai spesies tumbuhan dan binatang.  Peningkatan gas-gas rumah kaca dalam atmosfer sudah berlangsung lebih dari satu abad.  Bukti-bukti yang sudah dirasakan saat ini sebagai berikut :

 


a. Iklim mulai tidak stabil.

     Pada tahun 1987, tercatat suhu tinggi  pemecah rekor di  Siberia,  Eropa Timur  dan  Amerika Utara.  Rekor ini kembali dipecahkan pada daerah yang  sama  tahun  berikutnya.

     Terjadi  banjir  besar  di  Korea  dan   Bangladesh  pada   tahun  1987.   Pada  tahun  1988,   Bangladesh mengalami banjir lagi dan banyak korban jiwa berjatuhan akibat angin puyuh  pada awal tahun 1991.  Kepulauan Maladewa (Maldives) mengalami banjir akibat  ombak   pasang  pada  tahun 1987 (Jhamtani, 1993).

 

b. Suhu global cenderung meningkat.

              Suhu atmosfer meningkat  tajam  pada  akhir tahun 1980-an.  IPCC (1990)  menyimpulkan bahwa pemanasan global terlihat nyata sebesar 0,3 – 0,6 oC telah terjadi pada masa  tersebut dan tahun 1980-an dapat dikatakan sebagai  masa  pemanasan  yang  cukup cepat.

     Tahun 1987 dan tahun 1988  tercatat  sebagai  dimulainya  suhu global  rata-rata  tertinggi  sampai  saat ini.  Enam  dari  10 tahun  terpanas  terjadi  pada  tahun 1980-an.   Data  awal   untuk tahun 1990 menunjukkan bahwa rekor terdahulu akan terlampaui.

 

 

c. Peningkatan permukaan laut.

              Menurut hasil penelitian IPCC (1990) bahwa permukaan laut  telah naik  pada  masa   abad  terakhir ini dan diperkirakan terjadi  peningkatan  sebesar 10 – 20 cm.  IPCC  meng khawatirkan bahwa peningkatan permukaan laut sebesar 30 – 50 cm  akan  mempengaruhi  habitat di daerah pantai.  Peningkatan  satu meter  akan  membuat  beberapa  negara  pulau  tidak dapat  dihuni,  menggusur  puluhan juta orang,  mengancam  daerah  perkotaan  yang

     rendah, membanjiri lahan produktif dan mencemari persediaan air tawar.

d. Gangguan ekologis

                Perubahan suhu dan curah hujan memberikan berbagai tekanan atas kehidupan dan  hewan dari berbagai kawasan ekologis.  Jika perubahannya lambat,  akan  terjadi  adaptasi   bertahap terhadap kondisi yang baru, seperti yang telah terjadi di masa lalu.  Diperkirakan  bahwa  jika  kondisi  yang  lain  tetap,  vegetasi  perlu  pindah 100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi  peningkatan  suhu sebesar 1oC.  Hal  yang  sama  akan  terjadi  di daerah  hutan  mangrove  akibat  naiknya  permukaan  laut.   Mangrove  peka  terhadap perubahan  dalam permukaan laut, selain terhadap perubahan  salinitas air  dan  laju  sedimentasi yang

     tidak dapat dihindari jika permukaan laut naik. Hewan liar juga akan dipengaruhi oleh pemanasan global.  Selama masa perubahan  iklim yang bertahap, seperti yang terjadi pada masa lalu, kawanan hewan  perumput  dapat    bergerak   mengikuti   gerakan  vegetasi  diiringi  oleh  hewan  karnivora  yang  memangsa

     mereka.  Perubahan iklim yang cepat, tidak ada harapan bagi penyesuaian seperti ini.

e. Dampak sosial dan politik

               Kejadian-kejadian klimatik yang ekstrem  menyebabkan  biaya  sosial  yang   tinggi.   Pada tahun 1982, angin topan Isaac merusak lebih dari setengah perumahan dan lebih dari  setengah produksi pertanian di Tonga; dan pada tahun 1988  angin  topan  Gilbert  menyebabkan  kerugian  yang  diperkirakan lebih dari US$870 juta di Jamaika (Jhamtani, 1993).

 


 

 

KONTRIBUSI BEBERAPA NEGARA TERHADAP EFEK GAS PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

 

            Sebagai gambaran konsumsi energi khususnya bahan bakar fosil dari beberapa negara pada tahun 1990 disajikan pada Tabel 5.

 

Tabel 5.  Konsumsi bahan bakar fosil pada tahun 1990

Negara

Konsumsi Bahan Bakar Fosil

(ekivalen dengan jutaan ton minyak)

Proporsi (%)

Amerika Serikat

Kanada

Amerika Latin

Eropa Barat

Uni Sovyet

Eropa Timur

Timur Tengah

Afrika

China

Jepang

India

Asia (diluar Jepang & India)

Australia/Selandia Baru

Dunia

1746

                                 159

                                 357

                               1155

                               1246

                                 311

                                 239

                                 202

                                 646

                                 365

                                  170

                                  337

                                    98

                                 7031

      24,8

2,3

5,1

      16,4

      17,7

4,4

3,4

2,9

9,2

5,2

2,4

4,8

1,4

    100,0

Sumber : British Petroleum Statistical Review of World Energy, 1991.

          Konsums energi yang berbeda di masing-masing negara di dunia menyebabkan kontribusi yang berbeda-beda terhadap pemanasan bumi. Sebagai gambaran kontribusi dari 20 negara terbesar dalam pemanasan bumi disajikan pada Tabel 6.

 

Tabel 6.  Kontribusi 20 negara terbesar dalam pemanasan global

Negara

Peringkat

Kontribusi (%)

Amerika Serikat

Uni Sovyet

Brazilia

China

India

Jepang

Jerman Barat

Inggris

Indonesia

Perancis

Italia

Kanada

Meksiko

Myanmar

Polandia

Spanyol

Kolombia

Muangthai

Australia

Jerman Timur

Negara lain

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

                  18,9

                  12,8

                  11,2

7,1

4,2

4,1

3,0

2,9

2,6

2,3

2,3

2,2

1,4

1,4

1,4

1,4

1,3

1,3

1,2

1,1

                  28,2

Sumber : World Resources, (1990)

UPAYA MENGURANGI ANCAMAN PEMANASAN GLOBAL

              Untuk menghilangkan ancaman pemanasan global secara menyeluruh, konsentrasi gas-gas rumah kaca harus dikurangi sampai tingkat masa pra industri.  Ini merupakan tujuan yang saat ini tidak mungkin tercapai.  Perkiraan jumlah pengurangan emisi yang diperlukan untuk menstabilkan konsentrasi gas  rumah  kaca disajikan padaTabel 7.

 

Tabel 7. Pengurangan emisi untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat sekarang

Gas Rumah Kaca

% Potongan Emisi Yang Diperlukan

Karbondioksida

Metana 1

Nitrat oksida

CFC-11

60

5 – 20

70 – 80

70 – 75

Sumber : IPCC, 1990.

          Dari Tabel 7 terlihat bahwa penghematan tersebut harus dilakukan secara drastis.  Emisi karbondioksida, misalnya, harus turun sampai 60 persen, yang berarti bahwa penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, industri dan listrik pada tingkat global harus dikurangi sampai tingkat setengah.  Untuk mencapai ini maka harus dilakukan perubahan secara radikal.  Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah :

1.                            eleminasi produksi CFC dan mungkin menggunakan bahan-bahan pengganti yang tidak mempunyai efek rumah kaca;

2.                            menghentikan penggundulan hutan diikuti dengan reboisasi intensif;

3.                            reduksi emisi karbondioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini; dan

4.                            reduksi dalam peningkatan konsentrasi tahunan metana dan nitrat oksida sampai 25 persen dari nilai saat ini.

 

          Beberapa  tindakan  yang  dapat dilakukan  untuk  mengurangi  emisi  gas  rumah kaca, antara lain :

 

a. Konservasi energi

               Efisiensi penggunaan energi saat ini di seluruh dunia lebih rendah dibanding dengan    yang seharusnya  terjadi.  Potensi  terbesar  untuk  penghematan  ada  pada  dunia industri,  dimana sebagian besar energi dikonsumsi.  Penghematan energi perlu juga dilakukan pada  sektor lainya seperti transportasi,   rumah  tangga  (baik  dalam  penggunaan  bahan  bakar   maupun listrik) dan yang tidak kalah pentingnya bahwa sejumlah besar  bahan bakar dapat   dihemat   melalui   perancangan   bangunan   yang   dapat  mengurangi  penyerapan  panas   sehingga   mengurangi   kebutuhan  akan  pendingin.   Para  arsitek  dan  perancang  Dunia Ketiga dapat beralih pada cara merancang dengan menggunakan sistem pendingin alam.

                Konsumsi  energi pada  sektor transportasi dapat ditekan dengan cara menggunakan mobil yang efisien dalam penggunaan  bahan bakar,  membuat  peraturan  perpajakan  dan  peraturan import untuk mencegah masuknya mobil  yang  boros  bahan  bakar,  sedangkan  penghematan energi di sektor industri dapat dilakukan  dengan  menambal  kebocoran uap  dan mencegah pemborosan.

 

b. Eliminasi CFC

              Eliminasi CFC diperlukan karena gas-gas tersebut dapat  menyumbangkan 20 persen  dari  efek  rumah  kaca  pada  tahun 2030 (Jhamtani, 1993).   Oleh karena itu  harus segera  diambil  tindakan guna menghapuskan penggunaan CFC secara menyeluruh.

 

c. Menukar bahan bakar

               Emisi gas rumah kaca  dari  penggunaan  bahan bakar fosil yang berbeda cukup bervariasi.  Untuk produksi  jumlah panas atau listrik yang sama, gas alam menghasilkan CO2  40 persen  lebih  rendah  dibanding  batubara  dan  sekitar 25 persen lebih rendah daripada  minyak  (Jhamtani, 1993);  sehingga dengan  menukar  sumber  bahan  bakar  dapat menghemat emisi CO2.

 

d. Mengurangi emisi metana dan nitrat oksida

               Upaya mengurangi emisi metana  dapat  dilakukan  melalui  praktek–praktek  irigasi   dengan masa kering yang panjang,  penggunaan  varietas padi  yang  menghasilkan  residu    lebih sedikit serta masa tumbuh yang  pendek.   Dalam  bidang  peternakan,  metana  yang   dihasilkan dapat ditekan melalui praktek pemberian pakan yang lebih baik,  selain itu juga  dapat  dilakukan  dengan  memuliakan  induk  ternak  secara  selektif  yang  menghasilkan  metana yang rendah.

 

e. Pilihan penggunaan bahan bakar biomassa atau kompor masak

                Kompor kayu atau kayu arang yang dirancang  dengan  baik  mungkin  mempunyai efisiensi 15 – 20 persen, sedangkan kompor minyak tanah atau gas cair  kemungkinan dua  atau tiga kali lebih efisien.

 

f. Teknologi energi yang dapat diperbaharui

                Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengembangkan  suatu teknologi yang dapat menekan emisi penyebab  efek rumah kaca, seperti : pembangkit listrik tenaga air, pemanas air tenaga matahari, sistem fotovoltaik dalam  menghasilkan  listrik,  penggunaan tenaga angin untuk dikonversi menjadi energi listrik maupun  penangkapan metana dari tempat sampah di kota-kota besar.

 

g. Reboisasi

                 Untuk menyerap 10%  emisi CO2 yang  ada di  atmosfer  saat ini  dapat  dilakukan  dengan   menanam   tanaman   pada   areal  seluas  Zambia  atau  Turki,  sedangkan  untuk   menyerap  semua  emisi  tahunan diperlukan menanam seluas Australia.  Pengurangan emisi gas rumah kaca dengan  cara  reboisasi  dapat  terwujud  apabila  ada suatu komitmen dari  setiap  negara  untuk  meningkatkan  penanaman  pohon  dengan  tujuan untuk memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.

 

Strategi Nasional

           Langkah-langkah antisipatif dalam mencegah pemanasan global dapat dilakukan melalui efisiensi dalam pembangunan energi.

           Secara garis besar, perlindungan atmosfer menyarankan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

-          mengembangkan metoda prakiraan tingkat polusi atmosfer dan konsentrasi gas-gas penyebab rumah kaca yang lebih akurat;

-          memperbaharui sistem penyediaan energi agar lebih efisien dan mengembangkan alternatif sumberdaya energi yang dapat diperbaharui; serta

-          meningkatkan standar efisiensi energi dan pengawasan emisi, serta mendorong industri untuk menggunakan teknologi yang aman, bersih dan lebih efisien.

 

Strategi Internasional

          Atmosfer dunia merupakan suatu kesatuan  yang tunggal,  oleh  karenanya dampak dari  pemanasan  global (jika ini terjadi) akan dirasakan oleh setiap orang, baik oleh  mereka  yang  menyebabkannya  maupun  yang  tidak.  Oleh  karena  itu  semua  negara  yang  menjalankan   strategi pembangunannya harus melihat baik secara nasional maupun  secara  global.   Jangan  sampai  suatu proses  justru menyebabkan mereka sendiri menjadi korban utamanya.

 

1. Tanggung Jawab Global

               Keadaan global yang saling tergantung merupakan  suatu kenyataan,  namun  sering tidak  dihargai.    Sudah  saatnya  semua  negara   sadar  untuk   memikul  tanggung  jawab   bersama melalui tindakan yang terkoordinasi dan saling berkaitan untuk  melindungi kesejahteraan  bersama.   Semua  negara  bertanggung  jawab  untuk  melakukan  usaha  global   melawan   pemanasan  global.   Untuk  itu   perlu  pemikiran  bersama  dalam  menetapkan  strategi pembangunan global yang berkelanjutan.

 

2. Meningkatkan Partisipasi Negara-Negara di Dunia

               Untuk mengatasi ancaman pemanasan global membutuhkan  partisipasi  dari  semua  negara-negara di dunia.  Tetapi banyak  negara  yang  belum  memiliki  kesadaran  tentang  pentingnya  mengantisipasi ancaman dari pemanasan global.  Hal ini disebabkan beberapa   alasan, antara lain :  tidak  cukupnya informasi,  tidak  cukupnya  komunikasi,  terbatasnya   sumberdaya manusia, kesulitan-kesulitan institusi  dan terbatasnya sumberdaya keuangan.

 

3. Dukungan untuk Penelitian

               Penelitian mengenai  hal-hal yang berkaitan dengan pemanasan global sangat diperlukan dalam membuat ramalan-ramalan yang lebih  seksama akan kemungkinan terjadinya   perubahan  di masing-masing  negara.   Oleh karena itu  negara-negara  yang mampu selayaknya membantu negara berkembang dari segi finansialnya, disamping membantu dalam  hal ilmu pengetahuan.

 

4. Pembangunan yang Ramah Lingkungan

                Negara- negara  di  dunia sudah saatnya melaksanakan pembangunan yang  bersifat ramah lingkungan.  Pembangunan ramah lingkungan  mempunyai  makna  bahwa  pembangunan  yang dilakukan tidak boleh menyakiti lingkungan hidup baik fisik maupun sosial-budaya dan harus ramah terhadap peranan ekologinya.

 

5. Perdagangan Emisi Gas Rumah Kaca

               Peningkatan rosot karbon mempunyai potensi untuk dijadikan  proyek  perdagangan  karbon dalam rangka Pembangunan Bersih.  Implementasi dari rosot karbon dalam perdagangan emisi gas rumah kaca ini dapat dilakukan melalui :

     a. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis.

                     Rehabilitasi  hutan  dan  lahan kritis harus dilakukan karena jika hutan rusak dan  lahan menjadi kritis maka kandungan karbon menurun.   Fenomena ini dapat dijadikan   potensi  untuk  dilakukan  perdagangan karbon.  Sebuah contoh  sederhana  dari  perdagangan karbon,  misalnya  hutan hujan tropik di Asia  mengandung 135 – 250 ton C/ha.    Perkiraan  harga  karbon  antara  US$  1 - 30/ton C (Soemarwoto, 2001).

 

     b. Pencagaran rosot karbon : Taman nasional, cagar alam dan hutan lindung

                    Dengan perhitungan  seperti contoh di atas, maka pencagaran rosot karbon dalam  bentuk taman nasional, cagar alam dan hutan lindung dapat juga  mempunyai nilai jual.  Protokol Kyoto menyajikan peluang untuk  mengubah  taman nasional,  cagar alam dan  hutan  lindung   dari  pos  biaya  dalam  anggaran  pendapatan  dan  biaya  menjadi  pos     pendapatan.

 

     c. Reduksi Emisi bersertifikat (RES)

                    Melalui  usaha  Reduksi  Emisi berSertifikat (RES) ini akan menghasilkan valuta  asing  sehingga  diharapkan  dapat menjadi sumber yang sangat potensial untuk mendapatkan keuntungan bagi yang menciptakannya.

 

     d. Melaksanakan Protokol Kyoto

                    Protokol Kyoto mewajibkan negara industri maju  untuk  mengurangi  emisi  gas  rumah kaca (CO2, CH4, N2O, HFCS, PFCS dan SF6) minimal 5,5%  dari  tingkat  emisi  tahun 1990 selama tahun 2008 sampai 2012, melalui Mekanisme Pembangunan Bersih.Mekanismenya  dilakukan  dengan  cara negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang  dalam  proyek  yang  dapat  menghasilkan  pengurangan  emisi gas rumah   kaca.

 

6. Kriteria Lingkungan

               Untuk pencapaian tingkat polusi dari kondisi saat ini sampai pada tingkat yang tidak  membahayakan  dibutuhkan  kriteria-kriteria  lingkungan  dalam  bentuk  baku  mutu yang  disepakati oleh semua negara.  Baku mutu tersebut harus senantiasa mengalami perubahan yang  bertahap  ke arah  kriteria  lingkungan  yang  ideal  bagi kelangsungan hidup mahluk  hidup yang ada di bumi.

 

7. Dana Proyek

               Dalam  melaksanakan  pembangunan  yang  ramah  lingkungan,  selayaknya  negara  maju memberikan bantuan dana.  Bantuan lebih diprioritaskan kepada negara berkembang  yang melaksanakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan.

 

 

KESIMPULAN

 

-          Gas-gas  buang  seperti :  CO,  CO2,  CFC,  Methan  dan  NOx merupakan gas hasil kegiatan  manusia yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.

-          Dampak lanjutan dari efek rumah kaca adalah pemanasan global.

-          Pemanasan  global  dapat  menimbulkan  dampak  negatif.   Beberapa  dampak negatif yang  tidak diinginkan dari pemanasan global, antara lain :  perubahan  iklim global,  peningkatansuhu global, peningkatan permukaan laut, gangguan ekolologis dan sosial budaya.

-          Kegiatan  antropogenik  berupa  penggunaan  energi  untuk berbagai keperluan memberikan kontribusi terbesar terhadap emisi gas rumah kaca.

-          Emisi  gas rumah kaca dapat dikurangi melalui : konservasi energi, eliminasi CFC, penggunaan bahan bakar yang rendah emisi, pemanfaatan teknologi rendah emisi, reboisasi.

-          Antisipasi terhadap pemanasan global merupakan tanggung jawab semua negara.

-          Beberapa   tindakan  global  dapat   diwujudkan  dalam  bentuk :  pembangunan  yang  tidak   merusak lingkungan,  reduksi emisi melalui berbagai cara dan sektor;  dan  yang tidak kalah  pentingnya  adalah  membuat  kesepakatan internasional mengenai kriteria lingkungan yang  ideal,  penelitian-penelitian yang  berkaitan  dengan pemanasan global serta pendanaan bagi  pelaksanaan langkah-langkah antisipatif tersebut.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

British Petroleum Statistical Review of World Energy.  1991.

 

IPCC.  1990.  Polymakes Summary of the Scientific Assesement of Climate Change. Laporan Kelompok Kerja II.  Kenya, Nairobi.

 

Jhamtani, H.  1993.  Pemanasan Global.  Yayasan Obor Indonesia, Kophalindo, Panos. Jakarta.

 

Soedomo M., Usman K., Djajadiningrat S.T., dan Darwin.  1990.  Model Pendekatan  dalam Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara.   Studi Kasus di

          Jakarta,  Bandung dan Surabaya.  Penelitian KLH-Jurusan Teknik Lingkungan  ITB.  Bandung.

 

__________.  1999.  Pencemaran Udara.  Kumpulan karya ilmiah.  ITB, Bandung.

 

Soemarwoto, O.  2001.  Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup.  Gadjah Mada University Press.  Yogyakarta.

 

UNEP, 1989.   Implications of Climate Changes in the Wider Carribean Region.  A Report By the Task Team of Expert.  Karibea, Meksiko.

 

World Resources Institute.  1990.  World Resources 1990-91.  Oxford, Oxford University Press.