© 2004  Dwi Purwoko                                                                         Posted , 25  April 2004

Makalah pribadi

Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702)

Sekolah Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor

April  2004

 

 

Dosen:

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab)

Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

Dr Ir Hardjanto

 

 

 

 

 

PENYULUHAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN  KEWIRAUSAHAAN GUNA MEMBANGKITKAN MOTIVASI USAHA MASYARAKAT KE ARAH KEMANDIRIAN:  KASUS MASYARAKAT DESA PAOMAN DAN KENANGA DI INDRAMAYU

 

 

 

 

Oleh:

 

Dwi Purwoko

P061O24021/PPN

d_purwoko2003@yahoo.com

 

 

 

 

Kata Pengantar

          Paper yang dibuat ini merupakan  hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang penyuluhan yang telah dilakukan   penulis . Hasil penelitian ini kemudian ditulis ulang dengan  dilengkapi teori maupun data lainnya setelah mengikuti mata kuliah : Falsafah Sains yang diasuh oleh Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng.

          Dari mata kuliah Falsafah Sains yang diikuti tersebut , penulis menangkap bahwa materi yang disajikan terkait erat dengan upaya membuat hasil karya akademik yang sistematis  dan logik . Dari filosofi inilah penulis merasa relevan  menghadirkan hasil penelitian penulis  guna memenuhi persyarakatan mata kuliah Falsafah Sains.

          Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof.Dr. Rudy C.  Tarumingkeng , Dr. Hardjanto dan Dr. Sjahrial Coto yang telah memberi banyak pelajaran  yang berkaitan dengan penulisan akademik melalui pelajaran  falsafah sains, dan dapat  memperkaya pengetahuan penilis yang menjadi kritis dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam kegiatan penulisan hasil penelitian.

          Tentunya sebagai sebuah karya akademik masih terdapat  pula kekurangan  baik dari sisi sistematika ilmu pengetahuan yang terkait dengan metodologi,  teori dan mungkin pula  data yang diungkapkan dalam paper ini. Saran dan kritik membangun amatlah sangat diharapkan guna memperbaiki paper ini.

 

Jakarta ,  22 April 2004

Dwi  Purwoko

 

 

PENYULUHAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN  KEWIRAUSAHAAN GUNA MEMBANGKITKAN MOTIVASI USAHA MASYARAKAT KE ARAH KEMANDIRIAN , KASUS: MASYARAKAT DESA PAOMAN DAN KENANGA DI INDRAMAYU

 

 

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

          Penyuluhan merupakan kegiatan atau  sistem pendidikan non formal dengan tujuan mengubah perilaku (clien) dengan sasaran yang dikehendaki. Penyuluhan memiliki tujuan dalam skala jangka pendek yakni mengubah perilaku baik dari  sisi pengetahuan (kognitif), sikap mental (afektif) dan ketrampilan (psikomotorik) agar clien agar clien menjadi tahu, mau dan mampu mengubah kehidupannya  ke arah yang lebih baik lagi. Dengan demikian tujuan jangka panjang penyuluhan adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera dan makmur.

          Saville, Ian Mac Donald dan David Haerle mendefinisikan bahwa penyuluhan merupakan upaya mendidik manusia untuk meningkatkan standar kehidupannya, dengan usaha mereka sendiri, menggunakan sumber-sumber kekuatan dan materi mereka sendiri disertai  bantuan yang terbatas dari pihak lain, melalui partisipasi pemimpin setempat dan semangat menolong diri sediri.

          Tentunya dalam penyuluhan  diperlukan adanya  perencanaan program yang akan memberikan semacam krengka kerja bagi penyluh dan semua pihak (termasuk masyarakat) untuk mengambil keputusan tentang kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembangunan.

          Perencanaan program penting untuk dilakukan dengan alasan agar menjadi acuan dalam mempertimbangkan secara seksama apa yang dilakukan,  dan bagaimana cara melaksanakannya dengan pelbagai alternatif. Tersdianya acuan tertulis yang dapat  digunakan untuk mencegah terjadinya  salah pengertian serta  dapat dikaji ulang (evaluasi). Sebagai pedoman dalam pengembilan keputusan bila ada usulan/saran penyempurnaan yang baru serta memantapkan tujuan serta dapat diukur dan dievaluasi untuk mengetahui seberapa jauh telah dicapai.

          Dalam model yang digunakan untguk perencanaan Program  pembangunan dengan menggunakan model KOK (1962) yakni  :

1.     Survey

2.     Analisis  keadaan (alanysis of situation)

3.     Identifikasi masalah (identification of problems)

4.     penetapan alternatif pemecahan masalah (decition on alternative solution)

5.     Rincian kegiatan dan lingkup tujuan (determination of objectives and scope)

6.     perumusan rencana kegiatan (development of plan of action)

7.     Pelaksanaan rencana kegiatan (execution of plan  of work)

8.     evaluasi

Oleh karena itu dalam melaksanakan program perencanaan pembangunan pada masyarakat di desa yang diteliti  terlebih dahulu perlu  kita memperhatikan  kondisi daerah yang hendak diteliti.

          Berdasarkan data statistik , jumlah penduduk kabupaten Indramayu pada tahun 1999 sekitar 1.550.173 jiwa. Mereka bermukim di 10 kecamatan, yaitu Indramayu, Haurgelius, Gabus Wetan, Cikedung, Lelea, Bango Dua, Jatibarang, Kertasemaya, Krangkeng, Lohbener, Kandang Haur, Anjatan, Bongas dan Widasari. Berdasarkan peraturan daerah kabupaten tingakt dua Indramayu no. 17 1993, kabupaten ini dibagi  diabagi ke dalam 5 simpul pengembangan, yaitu simpul Inramayu, Karangampel, Jatibarang, Losarang dan Haurgelis. Secara berturut-turut yang tersebut pertama merupakan pusat pertumbuhan ekonomi bagian kota, yang kedua bagaian Timur, yang ketiga bagian tenggara, yang keempat bagian barat, dan yang kelima bagian utara.

          Dari sejumlah desa yang ada di kabupaten Indramayu yang menjadi objek penelitian riset aksi ini adalah desa Paoman, kecamatan Indramayu dan desa Kenanga, kecamatan Sindang Desa yang tersebut pertama hanya berjarak 1,8 km dari ibukota kabupaten dan termasuk ramai karena setiap 10 menit dilalui oleh angkutan umum. Jumlah penduduk desa ini adalah 8.189 jiwa dengan 1.755 KK.

             Mata pencaharian rata-rata penduduk Paoman adalah petani sawah tadah hujan. Luas areal sawah tadah  hujan di desa ini berjumlah 111.527 ha. Selain itu, mata pencaharian penduduk adalah beternak, memelihara ikan dan nelayan merupakan mata pencaharian lain yang cukup penting di samping pegawai negeri, guru, pedagang kelontong/warung/makanan/sayuran, dan pembatik. Yang juga menarik untuk dicatat adalah bahwa di desa ini terdapat Bank Rakyat Indonesia, Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Kredit Desa. Meskipun desa Paoman ini juga memiliki KUD dengan jumlah anggota sebanyak 1.850, dalam kenyataannya koperasi - koperasi tersebut tidak aktif.

            Sementara itu, desa Kenanga yang menjadi lokasi penelitian riset lokasi di kabupaten Indramayu pada dasarnya merupakan desa petani. Desa yang berpenduduk 5.288 jiwa dengan 1.307 kepala keluarga ini memiliki luas lahan pertanian sawah sekitar 32.232 ha dan 6.627 ha empang. Lepas dari kedudukannya sebagai desa petani, di desa Kenga terdapat pula sektor industri/kerajinan yang terdiri atas 7 pengusaha kerajinan, 21 pengusaha industri rumah tangga, dan 45 pengusaha industri kecil dengan junlah buruh keseluruhan mencapai 557 orang. Sementara itu di  desa ini terdapat pula 8 pengusaha industri besar dan 16 pengusaha industri sedang dengan jumlah buruh 24 orang.

           Dilihat dari segi kualitas pendidikannya sebagian besar penduduknya hanya berpendidikan SD di bawah, yaitu 638 orang. Adapun yang tamat  SLTP berjumlah 201 orang, SLTA 176 orang dan tamat akademi 7 orang. Dari junlah penduduk usia kerja, yang sudah hanya 407 orang, sedangkan 310 orang usia kerja masih belum bekerja. Dengan kata lain, jumlah pengangguran di desa ini cukup tinggi.

 

I. 2. Perumusan  Masalah

Bagaimana masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi dari strata bawah di desa dapat dibangkitkan  motivasi dan kesadaran akan poteensi yang dimiliki untuk dapat menolong diri  sendiri (wirausaha) dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang mungkin dilakukan di desa Paoman  dan Kenanga  Indramayu.

 

II. Konsep Kelompok, Penyuluhan dan Dana Bergulir

II. 1. Kelompok 

       Sebelum membentuk kelompok dilakukan pendekatan yang intens kepada masyarakat, elit desa dan elit kecamatan yang terpilih sebagai lokasi kegiatan riset aksi. Demikian pula dengan tentang program yang akan dilakukan para peserta dan kriteria peserta dari suatu kelompok usaha yang akan memperoleh bantuan.

              Dalam pada itu dilakukan juga program kerjasama dengan instansi pemerintah yang dianggap berkaitan secara langsung dengan kegiatan ini, seperti Departemen Perdagangan dan Perindustrian setempat dan lembaga kemasyarakatan yang terpercaya yang diharapkan dapat menjadi mitra kerja  peneliti dalam kegiatan ini. Berkenaan dengan ini, pertimbangnnya didasarkan atas kriteria berikut:

1. Kelompok yang dipilih harus berdomisili secara permanent di kabupaten tempat lokasi kegiatan riset aksi dilakukan.

2. Kelompok yang dipilih sedapat mungkin sudah memiliki pengalaman dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

3. Kelompok yang dipilih  telah memiliki bidang kegiatan dan pengalaman dalam pengembangan ekonomi masyarakat.

4. Kelompok yang dipilih lebih memiliki orientasi sosial dari pada komersial

5. Kelompok yang dipilih harus dipercaya oleh masyarakat

6.Bila tidak terdapat kelompok terpercaya yang dapat dijadikan mitra kerja, masyarakat bersangkutan diharapkan dapat membentuk sendiri kelompok tersebut, sementara  peneliti dan pejabat pemerintah setempat hanya bertindak sebagai fasilitator. Proses pembentukan kelompok ini diupayakan bersifat grass root  tanpa ada pihak lain yang melakukan intervensi, termasuk peneliti agar kelompok yang terbentuk punya legitimasi dari masyarakat dan dipercaya dalam mengelola, mengawasi dan mengembangkan bantuan yang diberikan termasuk pembinaan para anggotanya.

           Dengan demikian pembentukan kelompok perlu untuk mengelola dana bergulir serta pembinaan usaha selanjutnya. Kelompok yang dibentuk sebagaimana yang telah dijelaskan di awal adalah tiga kelompok yakni Kelompok Usaha Batik, Kelompok Pengusaha Kerupuk dan memberdayakan LKMD. Pembentukan ini sangat strategis dan berhati-hati karena dilatarbelakangi suatu anggapan umum bahwa banyak dana-dana yang diturunkan ke masyarakat tidak sampai ke sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini tidak hanya karena masalah integritas moral aparat desa, tetapi juga masalah profesionalisme dan ketepatan kelompok pengelola dana. Ha;l ini tentunya menyangkut masalah integritas dan sejumlah prasyarat yang ada dalam konsep dianamika kelompok.

             Masalah ketepatan kelompok pengelola dana juga menjadi isu penting dalam pengembangan masyarakat desa. Memang di setiap desa sejak lama telah terbentuk Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang bertujuan membantu pemerintahan desa tau kelurahan dalam aspek pelayanan masyarakat serta  pemerataan hasil pembangunan dengan menumbuhkan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat ( Maskun, 1994 : 257).

               Pembentukan kelompok telah dilakukan di Kabupaten DT II Indramayu. Di kabupaten ini, tepatnya di desa Kenanga dibentuk kelompok Pengusaha Kerupuk dengan nama Lembaga Pengembangan Masyarakat Desa Kenanga (LPUMDK). Lembaga ini dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1998 dengan Keputusan Kepala Desa Kenanga nomor 507/20/10/98 serta ditetapkan dengan notaries Bambang Haryanto dengan nomor 4 tanggal 14 Desember 1998. Lembaga ini terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan dua orang anggota. Unsur-unsur lembaga tersebut terdiri atas kelompok Pengusaha Pabrik kerupuk, aparat desa, Kandep Deperindag dan dari LIPI sendiri. Adapun tujuannya sesuai dengan AD/ART dari LKUMDK adalah untuk sesuai dengan AD/ART dari LPUMDK adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menurut pengembangan berbagai usaha sesuai dengan potesni sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang terdapat di daerah Kenanga dan sekitarnya serta menciptakan masyarakat melalui jaringan usaha seperti pembentukan dan pembinaan usaha tepung tulang ikan/tepung ikan atau pakan ikan dan usaha lain yang dibutuhkan dikeemudian hari.                                                  

         Dari sisi kelompok, pelaksana kerjasama dilakukan dua unsur yakni unsur Pembina dan pelaksana. Unsur Pembina berasal dari LIPI dan unsur pelaksana dari LKUMDK. Pelaksana LPMUDK , terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara daan dua orang anggota.

         Sedangkan di Paoman desa lain di Kabupaten Indramayu, kelembagaan yang digunakan adalah LKMD dengan asumsi awal bahwa LKMD di desa ini tampaknya berfungsi relatif baik. Kelompok ini dapat diterima lapisan masyarakat. Adapun pengurus LKMD adalah berasal dari tokoh masyarakat dan aparat desa yang memang mempunyai perhatian terhadap oemberdayaan masyarakat. Dengan kata lain tingkat kepercayaan (trush) dan penerimaan (acceptability) masyarakat terhadap lembaga ini bisa menjadi bahan bahwa lembaga ini dapat juga berfungsi dalam penyaluran dana.

                                                         

II.2.Penyuluhan

          Setelah kelompok terbentuk, peneliti bertindak sebagai penyuluh terhadap kelompok. Tentunya pihak peneliti  melakukan kerjasama dengan lembaga departemen yang terkait seperti Departemen Perindustrian. Peneliti bersama dengan staf Departemen Perindustrian menyelenggarakan pelatihan kepada kelompok yang anggotanya merupakan penerima bantuan dana bergulir yang meliuputi program pelatihan motivasi berusaha (Achievement Motivation Training) dan kewirausahaan (Enterpreuneur Management Development) serta pelatihan teknis. Pelatihan ini dimaksudkan baik untuk meningkatkan ketrampilan dan wawasan yang telah dimiliki, memperoleh ketrampilan dan wawasan baru tentang dunia usaha, maupun untuk memperoleh alih ketrampilan baru.

Untuk pelatihan AMT semua calon penerima bantuan dalam suatu kelompok diwajibkan untuk mengikuti program yang diberikan. Peltihan ini dipandang penting untuk diberikan guna mendorong timbulnya kesadaran masyarakat. 

        Tujuan pemberian pelatihan AMT antara lain adalah memberi motivasi dan upaya pembentukan kelompoik dalam masyarakat agar dapat saling bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

         Adapun pelatihan EMD dimaksudkan untuk memberi bekal, tentang proses suatu usaha yang harus dipahami mulai dari pengadaan bahan baku, pentingnya menjaga kualitas daalam proses produksi, cara-cara untuk mencari peluang pasar, pengelolaan keuangan usaha dan sebagainya. Selain peneliti, pelatihan ini diharapkan dapat dilakukan pula oleh tenaga penyluh dari beberapa instansi dan beberapa pengusaha local yang professional.

           Khusus untuk EMD, pelatihan tidak diberikan kepada semua peserta, tetapi hanya kepada sejumlah pengusaha yang dianggap cukup berhasil yang nantinya diharapakan dapat membina rekan-rekan mereka. Untuk hal ini, pelatihan terutama akan diberikan oleh para tenaga professional di bidangnya, seperti pengusaha lokal yang sukses yang diambil dari lingkungan masyarakat setempat. Keterlibatan para professional tersebut khususnya menyangkut pelatihan pengemangan pengelolaan usaha.

        Tujuan EMD menyangkut masalah cara pengelolaan usaha dilakukan. Dijelaskan bahwa pertimbangan-pertimbangan berikut penting dilakukan dalam mengelola usaha:

a. Menentukan jenis usaha yaitu dengan memperhatikan

-Sumber daya alam sekitarnya

-sumber daya manusia, pendidikan dan kemampuannya

-prasarana (jalan, pasar dan angkutan setempat)

-tenaga kerja yang dibutuhkan

-modal yang diperlukan

-kebutuhan dan daya beli masyarakat

b. Mengadakan  perhitungan usaha yaitu :

-Perhitungan biaya

-Perhitungan pendapatan

-Perhitungan rugi laba

c. Mempelajari keadaan pasar

-kebutuhan calon pembeli dan mementukan jenis produk

-pemberian harga

-upaya memperkenalkan produk, promosi dan mengikat konsumen

-penyaluran/penyampaian

 

         Idealnya baik pelatihan AMT maupun EMD perlu dilakukan dalam kelas-kelas yang terdiri dari sekitar 10 orang dan dilengkapi dengan modul. Untuk AMT modulnya diambli dari Departemen Tenaga Kerja, sedangkan EMD diambil modulnya dari BKKBN. Tetapi mengingat tingkat pendidikan para peserta rendah, pelatihan yang formal semacam itu tak berhasil guna. Oleh sebab itu, pelatihan dirancang terutama dalam bentuk informasi dan obrolan, baik dengan seluruh peserta maupun secara berkelompok. Dalam memberi pelatihan, para pelatih, termasuk peneliti diharapkan dapat melakukan modivikasi dan improvisasi sedemikian rupa dengan situasi lingkungan dan kemampuan daya tangkap para peserta.

             Selain itu peneliti yang bertindak sebagai penyuluh berupaya mendorong pemimpin kelompok untuk memiliki sifat kepemimpinan. Sifat ini penting kerana dianggap dapat mensukseskan program kelompok guna mencapai tujuannya dan mendinamisasi kelompok itu sendiri.

                                                         

II.3. Penyaluran Dana Bergulir

Setelah penyuluhan dengan memberi motivasi dan pelatihan, tahap berikutnya adalah penyaluran dana bergulir. Penyaluran dana ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali usaha peserta yang macet karena krisis ekonomi atau untuk membuka usaha baru yang berdasakan perhitungan ekonomi dapat berjalan baik. Untuk itu prioritas diberikan terhadap jenis usaha yang berkemampuan untuk memberikan penghasilan atau incomne generation dan menciptakan lapangan kerja atau job creation.

        Idealnya pengguliran dana intervensi dilakukan oleh sebuah bank atau lembaga keuangan lain yang terdapat di daerrah penelitian. Lembaga formal atau informal hanya bertindak sebagai pendamping atau mitra kerja di laapngan untuk memastikan bahwa dana intervensi tersebut dikelola sebagaimana mestinya. Bila tak memungkinkan kegiatan pengguliran dana ini dapat pula dilakukan dengan melibatkan lembaga yang menjadi mitra peneliti di daerah. Dengan didahului oleh kontrak kerjasama, lembaga tersebut diberi tanggungjawab dan wewenang untuk mengelola bantuan dana intervensi hingga selesainya kontrak. Dana bantuan intervensi yang dibawa tim peneliti selanjutnya ditransfer ke rekening lembaga bersangkutan untuk disalurkan kepada yang berhak. Karena junlah dana yang terbatas, pengurus lembaga bersama dengan peneliti perlu menetapkan sejumlah criteria penerima dana intervensi agar dana tersebut benar-benar jatuh ke tangan mereka yang paling membutuhkan bantuan dana bergulir tersebut, yaitu pengusaha terlemah dalam permodalan tetapi memiliki motovasi besar dalam berusaha.

          Adapun mereka yang belum dapat memperoleh bantuan dana bergulir untuk menjadi penerima bantuan berikutnya setelah proses pengembalian dana bergulir berjalan dnegan baik. Pengurus lembaga berkwajiban untuk melaporkan pekerjaannya secara berkala setiap bulan atau setidaknya setiap tiga bulan sekali untuk melihat apakah dana tersebut dikelola sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani. Perangkat desa, elit desa lainnya, masyarakat dan pejabat pemerintah diharapkan dapat menjadi pengawas langsung terhadap perkembangan pengelolaan dana bergulir ini. Bila terjadi penyimpangan, mereka diharapkan dapat memperbaikinya atau melaporkannya kepada tim peneliti.

              Jumlah dana bergulir adalah sebasar Rp.15.000.000,- untuk kelompok Pengusaha Kerupuk yang memiliki 20 anggota, Rp.10.000.000 untuk kelompok usaha batik yang memiliki 10 anggota dan Rp.2.500.000, untuk  LKMD yang memiliki 10 anggota.

 

 

Bab III.

Temuan Lapangan

      

III.1.Pelaksanaan Riset Aksi

         Riset aksi yang dilakukan ini adalah bagian dari Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang dilakukan pemerintah sebagai usaha untuk penyelamatan ekonomi dan sosial masyarakat. Diharapkan program ini dapat menjadi kegiatan yang menghasilkan pendapatan sekaligus menjadi kompensasi penurunan  pendapatan masyarakat akibat krisis ekonomi. Diharapkan bahwa dengan kegiatan ini pasar tetap hidup dan masyarakat bisa berinteraksi dengan pasar secara normal.

       Sebagaimana yang dikemukakan Tjondronegoro bahwa  pembangunan perlu perorientasi pada desa-desa (village) dan kampung-kampung (hamlets) yang mampu menggali sumberdaya alam dan rakyatnya yang memiliki ketrampilan dan motivasi, sehingga berkembang menjadi pusat perumbuhan (Tjindronegoro, 1984).

           Namun dalam realitasnya sebagain besar desa-desa  belum mampu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, sanagat tergantung pada pemerintah pusat (subsidi pemerintah pusat). Riset aksi ini adalah usaha kecil dalam upaya memberdayakan masyarakat desa melalui pemberdayaan kelompok dalam masyarakat desa.

          Serangkaian kegiatan riset kasi ini dalam memberi motivasi sebanyak warga desa untuk berwirausaha, dilakukan dengan harapan agar secara berangsur kesejahteraan hidup ekonomi mereka dapat meningkat. Denagan demikian kegiatan riset aksi ini lebih ditekankan pada upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkelanjutan. Kegiatan riset aksi yang dilakukan adalah dengan memberi bantuan agar warga desa dapat meningkatkan atau memulai usaha-usaha yang bersifat produktif, yang pada akhirnya mengurangi atau menghilangkan ketergantungannya pada pusat.

            Oleh karena itu kegiatan awal aksi riset ini lebih ditekankan kepada upaya mendorong warga desa untuk memiliki memotivasi yang kuat untuk berwirusaha, dengan memberi kesadaran bahwa lingkungan tempat tinggal mereka dan sekitarnya memiliki kekayaan sumber daya alam yang potensial. Kekayaan ala mini menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup mereka secara memadai asal mereka mau dan mampu mengolahnya secara intensif. Dengan demikian warga desa mau dan mampu mengolahnya secara maksimal.

             Dorongan unrtuk memiliki motivasi berwirausaha melalui pelatihaan singkat yang telah diberikan dalam raangka kegaiataan aksi riset ini tentu saja belum bisa diberikan dalam rangka kegiatan riset aksi tentu saja belum bisa dianggap cukup. Masih diperlukan upaya terus menerus agar setiap warga desa yang secara potensial mampu berusaha bisa melihat dan menangkap setiap peluang usaha yang dapat diraih, sehingga akhirnya seluruh warga komunitas desa bisa menunjukkan tingkat kemandirian yang tinggi terutama bidang kehidupan ekonomi.

            Pengguliran dana yang diberikan kepada ketiga kelompok yakni kelompok LKMD, Batik dan Pengusaha Kerupuk dengan memperhatikan upaya mereka dalam mengelola keuangan. Pengelola keuangan sangat penting mengingat masih adanya kemampuan yang rendah dari pengurus dalam mengelola keuangan tersebut.

           Peneliti dengan dibantu bersama lembaga terkait serta yayasan yang dibentuk untuk memanatau kegiatan dana bergulir terus melakukan upaya untuk ,mendorong warga desa dan membantu kelompok-kelompok tersebut mulai dari bimbingan teknis, memberi motivasi hingga memberi kiat pemasaran. Sebaiknya usaha ini dilakukan secara kontinu sampai semua kelompok berkembang dan mandiri. Sebab, kalau terjadi sebaliknya kelompok usaha akan merugi atau tinggal papan nama, sehingga pengembalian dana bergulir praktis akan mengalami kesulitan.

          Setelah dana digulirkan dan dikelola oleh kelompok yang terbentuk dalam masyarakat desa, kegitan kemudian adalah monitoring. Kegiatan monitoring perlu diadakan untuk memantau kinerja atau dinamika kelompok dalam mengelola dana dan mendistribusikan dana kepada anggotanya. Kegiatan monitoring diperlukan mengingat dana yang diberikan bukanlah pemberian cuma-cuma. Dana ini diharapkan dapat terus bergulir kepada anggota kelompok lain yang membutuhkan untuk membuka usaha mereka.

 

III.2. Analisa Kelompok

Dari studi lapangan terlihat bahwa di antara tiga kelompok yang terdapat dalam masyarakat yakni : LKMD, Kelompok Batik dan Kelompok Pengusaha Kerupuk, dana yang tetap bergulir justru pada kelompok LKMD dan kelompok Batik. Sedangkan kelompok Pengusaha kerupuk tidak berjalan.

      Setelah dianalisa ternyata LKMD dan kelompok Batik, setiap anggotanya mempunyai tujuan kelompok yang jelas. Tujuan kelompok dapat terpenuhi ketika kelompok memenuhi kebutuhan individunya. Dengan demikian terjadi congruity di mana tujuan kelompok harus mempunyai hubungan dengan tujuan individu. Tujuan kelompok menjadi motivasi individu dalam kelompok. Kegiatan/prilaku kelompok dan individu dimotivasi oleh kebutuhan dan diarahkan oleh tujuan. Denagan demikian dari sisi tujuan yang hendak dicapai oleh individu guna mewujudkan tujuan kelompok sangatlah tinggi.

      Sebaliknya pada kelompok pengusaha kerupuk, mereka tidak mempunyai tujuan kelompok yang jelas. Masing-masing individu merasa bahwa kebutuhannya atau tujuannya tidak tersalurkan melalui kelompok yang dibentuk. Dengan demikian tujuan kelompok tidaklah menjadi motivasi individu dalam kelompok. Kondisi ini memperlihatkan bahwa dari sisi tujuan kelompok mereka dapat dikatakan buruk (jelek) karena tujuan kelompok tidak mengakomodasi tujuan individu. Bahkan dianggap kelompok membebani mereka.

         Dari  sisi struktur kelompok, Kelompok LKMD dan Batik mempunyai struktur yang jelas. Struktur ini yang mengatur interaksi dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Dalam struktur kedua kelompok tersebut memiliki kewenangan, sistem komunikasi meski sederhana, aktivitas, hak dan kewajiban anggotanya, dan besar kelompok tergantung pada kebutuhan, mereka mempunyai semangat dalam berkelompok, dan anggota melihat bahwa kelompok merupakan wahana untuk interaksi kelompok, dalam kelompok juga mempunyai solidaritas dan kesempurnaan dalam mencapai tujuan. Kelangkapan ini menjadikan struktur kelompok LKMD dan Batik menjadi sangatlah jelas.

           Hal tersebut berbeda dengan kelompok Pengusaha Kerupuk. Dalam kelompok ini tidak memiliki siapa yang mempunyai kewenangan, sistem komunikasinya tidaklah efektif karena dianggap individual dalam berinteraksi, aktivitasnya tidakalh jelas, hak dan kewajiban anggota suram dan anggota tidak melihat bahwa kelompok merupakan wahana dalam berinteraksi, solidaritas dalam kelompok juga lemah dan kesempurnaan pencapaian tujuan juga tidaklah terlalu jelas. Dengan demikian struktur kelompok ini tidaklah jelas.

       Tentang fungsi tugas, kelompok Batik dan LKMD telah sesuai dengan kriteria. Hal ini terlihat dari adanya kepuasan anggota karena bisa mencapai tujuan kelompok, anggota dapat mencari informasi dan mendapatkan gagasan-gagasan yang diperlukan kelompok. Dalam kelompok terdapat koordinasi. Kelopmpok juga memeberi motivasi terutama dalam kaitannya dengan usaha kepada anggotaanya dan kelompok berfungsi sebagai diseminasi sehingga semua anggota mengetahui dan terlibat serta tugas kelompok memberi penjelasan bila terdapat hal yang tidak jelas dari anggota kelompok. Dengan demikian maksud dari fungsi tugas ini adalah menjadi fasilitasi dan koordinasi usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama dan dalam rangka memecahkan masalah-masalah itu. Dan skor untuk aspek ini dapat dikatakan tinggi pada kedua kelompok yang dimaksud. Tampaknya fungsi tugas dalam kelompok pengusaha kerupuk tidak berjalan sebagaimana mestinya.

         Pembinaan dan pengembangan kelompok LKMD dan Batik dapat dikatakan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya partisipasi semua anggota yang dapat memnumbuhkan perasaan sebagai bagian dari kelompok. Kedua kelompok ini juga mempunyai fasilitas sebagai penyediaan inputs dan peralatan yang diperlukan oleh kegiatan kelompok untuk tercapainya tujuan. Dengan demikian kedua kelompok memperlihatkan adanya aktivitas karena juga dalam kelompok terjadi koordinasi dan komunikasi serta adanya penentuan standar perilaku normatif yang menajadi alat ampuh dalam melihat perilaku anggota. Sosialisasi juga berjalan dalam kedua kelompok ini. Sosialisaasi ini menjadi alat yang berguna sebagai usaha pendidikan agar bisa menjadi anggota yang baik, sehingga terjaga kehidupan kelompok yang harmonis. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa pembinaan dan pengembangan kedua kelompok telah memenuhi kreteria yang baik. Kondisi ini sebaliknya terjadi dalam kelompok Pengusaha Kerupuk yang tidak memiliki pembinaan dan pengembangan kelompok.                                 

             Kekompakan kelompok LKMD dan Batik juga dapat dinilai baik, sebab anggota kedua kelompok ini mempunyai komitmen yang kuat. Kekompakan ini terjadi karena adanya kepemimpinan kelompok dalam membina kesatuan dan persatuan, anggotanya juga punya rasa memiliki kelompok, kelompok mempunyai pijakan nilai dan norma terutama norma ekonomis. Relatif kedua kelompok ini mempunyai homogenitas berupa kesamaan dan kebersamaan. Kerjasama antar anggota dan pemimpin berjalan baik.

          Semua itu membawa suasana kedua kelompok menjadi baik. Keramahan, persahabatan, kebebasan yang terkendali, lingkungan fisik yang ada dalam kelompok serta suasana yang demokratis sangatlah menentukan bagi suasana kedua kelompok. Kekompakan dan suasana kelompok yang demikian sulit untuk dijumpai pada kelompok Pengusaha kerupuk.

         Ketegangan kelompok LKMD dan Batik bersumber pada  tekanan internal yakni persaingan di antara anggota untuk berbuat baik artinya adalah masing-masing anggota berusaha mengembangkan usahanya dan melunasi modal yang diberikan kepadanya. Sedangkan tekanan eksternal berupa tantangan kelompok dalam meraih tujuan kelompok di mana terjadi persaingan di luar kelompok misalnya dalam hal pemasaran. Namun tekanan ini justru menimbulkan dinamika dalam kelompok untuk bersatu menghadapi semua tekanan tersebut.

          Keefektifan kelompok LKMD dan Batik  dapat dikatakan . Hal ini terlihat dari hasil kelompok LKMD dan Batik dalam menggulirkan dana yang dipinjamkan kepada anggota dan anggota dengan dana tersebut dapat berusaha. Hal ini merupakan pencapain tujuan kelompok. Dari sisi moralitas kedua kelompok tersebut mempunyai semangat dan kesunguhan dalam mencapai tujuan serta anggota kelompk merasa puas karena keinginan mereka dalam meminjam dana untuk usaha terpenuhi. Hal ini agak berbeda dengan keefektifan kelompok pengusaha Kerupuk yang hanya membeli alat pakan ternak tapi setelah itu tidak jalan. Dengan demikian anggota yang masuk dalam kelompok ini tidak terpenuhi rasa puasnya terlibat dalam kelompok ini.

             Ketiga kelompok baik kelompok LKMD, Batik maupun Pengusaha Kerupuk mempunyai maksud terselubung. Program tugas maupun tujuan yang tidak diketahui /disadari oleh para anggota. Ini berarti dibawah permukaan. Maksud terselubung ini penting artinya dalam kehidupan kelompok, namun kelompok Batik dan LKMD memecahkan maksud tersembunyi tersebut, sedangkan kelompok Pengusaha Kerupuk adalah sebaliknya.

             Dengan demikian dimamika Kelompok LKMD dan Batik jauh lebih baik dibadingkan dengan kelompok pengusaha kerupuk. Hal ini juga menyangkut masalah hubungan antara anggota dan pemimpoj dalam kelompok. Pada kelompok LKMD dan Batik, hubungan antara pimpinan dan anggota sangatlah baik. Pemimpin  kedua kelompok berhasil terutama dalam memnuhi kebutuhan individunya dan memberi kepusan kepada anggotanya. Kedua kelompok pemimpinnya juga dapat memotivasi anggota sehingga anggota mempunyai motivasi yang tinggi dalam meraih tujuan kelompok. Pemimpin di kedua kelompok mempunyai sifat empati dan diambil dari anggota kelompok, bijaksana, lincah dalam mengembangkan ide dan beremosi stabil. Selain itu juga keduanya mempunyai keinginan untuk memimpin, kompeten, cerdas, konsisten, percaya diri dan mau berbagi kepemimpinan.

          Sedangkan pemimpin pada kelompok pengusaha kerupuk kurang mempunyai sifat empati kepada anggota meskipun ia dipilih oleh anggota kelompok, kurang bijaksana, kurang beremosi dan tidak lincah. Semangatnya hanya ketika pertama saja kelompok terbentuk, namun setelah itu ia tdak lincah dalam mengembangkan kelompok, sehingga kelompok hanyalah papan nama saja.

             

 

IV. Penutup

 

IV.1.Kesimpulan

          Pendidikan non formal  dalam rangka membentuk  individu dalam mayarakat menajadi tahu, mau dan mampu terutama dalam menolong dirinya sendiri menajasdi  sangat penting dalam situasi dewasa ini terutama pada masyarakat yang diajadikan focus penelitian ini.  Pendidikan wirasusaha  menajadi penting  untuk  dilakukan agar mereka tahu, mau dan mampu mengelelola sumber daya yang  ada disekelilingnya.

      Dalam upaya menghadapi krisis ekonomi yang telah terasa di pedesaan, operasi Jaring Pengaman Sosial menjadi penting. Pelbagai upaya dilakukan oleh pemerintah maupun swasta termasuk program aksi riset ini. Aksi riset ini bertujuan untuk membantu warga desa untuk lebih mampu mengambil inisiatif untuk membantu diri sendiri dan secara berangsur-angsur dengan melalui kelompok yang terbatas melakukan perubahan mentalitas dari yang sebelumnya cenderung tergantung kepada pemberi kerja dalam memperoleh penghasilan, kearah usaha-usaha yang lebih keatif, inovatif dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan melalui kegiatan wirausaha.

          Tentunya peneliti dan penyuluh sebagai agen perubah terlebijh dahulu menganalisa kondisi atau situasi keadaan masyarakat tersebut dengan melakukan survey maupun mnganalisa situasi, mengindentifikasi masalah, membuat keputusan dalam alternatif solusi, menetapkan tujuan, membangun perencanaan aksi, mengadakan evaluasi  dan reconsideration.

        Setelah langkah tersebut dilakukan baru dijalankan  implementasi kegiatan riset aksi pemberdayaan melalui motivasi daan potensi kewirausahaan yang dilakukan dengan memperhatikan jenis usaha yang memungkinkan dilakukan warga masyarakat dengan cara berkelompok. Pengembangan motivasi dalam kelompok dilakukan dengan AMT dan pengembangan usaha melalui pelatihan EMD serta dilakukan pelatihan teknis khusus untuk kelompok pengusaha kerupuk. Sebelum dilakukan pelatihan peneliti membentuk kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan asumsi melalui kelompok maka tujuan individu lebih dapat terealisisi. Setelah itu dilakukan pengguliran dana dan monitoring atau pemantauan terhadap kegiatan yang telah dijalankan.

         Adapun personil kelompok berasal dari pemilihan dari aspirasi warga desa. Dan diharpkan bahwa anggota juga dapat mengontrol personil bahkan pimpinan kelompok terhadap dana yang digulirkan.

          Dalam menjalankan kegiatan riset aksi, pemilihan lokasi adalah sanagat mutlak untuk dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa lokasi penelitian tersedia sumber daya alam, sumber daya manusia yang cukup bisa diandalkan dan mempunyai akses pemasaran.

          Namun bagimanapun upaya yang direncanakan ternyata kelompok LKMD dan Batik masih dapat bertahan dengan terjadinya pengguliran dana kepada anggota kelompok yang membutuhkan, sedangkan kelompok pengusaha kerupuk tinggal papan nama saja. Hal ini karena unsur-unsur dalam dinamika kelompok dan masalah kepemimpinan antara pimpinan dan anggota sangat mempengaruhi maju mundurnya kelompok.

 

 IV.2. Rekomendasi

          Pemberdayaan masyarakat desa yang bertumpu pada kemampuannya sendiri dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok dalam masyarakat. Pendiian non formal berupa pelatihan praktis wirausaha diharapkan individu yang terlibat memiliki daya enterpreneur yang dapat menajadi  sadar bahwa mereka tahu, mau  dan mampu mengelalola sumber daya yang ada di sekitarnya.

          Dinamika kelompok dan kepemimpinan dalam kelopok sangatlah penting untuk diperhatikan. Dengan memperhatikan kedua aspek ini diharapkan eksistensi suatu kelompok dalam masyarakat dapat berjalan dan ini dapat bermanfaat bukan saja bagi anggota yang terdapat dalam kelompok tapi juga warga desa secara keseluruhan, sebab kegiatan kelompok secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan warga desa.

          Tetapi juga  perlu diperhatikan bahwa kegiatan pendidikan non formal dengan upaya memberi kesadaran wirausaha juga  merupakan upaya  yang sangat strategis menolong mereka untuk bangkit dari ketakberdayaannya.

          Kegiatan aksi riset yang terencana dengan memperhatikan dinamika dan kepemimpinan kelompok dalam masyarakat desa dapat mensukseskan upaya pemberdayaan masyarakat desa dengan usaha-usaha yang dijalankannya dan dengan suntikan dana untuk usaha dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian riset aksi ini berbeda dengan JPS pada umumnya yang memberi bantuan langsung yang bersifat konsumtif, kegiatan aksi riset ini lebih bersifat strategis yakni memberi bantuan agar masyarakat desa dapat memulai atau meningkatkan usaha-usaha yang bersifat produktif, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungannya dari bantuan pihak luar.

          Meskipun demikian riset aksi ini perlu pula memperhatikan dinamika dan kepemimpinan yang ada dalam kelompok. Dengan memperhatikan kedua aspek ini diharapkan kelompok  tetap eksis.

 

Daftar Bacaan

Bertrand, Alvin L. 1972. Social Organization : A General Systems and RoleTheory Prespective.  F.A. Davis Company. Philadelphia.

 

Boyle, Patrick G., 1981.,   Planning Better Programs,New York: McGraw-Hill    Book Company.

Cartwrigt, Dorwin dan Alvin Zander, 1968, Group Dynamics, Research and                                   

        Theory, Harper dan Row Publishers, New-York.

 

Gibson, Alvin A. 1985. Group Communication, Discussion Process and    Aplication (terj.), UI Press, Jakarta.

 

Goudy, Willis J. and Vernon D. Ryan, 1982, “Changing Communities,” dalam    Dillaman, Don A and Daryl J. Hobbs (eds), Rural Society in US: Issues for the 1980s, Westview Press, Boulde, Colorado.

 

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 2001. Sosiolog jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

 

Kartohadikusumo, Soetarjo, 1984, Desa, Balai Pustaka, Jakarta.

 

Loomis, Charles P. 1967. Social Systems: Essays on Their Persistence and     Change. D. van Nostrand Company, Inc. Princeton, NewYersey

 

Margono, Slamet dan Soemardjo, 2003, Catatan Kuliah Kelompok   Organisasi Kepemimpinan, Pasca Sarjana Studi Penyuluhan Pembangunan, Bogor.

 

Margono, Slamet dan Pang S. Asngari, 1969. Penyuluhan Peternakan.  Ditjen Peternakan, Deptan, Jakarta.

 

Maskun, Sumitro, 1993, Pembangunan Masyarakat Desa Asas, Kebijaksanaan dan Manajemen, Media Widya Mandala, Yogyakarta.

 

McClelland, David C. 1961, the Achieving Society, Free Press, New York .

 

Pang S. Asngari ,  2004, Catatan Kuliah Pengembangan Rencana Penyuluhan, Sekolah Pasca Sarjana IPB,  Bogor.

 

Soetomo, 1990, Pembangunan Masyarakat : Beberapa Tinjauan Kasus, Liberty, Yogyakarta.

 

Singarimbun,Masri dan Sofian Efendi, 1985. Metode: Penelitian Survey, Jakarta .

 

Sugiyanto,1996. “Persepsi Masyarakat Tentang Penyuluhan Pembangunan Dalam Pembangunan Masyarakat Pedesaan,” Disertasi Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

 

Soemarjo, 1999, ”Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa Barat,” Disertasi Program  Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

 

Spaling, Williard B.,1958,  Planned Change : A Comparative  Study of Principles and Techniques, Harcourt, Brace & World,  Inc., USA.

 

Syamsu Syahriman, M. Yusril dan FX Suwarto,1991, Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan (sebuah Pengantar), Universitas Atmajaya, Yogyakarta

 

Tarumingkeng, Rudy C., 2004, Catatan Kuliah Falsafah  Sains, Sekolah Pasca Sarjana Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

 

Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996, Pembangunan : Dilema dan Tantangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.