© 2003  I Wayan Batan                                                                                            Posted 30 October, 2003

Pengantar Falsafah Sains (PPS702)

Program Pascasarjana/S3

Institut Pertanian Bogor

Oktober 2003

 

Dosen :

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

 

 

Mencoba Mengendalikan Kejadian Tuberkulosis pada Monyet  di Kawasan Wanawisata dengan Imunoglobulin Asal Telur

 

 

 

Oleh:

 

I WAYAN BATAN

B161030031/SVT

E-mail: batanbali@yahoo.com

 

 

 

Ringkasan

Keunggulan rencana penelitian ini adalah mencari upaya aplikasi pencegahan dan pengobatan TBC dengan memanfaatkan telur yang sebelumnya telah dibuat mengandung serum anti TBC. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyuntikkan vaksin BCG pada ayam dewasa siap bertelur. Telur ayam yang dihasilkan akan mengandung anti TBC, yang diharapkan mampu menolak infeksi kuman TBC. Sebelum aplikasi di lapangan dilakukan uji khasiat pada tingkat laboratorium, khususnya tentang daya netralisasi serum dalam telur, ketahanan akan suhu, asam dan aktivitas enzim pencernaan seperti pepsin dan trypsin. Hal ini perlu dilakukan karena pemberian telur anti TBC ke monyet direncanakan melalui makanan. Efektivitas pemberian telur anti TBC pada monyet yang memakannya  ditentukan dengan mendeteksi keberadaan serum tersebut dan mengukur titer antibodinya di dalam serum.

 

PENDAHULUAN DAN TUJUAN PENELITIAN

 

Sampai saat ini telur hanya dipandang sebagai sumber protein saja, padahal pada telur dapat diproduksi serum anti terhadap bermacam-macam penyakit, termasuk produksi serum anti tuberkulosis (TBC). Hal ini memiliki arti sangat strategis karena mudah dan efektif diaplikasikan.

Telur ayam mengandung imunoglobulin-Y (IgY) yang tinggi, namun belum dimanfaatkan untuk tujuan terapi atau pencegahan.  Kekhawatiran akan kejadian TBC pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sangat tinggi karena adanya interaksi yang sangat eratantara monyet dan manusia, khususnya di daerah wanawisata di Bali seperti Sangeh, Uluwatu, Ubud, dan Alas Kedaton. Salah satu cara untuk mencegah penularan baru dan eliminasi kasus pada kelompok monyet yang terkena adalah dengan melakukan pemberian anti TBC secara periodik. Sampai saat ini belum ada prosedur baku yang dapat digunakan sebagai pegangan, khususnya pemberian anti TBC untuk monyet. Dalam penelitian ini akan ditekankan (1) produksi anti TBC pada telur ayam, (2) karakterisasi daya khasiat pada tingkat laboratorium menggunakan monyet, (3) masa waktu serum anti TBC bertahan dalam darah monyet setelah mengkonsummsi telur anti TBC, dan (4) masa simpan telur anti TBC dalam berbagai suhu.

Pada saat ini di Laboratorium Terpadu FKH-IPB sedang dilakukan penelitian tentang aktivitas biologis Ig Y yang dibiayai oleh Hibah Bersaing XI (Wibawan et al., 2003). Dalam penelitian pendahuluan telah dilakukan pemurnian dan karakterisasi IgY secara umum, yang dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang akan dilakukan.   Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan akan dapat memproduksi anti TBC masal dengan biaya murah, aman, mudah dan kualitas yang baik.

 

TINJAUAN  PUSTAKA

           

Peluang penularan TBC dari manusia ke monyet dan sebaliknya sangat mungkin terjadi, lebih-lebih bila interaksi antar keduanya sangat intensif, seperti terjadi di kebun binatang dan wanawisata alam seperti Sangeh, Uluwatu, Ubud dan Alas Kedaton. Beberapa kasus yang diamati pada saat nekropsi kadafer menunjukkan indikasi bahwa kemungkinan infeksi TBC telah terjadi. Bali memiliki arti yang sangat penting dan merupakan titik sentral pariwisata dunia. Khusus bagi Indonesia, rasa aman merupakan syarat mutlak yang harus diciptakan dan dipelihara agar para wisatawan  tidak khawatir bila berkunjung ke Bali. Berkenaan dengan itu perlu dilakukan penelitian yang mengkaji masalah TBC pada monyet dan cara pengendaliannnya.

Penyakit TBC yang progresif ini  telah dilaporkan menyerang monyet ekor panjang, gibon, orang utan, simpanse dan primata lainnya. Gejala patologis khas yang dijumpai berupa tuberkel pada berbagai organ. Masalah yang dihadapi dalam penanganan primata yang telah terinfeksi TBC adalah khasiat khemoterapi yang kurang efektip, maka tindakan pencegahan menggunakan serum kebal menjadi salah satu alternatif penanganan yang tepat. Bahkan disarankan untuk melakukan tindakan euthanasia bagi individu-individu yang diduga kuat terinfeksi (Anonim, 2002).

Mycobacterium tuberculosum ditularkan melalui saluran nafas, saluran cerna dan kulit. Penyebaran sistemik di dalam tubuh melalui paru-paru, pembuluh limfe, pembuluh darah dan ke organ-organ visceral. TBC adalah penyakit zoonosis, yang kejadiannya pada monyet lebih banyak ditularkan oleh manusia (Anonim, 2003).   

Salah satu cara untuk menimbulkan respon kekebalan terhadap TBC dilakukan dengan vaksinasi BCG dibuat dari Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan, tetapi mampu menginduksi timbulnya antibodi (Lugosi, 1993; Male, 1993; Shanahan, 1994). Kendala yang cukup besar dihadapi oleh petugas kesehatan dalam pemberian obat atau serum kebal ke monyet liar adalah sulitnya aplikasi bahan-bahan tersebut, maka perlu dilakukan cara aplikasi yang efektif.

Produksi anti TBC  (IgY anti TBC) pada telur adalah salah satu caranya. Prilaku makan monyet ekor panjang sangat menyukai telur ayam dibandingkan dengan pisang, ketela dan buah lainnya (Suartha, 2001, in press). Telur  dapat  sebagai   sumber  protein  hewani  dan  sebagai pabrik produksi antibodi (van Regenmortel, 1993; Lach, et al., 1986). Pemanfaatan Ig Y yang diisolasi dari telur unggas untuk pengobatan dan pencegahan masih  belum banyak dieksplorasi. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk memproduksi anti serum kebal terhadap berbagai agen, dan antibodi yang timbul memiliki aviditas yang cukup baik terhadap antigen homolog yang disuntikkan dan tidak menimbulkan reaksi non spesifik terhadap komponen serum mamalia lainnnya (Wibawan et al., 2002)

Telur merupakan sumber Ig Y yang sangat penting karena mengandung 50-100 mg Ig Y per butir telur. Ig Y unggas memiliki sifat yang lebih stabil terhadap suhu dan perubahan pH dibandingkan dengan Ig G, serta tidak menyebabkan reaksi silang dengan komponen struktural jaringan mamalia dan sel darah merah mamalia (Larsson et al., 1993). Hal ini memberikan indikasi penggunaan Ig Y dalam diagnostik immunologis akan menghasilkan reaksi yang lebih spesifik.  Lebih lanjut, antibodi spesifik (Ig Y) yang ada dalam darah ayam induk, secara baik dapat ditransfer ke dalam telur. Titer Ig Y dalam darah dan dalam telur tidak berbeda secara signifikan (Larsson et al., 1993).

Adanya imunoglobulin Y di dalam telur memberikan prospek yang sangat berarti untuk produksi antibodi untuk berbagai penyakit (Polson et al., 1980).  Khusus untuk menangani masalah TBC pada monyet liar, pemberian serum kebal memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) dapat mencegah penularan baru, (2) mempercepat eliminasi carrier karena ketiadaan host baru yang peka dan (3) aplikasi serum yang mudah lewat telur yang bisa dimakan langsung oleh monyet.

 

Metode Penelitian

 

Tahun  I
Vaksin BCG

Vaksin BCG diperoleh dari PT. Biofarma Bandung yang potensinya telah ditentukan dan dikarakterisasi.

 

Produksi Serum Anti TBC pada Telur

Produksi Ig Y anti TBC menggunakan 50 ekor ayam betina dewasa siap bertelur (25 minggu) yang dipelihara dalam kandang batterai dan diberi makanan komersial standar.  Ayam  diimunisasi vaksin BCG sesuai dengan yang ditentukan oleh pabrik.  Seminggu setelah penyuntikan toksoid terakhir,  dilakukan deteksi antibodi spesifik terhadap TBC dan titernya .  Bila titer antibodi cukup tinggi dalam darah, maka telur yang dihasilkan dikoleksi.  Kuning telur dilarutkan ke dalam PBS (1:1) dan disimpan beku (-20o C) untuk analisis selanjutnya (Schwarzkopf dan  Thiele, 2002. inpress).

 

Penentuan Kadar IgY  dalam  Serum Anti TBC dalam Telur

            Keberadaan serum spesifik dan titernya dalam dalam telur dilakukan secara reaksi imunologis dengan teknik ELISA atau Dot-Blot (Wibawan et al., 2002).  

 

Lama Simpan Telur, Pengaruh Suhu dan Aktivitas Serum TBC

            Untuk mengetahui lama simpan telur anti TBC pada berbagai suhu (40, -4o C), maka aktivitas serum diuji dalam masa simpan 1 hingga 6 bulan. Pengaruh suhu 100o C dalam waktu 5-10 menit terhadap aktivitas serum juga diamati.

 

Pengaruh Enzim dan pH

Pengujian  aktivitas Ig Y setelah pemberian enzim pepsin dan trypsin serta pH 3-5,  dilakukan dengan uji serologis ELISA dan Dot-Blot.


Tahun II

Pemberian  Telur  Anti  TBC pada Monyet Percobaan

            Untuk tujuan ini, digunakan 8 ekor monyet dewasa (Macaca fascicularis) yang dibagi menjadi 4 kelompok dan diberi telur 1, 2, 3 dan 4 butir per hari. Untuk mengetahui keberadaan titer dalam darah monyet dilakukan pengujian dengan selang waktu 1 jam untuk masa pengamatan 24 jam. Apabila titer masih positif diteruskan untuk selang pengamatan yang lebih lama.     

 

Pemberian  Telur  Anti  TBC pada Monyet di Lapangan

            Telur ayam yang mengandung anti tbc diberikan kepada monyet pada kelompok tertentu pada suatu kawasan yang memiliki  beberapa kelompok monyet. Setiap kelompok monyet itu  diberi telur dengan jumlah satuan yang berbeda.   Guna mengetahui masa keberadaan titer antibodi dalam darah monyet itu dilakukan pengujian ELISA dan Dot-Blot. Selang waktu pengujian titer pada monyet lapangan mengacu pada hasil pengujian monyet di laboratorium.

 

Target/Indikator Keberhasilan

Target atau indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

a.       Peningkatan Pengetahuan dan Kemampuan Peneliti TPP

1.      menguasai teknik isolasi dan pemurnian Ig Y menggunakan teknik khromatografi (Ion-Exchange-, Afinitas Chromatography)

2.      mengetahui dan menguasai teknik identifikasi protein menggunakan metode ELISA dan Dot-Blot

3.      menguasai teknik netralisasi IgY dan secara in vitro dan in vivo

4.      terciptanya budaya meneliti dan menulis publikasi ilmiah yang lebih tinggi dan berkualitas.

b.      Keberhasilan Aktivitas Penelitian

1.      Berhasil diproduksi telur anti TBC dan daya khasiatnya

2.      Diketahui model penanggulangan TBC pada monyet

3.      Dapat diproduksi telur anti TBC secara masal dan murah

 

JADWAL  KEGIATAN

TAHUN  I

Jenis Kegiatan

Bulan

 

 

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Persiapan BCG dan kandang ayam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Produksi anti TBC pada telur ayam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penentuan daya khasiat dan karakterisasi anti TBC pada telur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Laporan  tahun I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TAHUN II

Jenis Kegiatan

Bulan

 

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Uji khasiat anti TBC pada  skala laboratorium

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Uji dan evaluasi aplikasi anti TBC di lapangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Laporan Tahun II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

 

Anonim, 2002. Tuberculosis. Primate Info Net. www.primate.wisc.edu/pin/tb.html/

 

Anonim, 2002. Tuberculosis (TB, consumtion) Occupational Health – Zoonotic diseases Fact Sheet.#23. Primate Info Net.www.primate.wisc.edu/pin/tb.html/

 

Larsson, A., R-M Balow, T. L. Lindahl, and P-O Forsberg. 1993. Chicken Antibodies Taking Advantage of Evolution. A Review. Poultry Science 72 : 1807 – 1812.

 

Losch, U., I. Schranner, R. Wanke, and L. Jurgen. 1986. The Chicken Egg, an Antibody Source. Journal of Veterinary Medicine. B33: 609 – 619.

 

Lugosi L, 1993. Theoritical and Methodoligical Aspects of BCG from the Discovery of Calmette and Guerin to Molecular Biology. Tuber-Lung-Dis, 73 : 252 –261.

 

Male D, 1993. Immunology. 2nd ed. London: Gower Med. Publ, :49 –54.

 

 

Polson, A., M. B. von Wechmar, and M. H. V. von Regenmortel. 1980. Isolation of Viral IgY Antibodies from Yolk of Immunized Hens. Immunological Communication 9 : 475 – 493.

 

Schade, R., W. Burger, T. Schoneberg, A. Schniering, C Schwarzkopf, A. Hlinak, and H. Kobilke. 1994. Avian Egg Yolk Amntibodies. The egg Laying Capacity of Hens Following Immunsation with Antigens of Different  Kinds. Origin, and The Efficiency of Egg Yolk Antibodies in Comparison to Mammalian Antibodies. Alternativen zu Tierexperimenten 11 : 75 – 84.

 

Shanahan J.F, 1994. Bayley and Scott’s Diagnostic Microbiology. 9th ed. Missouri Mosby-Year book: 321-330.

 

van Regenmortel, M.H. V. 1993. Eggs as Protein and Antibody Factory. In Proceedings of The European Symposium on the Quality of Poultry Meat. Pp 257 -263. Tours , France INRA.

 

Wibawan, I W. T., T. Djannatun dan L. S. Halimah. 2002. Pengujian Teknik Koaglutinasi tidak Langsung untuk Deteksi Penyakit Unggas. Hibah Bersaing XI  2003 - 2004